Sosok didepanku terlihat begitu menyedihkan. Hatinya yang telah kosong membuatnya menjadi makhluk busuk haus akan sebuah penderitaan.
Ia menuntut penderitaan semua umat.
Ia menuntut penderitaan yang dirasakannya harus dirasakan oleh orang lain jua.
Sosok didepanku terlihat begitu menyedihkan. Bahkan ia bisa meniru gerakan netraku yang hanya melirik padanya. Ataupun tempo kedipan dari kedua kelopak mataku, ia begitu lihai menyamakannya. Menggambarkan betapa sunyi hidupnya. Butuh perhatian.
Menyedihkan bukan?
Itulah yang terlihat darinya.
Song Joong Ki.
Bayangan yang muncul dibalik kristal berbias yang dinamakan cermin berletak di kamar mandi dalam kamarku. Pantulan bayanganku sendiri.
Sepertinya aku mulai sinting!
Setelah aku menghidupkan petasan kecil tadi, aku langsung masuk kekamarku dan membersihkan tubuhku yang entah kenapa terasa begitu panas dan gerah. Mungkin karena aksi kecil yang kulakukan bersama Chae won tadi.
Aku bukanlah pria yang suka menyembunyikan sesuatu. Maka tanpa melunturkan harga diriku sendiri, aku mengakui bahwa aku mulai kecanduan dengan rasa bibir milik istriku.
Begitu lembut selembut kelopak sakura dimusim semi serta beraromakan cherry.
Karena aku bukan pria yang naif dengan menyembunyikan perasaanku. Maka kuakui bahwa aku merasakan gairah saat berpagutan dengan sosok yang telah mengucapkan janji didepan altar bersamaku belum genap lima bulan yang lalu.
Desahan dan lenguhan yang kudengar dari bibir yang telah kucicip rasanya itu membangunkan rasa lapar nafsuku.
Dan aku perlu sesuatu sebagai penawarnya.
Kudengar suara bel menandakan seseorang datang. Kuyakin bahwa seseorang yang ingin berkunjung ke apartemenku pada dua jam sebelum memasuki tengah malam ini, ialah seseorang yang kutunggu.
Kubiarkan sejenak beberapa menit untuk tidak segera membuka pintu depan. Hingga terdengar suara pintu itu terbuka saat aku memegang knop pintu kamarku sendiri.
Memang sengaja kubiarkan agar Chae Won yang membukanya.
Sengaja membiarkan kedua orang itu bersitatap lebih dahulu.
Tak ingin ketinggalan sedetik pun kejadian yang akan terjadi antara tamu itu dan istriku. Kubuka pintu kamarku dan kulihat seorang yang kutunggu itu telah masuk tak memedulikan Chae Won.
Dengan cekatan Chae Won langsung mencegah si wanita yang berperan sebagai tamu itu agar tidak melangkah lebih jauh kedalam apartemenku.
"Kau belum menjawab pertanyaanku nona. Siapa kau sebenarnya?" sengit Chae Won tidak suka. Merasa terganggu mungkin.
"Tuan Song Joong Ki?" wanita berpakaian mini, berambut panjang menggelombang dengan bibir merah menyala itu melirik padaku sedikit dibumbui sikap sopan. Hanya sedikit.
Kuanggukkan kepalaku meresponnya.
"Aku tamu dari pria yang berdiri disana." si pendatang itu mulai merendahkan Chae Won dari tatapannya.
Posturnya memang sedikit lebih tinggi dari Chae Won. Lekuk badannya juga lebih berbentuk dan berisi daripada Chae Won. Sudah pasti bagi pria normal hal itu menggiurkan.
"Lepaskan tanganmu darinya." perintahku tak melepas pandanganku dari sosok yang masih berantakan sama seperti terakhir kutinggalkan dia didekat meja makan tadi.
