Happy reading
Enjoy the storyJika boleh jujur, sebenarnya tidak banyak hal yang menjadi alasan untukku terus melanjutkan hidup. Hidup dengan isi kepala yang selalu bertengkar dengan hati kecil itu tidak mudah.
Sangat sulit, malah.
Setelah hari itu, ayah dan ibu membawaku untuk tinggal bersama mereka. Membesarkan hatiku, mengatakan bahwa aku tidak sendirian. Aku punya mereka. Tapi, aku tidak terbiasa tinggal bersama mereka. Sebaik apapun mereka padaku, sebanyak apapun cinta yang mereka beri, semuanya berbeda.
Boleh dikatakan masa-masa itu adalah yang paling sulit selama hidupku. Tapi, meskipun begitu keajaiban tidak pernah berhenti datang. Salah satunya adalah lolosnya aku dalam audisi terbuka itu. Bergabung dengan salah satu agensi terbaik yang menaungi grup penyanyi terbaik.
Jika saja kondisiku bagus, aku mungkin akan melompat-lompat saking senangnya, tetapi saat itu aku hanya memasang senyum tipis, membungkukan badan bentuk penghormatan, lantas pergi. Tanpa banyak bicara.
Saat pulang, pikiranku benar-benar kosong, aku mengabaikan panggilan telepon dari ayah. Berjalan mengikuti langkah kakiku, hingga tanpa sadar aku tiba di rumah.
Rumah dua lantai dengan pagar putih. Rumah dimana segala kenanganku pernah terjadi. Rumah yang sekarang kosong tanpa penghuni, tetapi penuh dengan kenangan yang membeku diantara waktu yang terus berjalan.Selepas hari itu, beberapa kali aku pernah melakukan percobaan bunuh diri. Aku pikir seandainya saja aku terluka, mungkin mereka akan kembali. Atau paling tidak, jika aku mati aku tidak akan lagi merasakan sakit.
Sakitnya bukan luka berdarah, tapi rasanya dua kali lipat lebih mengerikan ketimbang tertabrak mobil.
Tapi, semesta tak pernah mengizinkanku melakukannya, karena sebanyak aku mencoba sebanyak itu pula aku gagal. Entah beruntung atau sial.Percobaan pertamaku adalah satu minggu sejak Seokjin hyung pergi. Hari itu, berkali-kali aku memikirkannya, menimbang apa aku harus melakukannya atau tidak. Sekolah tidak menarik lagi, teman-teman tidak menyenangkan lagi, bahkan mimpi bukan alasan lagi untuk aku bertahan. Hari itu sepulang sekolah aku bergegas pergi, meninggalkan janji dengan Jaehyun dan Gyuri untuk merayakan lolosnya aku dan Gyuri ke agensi yang sama. Aku pergi tanpa sepatah kata.
Aku berjalan tanpa tujuan. Merasakan sesaknya suasana kota di malam yang merangkak naik. Merasakan bahu-bahu para individualis yang tidak sengaja aku senggol. Kakiku juga beberapa kali tersandung sesuatu. Aku memikirkan banyak hal. Sebagian besar adalah tentang cara-cara mati yang menyenangkan.
Hingga sebuah gedung yang belum selesai di bangun menarik perhatianku. Aku mendongak. Mengira-ngira tinggi gedungnya.
Aku tersenyum kecil, jika melompat dari sana aku pasti tidak akan selamat.
Aku tidak memikirkan banyak hal lagi. Aku mulai menerobos masuk melewati pagar, meniti satu persatu anak tangga di gedung yang bahkan belum mempunyai saluran listrik. Suasananya hening. Mengingatkanku pada rumahku yang membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us
FanfictionIni adalah kisah tentang kita. Tentang kita semua. Tentang keributan di pagi hari, tentang kehangatan musim semi, juga tentang bintang di langit kala musim panas. Ada kalanya kita saling membenci, saling mengerjai juga saling menindas satu sama lai...