Happy reading
Enjoy the storySetelah seharian berjibaku dengan jadwal yang rasanya mencekik leherku erat, akhirnya malam ini aku bisa kembali ke tempat dimana aku tidak tidur sendirian lagi. Hanya di tempat ini setidaknya aku bisa tidur tanpa bantuan pil tidur ataupun alkohol. Hanya di tempat ini.
Bersama manager hyungnim, aku tiba di depan apartemen yang dari pintunya saja sudah terasa hangat.
"Sampai jumpa besok, hyungnim." kataku sembari membuka pintunya lebar, memisahkanku dan manager hyungnim pada dua area yang dipisahkan bingaki pintu.
Aku masuk, sementara manager hyungnim pulang untuk beristirahat. Begitu sampai di ruang tengah, seseorang menyambut kedatanganku dengan mulut penuh dengan makanan. Pipinya sampai menggelembung seperti hamster saat masa hibernasi. Matanya melotot. Sepertinya dia kaget dengan kedatanganku.
Dia menepuk-nepuk dadanya karena tersedak makanannya sendiri. Berusaha menelan makanan yang belum ia kunyah sempurna itu. Di mataku dia terlihat menggemaskan.
"Nah, minum dan telan makananmu."
Aku menyerahkan segelas cola yang sejak tadi sudah berada di depan si pemuda berpipi hamster. Pemuda yang lebih muda dariku ini bernama Yeonjun. Dia member termuda di tim kami.
Sepertinya aku belum menceritakan hal ini pada kalian. Aku debut bersama sepuluh orang pemuda yang memiliki mimpi yang sama. Tahun ini, umur tim kami menginjak tahun ketiga. Kami bukan berasal dari agensi yang sama. Kami anak-anak yang lolos dari acara survival. Sebelas anak-anak yang sukses mencuri hati produser nasional.
Satu tahun lalu, sebenarnya kontrak tim kami sudah berakhir, tapi karena kami tidak menyukai ide berpisah setelah perjuangan yang kami lalui bersama, kami memutuskan untuk memperbarui kontrak dengan syarat bahwa kegiatan tim hanya dijalankan dalam waktu setengah tahun, sementara setengah tahun lainnya digunakan untuk aktivitas individu. Untungnya masing-masing agensi kamk menyetujuinya. Jadi hingga tahun ketujuh nanti, kami masih akan bersama.
Sedikit mengecewakan, sih. Tapi, itu lebih baik ketimbang pembubaran. Setidaknya aku memiliki waktu sengah tahun yang berharga yang bisa aku lewati dengan beban mental yang lebih sedikit ketimbang sendiri.
"Terima kasih, Jungkook hyung."
"Tidak masalah. Yeonjun, dimana yang lain?" tanyaku menyadari apartemen ini begitu sepi.
"Oh, itu. Sepertinya yang lain masih menyelesaikan agenda individu, hyung. Aku yang pertama kali selesai, lalu hyung yang kedua."
Aku mengangguk mengerti. Merebahkan tubuhku di sofa samping Yeonjun kemudian menutup mataku yang berdenyut. Ah, tubuhku remuk rasanya. Apalagi otot wajahku, seharian melakukan photoshoot lalu lanjut syuting iklan. Rasanya kram. Bu, maaf, hari ini Jungkook memaksakan diri lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
FanfictionIni adalah kisah tentang kita. Tentang kita semua. Tentang keributan di pagi hari, tentang kehangatan musim semi, juga tentang bintang di langit kala musim panas. Ada kalanya kita saling membenci, saling mengerjai juga saling menindas satu sama lai...