Hujan masih mengguyur kota ketika pemuda berusia dua puluh tahunan itu terbangun dari tidurnya di tengah malam. Tubuhnya merasa kedinginan dan otot kakinya merasa sedikit keram. Ia mendesah pelan sembari membenarkan posisi selimutnya sebelum kembali terlelap. Ketika dirasa kaki mulus jenjangnya sudah merasa hangat, pemuda itu mulai memejamkan matanya kembali.
Until...
Sebuah bunyi dan getaran dari panggilan masuk yang seolah tak tahu waktu mengusik indera pendengaran pemuda itu. Kedua manik kelamnya menyorotkan pandangan pada layar ponselnya yang menunjukkan panggilan darurat dari tempatnya bekerja.
"Astaga..." keluhnya pelan. "It's raining..."
Butuh waktu beberapa detik baginya untuk mengumpulkan sebagian kesadarannya dan kemudian mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo, Hwang Minhyun imnida."
Suaranya masih terdengar sangat kacau, of course. Ia mengacak surai gelapnya ketika mendengar suara dari seberang telepon.
"Hum baiklah, saya akan segera ke sana."
.
.
.Pemuda itu- Hwang Minhyun kini telah tiba di tempat kerjanya. Padahal, barulah lima belas menit setelah ia mendapatkan panggilan. Pemuda ini sigap sekali.
Minhyun sedikit menggigil. Pakaiannya yang telah dirasanya sudah tebal itu ternyata masih belum membuatnya merasa hangat di pagi buta. Bibirnya yang biasanya ranum itu memucat dan tampak kering. Dia tampak seperti orang sakit.
Dasar cuaca sinting.
Langkahnya langsung terarah begitu ia memasuki gedung rumah sakit yang luar biasa besar itu. Yah, di sana lah ia bekerja. Beberapa pekerja rumah sakit menyapa Minhyun dengan ramah di sepanjang koridor. Ia memang seorang dokter muda yang dikenal dengan pribadi dan kemampuan baiknya.
"Hwang Minhyun-ssi!" panggil seseorang yang berdiri tak jauh darinya."
"Ah, Sunbaenim." Minhyun melangkahkan kakinya mendekat. "Saya belum terlambat, 'kan?"
Wanita muda yang ia sebut sebagai seniornya itu menggeleng cepat, "Tetapi kita harus cepat. Ayo."
.
.
.Tatapan 'khawatir' milik temannya yang bertubuh besar dan telah berpakaian rapi itu menyapa Minhyun ketika ia baru kembali ke kondominium sekitar pukul setengah 9 pagi.
"Ada apa dengan tatapanmu itu?" tanya Minhyun tidak nyaman.
Teman besarnya itu menghela napas pelan. "Apa yang harus aku katakan pada orangtuamu kalau mereka menelponku tadi?"
Minhyun melangkahkan kakinya masuk ke dalam setelah ia merapikan letak sepatunya. "Ayolah Daniel, orangtuaku tahu bahwa aku adalah seorang dokter dan aku memang menjalankan kewajibanku sebagai dokter."
Kang Daniel, sahabat Minhyun bahkan dari sebelum mereka lahir. Kedua orang tua mereka adalah teman baik yang membangun usaha bersama dengan nama HKG, alias Hwang-Kang Group.
Daniel meneguk kopi hitamnya sampai habis. "Setidaknya beritahu aku kalau kau mendapat tugas mendadak."
"Memberitahu seperti apa? Saat aku masuk ke kamarmu yang kudengar hanyalah dengkuran kerasmu. Aku tidak tega membangunkan ayah beruang."
"Kau tahu 'kan aku baru pulang tengah malam?" tanya Daniel lagi. "Kau bisa sekadar mengirimiku pesan singkat, jadi aku bisa melihatnya saat terbangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
|[ Confidant ]| - Minhyunbin/NielWink
Fiksi PenggemarLahir di tempat yang sama, pernah belajar di sekolah yang sama, bahkan tinggal di tempat yang sama. Namun, bukan berarti takdir keduanya pun sama. Hwang Minhyun, seorang pemuda yang minim dalam pengalaman romansa dan Kang Daniel, sahabatnya yang tid...