Aku tidak membutuhkan keindahan kota di senja hari, jika ada malaikat cantik yang menemaniku. Bahkan disaat dunia menawari keindahannya, Aku hanya mau kamu menjadi pusat keindahanku."Hai” sapanya dengan lembut.
“Hai, kau sudah datang ?” tanyaku retoris sembari membukakan gerbang untuknya.
“Ya. Aku tidak lupa untuk ini.” Jawabnya, tidak lupa juga senyum riang tersemat dibibirnya. Dan entah mengapa hal itu menulariku untuk mengulas senyum untuknya.
Aku tidak tau mengapa hari ini dia begitu menawan. Bahkan hanya bermodal kaos dan celana jeans hitam, tidak lupa juga jaket biru dongker yang melekat padanya. Rambutnya disisir keatas hingga memperlihatkan dahinya.
Ah, tampanya.
Mungkin ini efek karena lama sudah tidak bertemu. Sudah seminggu ini kami sibuk dengan jadwal perkuliahan yang padat, dan akhir minggu adalah waktu yang tepat untuk melepaskan rindu. Hari ini pun aku telah mempersiapkan diri dengan dress merah jambu selutut dan rambut tergerai bergelombang.
“Kalo begitu ayo kita berangkat.” Sembari mengulurkan tangannya dan aku pun menerimanya dengan senang hati. “Ayo”.
Aku tak tau menaiki scooter bersamanya akan menyenangkan seperti ini. Sangat sederhana, tapi bagiku ini adalah saat-saat dimana aku semakin jatuh hati padanya. Sosok lelaki yang telah memenangkan hatiku karena sikapnya kepadaku. Dia baik, juga bertanggung jawab atas segala perbuatanya.
Aku jadi ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Ini adalah pertemuan awal kita disemester tiga perkuliahan. Saat itu hujan turun dengan deras. Entah mengapa hari itu aku melupakan payungku. Mau tidak mau aku berteduh disisi bangunan. Tidak hanya aku saja, ada beberapa mahasiswa yang berdiri disampingku untuk menunggu hujan reda. Sudah cukup lama aku berdiri disana, sesekali aku melihat jam tanggan dipergelanganku. Bus terakhir akan sampai sebentar lagi, dan aku bahkan masih berada digedung kampus. Aku pun semakin gelisah dan terus menghela nafas.
“Ah kenapa hujannya tidak berhenti juga” ucapku mengerutu.
Mungkin ini bisa dibilang hari kesialanku dan keberuntunganku. Karena tidak lama kemudian, seseorang datang kepadaku dengan menyodorkan payung dihadapanku.
“Pakai ini. Bus terakhir datang sebentar lagi.” Ucap orang itu.
Aku pun masih terdiam ditempat. Dia pun hanya menghela nafas dan meraih tanganku untuk menerima payungnya.
“Pakailah.” ucapnya kemudian pergi menerjang hujan dengan tudung jaket dikepalanya. Kemudian aku tersadar dari keterkejutanku. Buru-buru aku memakai payung itu dan mencoba mengejar lelaki tadi. Namun aku tidak menemukannya dimanapun.
Didalam bus aku terus memikirkan siapa sosok laki-laki tadi. Aku tidak mengenalnya, ini adalah pertemuan pertama kita. Bagaimana bisa dia memilih memberikan payungnya daripada memakainya sendiri. Hei!, bahkan aku tidak sempat mengucapkan terimakasih kepadanya.
Setelah beberapa hari mencari informasi kesana-sini, akhirnya aku tau tentang dirinya. Dia adalah anak fakultas sebelah, fakultas ekonomi. Dia berada satu tingkat diatasku berarti saat itu semester lima.
Namanya Reza.
Aku pun mencoba menunggunya di dekat pintu lobby keluar fakultasnya, aku hanya ingin mengembalikan payung itu dan mengucapkan terimakasih. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku melihatnya berjalan sendirian di lobby. Aku pun segera memanggilnya.
“Hei, Reza.” ucapku setengah berteriak. Kemudian dia melihat kearahku dan aku mengampirinya.
“Ini payung kamu, dan terimakasih untuk yang kemarin.” Ucapku sembari menyodorkan payung itu.
“Oh, i-iya. Itu bukan apa-apa.” Jawabnya sembari menggaruk tengkuknya gugup.
“Namaku Dilla. Kamu reza kan.”
“Bagaimana kau bisa tau namaku ?”
“Ya, karena beberapa hari terakhir aku mencari tau siapa si pemilik payung merah ini. Dan akhirnya aku menemukanmu. Dan sekali lagi, terimakasih untuk yang kemarin. Mungkin jika tidak, aku bisa ketinggalan bus.”
“Ah, itu bukan apa-apa.” Ucapnya sembari tersenyum lembut.
Mungkin ini yang membawa kita untuk saling mengenal lebih dalam.
╯_╰
Serenity In Blue
2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI PAYUNG MERAH
Short StoryAku tidak membutuhkan keindahan kota di senja hari, jika ada malaikat cantik yang menemaniku. Bahkan disaat dunia menawari keindahannya, Aku hanya mau kamu menjadi pusat keindahanku. ©Serenity in blue 2019