Prolog.

927 70 44
                                    

Enjoy~

Readersnya blom muncul sih disini, entar deh XD

-----------

Sosok gadis dengan surai silver memeluk lututnya, ia berada di dalam kamar yang berlatar suram, baginya kamar ini adalah penjara sesungguhnya. Gadis itu tidak dibiarkan pergi, seperti tahanan, ia tetap diberi makan, tapi tidak boleh bertemu siapapun, kecuali orang orang tertentu yang diizinkan.

Raut wajahnya datar, tidak ada emosi didalamnya, ia tetap bertahan dalam posisi itu, terlihat amat menderita walau dia tak menangis, air matanya telah mengering, tidak lagi menangis seperti dulu, sampai ia lupa bagaimana cara tersenyum dan menangis.

Didalam hati kecilnya, ia berharap bisa keluar dan bebas dari sini, ingin kabur dari kekejaman ayahnya sendiri, apalagi sejak ibunya mati, ia sama sekali tak memiliki semangat hidup, ayahnya menjadi semakin kejam dan tak tersentuh.

"Ibu... Aku merindukanmu.." entah sudah berapa kali ia mengucapkan hal itu, berharap ibunya kembali padanya, memeluknya seperti dulu, mengatakan kalimat menenangkan padanya, tapi nyatanya hal itu mustahil terjadi.

Tok Tok.

Gadis itu mengangkat wajahnya, melihat ke arah pintu dengan tatapan kosong, kemudian kembali memalingkan wajahnya, tak berniat bersuara untuk mempersilahkan sang tamu masuk, memilih diam dan bungkam.

"Kana-nee? Kau didalam?"

Iris merah itu melebar, mendengar suara lembut yang sangat dirindukannya, bukan ibunya, tapi seseorang berharga yang selalu dijaganya.

"Rena?"

Pintu terbuka, membuat suara memekakkan terdengar, seorang gadis dengan surai putih memasuki ruangan yang disebut 'kamar', mendekati gadis silver yang sedang duduk di atas kasur tua itu.

"Kana-nee... Kau baik baik saja?" gadis yang dipanggil Rena itu bertanya ragu, duduk di ujung kasur dan menatap gadis yang duduk diatas kasur tua itu, menatapnya khawatir.

Kanata- gadis yang duduk diatas kasur itu memeluk Rena erat, tidak membiarkan gadis dengan tinggi yang sama dengannya pergi, ia sangat merindukan gadis yang dipeluknya saat ini.

"K-kana-nee?"

Rena terkejut tentu saja, ia tiba tiba dipeluk oleh Kanata, sebelum akhirnya tersenyum manis dan mengelus surai silver kanata, memilih untuk tidak bertanya apapun lagi, melihat keadaan Kanata yang kacau seperti biasanya.

"Rena... Kau kemana saja?"

Kanata melepas pelukannya, menatap Rena lembut, dia sangat menyayangi gadis dengan surai putih ini, Rena sangat berharga untuk Kanata, Rena adalah orang yang telah membuat Kanata tersenyum lagi setelah kematian sang ibu, gadis manusia yang sangat dijaganya.

"Aku hanya mengurus sekolahku, Kana-nee... Aku sangat merindukan Kana-nee, tapi aku juga harus sekolah." Keluh Rena, ia cemberut, terlihat sangat tidak menyukai saat harus sekolah, oh ayolah!! Sekolah itu membosankan!!

Kanata terkekeh geli melihat tingkah imut Rena, ia berganti mengelus kepala Rena, membuat gadis kecil itu memejamkan kepalanya menikmati elusan Kanata.

Tiba tiba, Rena kesakitan, darah keluar dari mulutnya, ia terbatuk batuk sambil mengeluarkan darah, membuat Kanata panik dan marah.

Kanata melirik kesekitar, mencoba mencari siapa pelakunya, ia yakin, ada yang mencoba melukai Rena, karna setaunya Rena tidak memiliki penyakit berbahaya.

Iris matanya menggelap, aura gelap mulai keluar dari tubuhnya, ia menggeram marah saat mengetahui pelakunya, orang yang telah membuat Renanya kesakitan.

Vampire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang