"Kita sudah sampai."
"Woah, benarkah ?" ucapku tidak percaya. Perjalanan kali ini terasa sangat singkat. Mungkin karena aku mengingat kembali kenangan lama awal pertemuan ini.
"Ya, kita sudah sampai di sini."
"Ah, senangnya, sudah lama aku tidak ke tempat hiburan seperti ini."
Kemudian kami masuk setelah membeli tiket. Entah mengapa hari ini aku merasa senang sekali. Aku dan Reza pun menaiki beberapa wahana, mulai dari komedi putar hingga wahana yang menantang. Bahkan aku tak segan untuk berteriak dengan rasa puas. Tapi mungkin berbeda dengan Reza yang pucat pasi hingga Aku merasa bersalah kepadanya.
Kami memutuskan untuk membeli beberapa camilan di gerai makanan. Aku memilih burger dan milkshake strowberi sedangkan Reza menjatuhkan pilihannya pada sandwich dan americano.
"Hei, kau mau sandwich ini ?" ucap Reza sembari menyodorkan makanannya.
"Ah, tidak. Aku sudah cukup dengan burger ini. Aku tak mau perutku meledak karenanya."
Dia hanya tertawa. "Hey, mana mungkin perutmu akan meledak."
Aku pun tertawa akan kekonyolanku sendiri.
"Setelah ini kau ingin main apa ?"
"Mungkin ingin menikmati senja diatas bianglala ? Bagaimana menurutmu ?"
"Apapun untuk tuan puteri."
Dan akupun merona dibuatnya.
Ah, manisnya.
Kemudian sampailah kita di wahana bianglala. Setelah menunggu, akhinya giliran kita yang menaikinya. Kita duduk saling berhadapan untuk membuat sangkar tersebut seimbang. Perlahan-lahan bianglala tersebut berputar dan aku sungguh menikmatinya. Aku pikir ini sangat menyenangkan, bagaimana kamu ditemani sosok istimewa disampingmu untuk menikmati pemandangan kota di senja hari. Aku tidak menyangkal ini sangat romantis, dan aku tidak menyangka bahwa ini bukanlah drama yang sering aku tonton.
"Cantik" Aku mendengar Reza mengumamkan sesuatu.
"Ya, ini sangat cantik." Ucapku tanpa menoleh ke Reza. Pemandangan senja hari sangat menyita perhatianku.
"Bahkan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Sangat cantik." Bisiknya lembut.
"Ya, Aku ju-" belum aku melanjutkan ucapanku, aku menoleh ke arah Reza yang sedang menatapku dalam.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" ucapku kebingungan
"Ya. Aku kira tidak perlu pemandangan kota disenja hari jika didepanku ada malaikat cantik menemaniku."
Hening.
Dan aku hanya bisa menundukkan kepala dan mengigit bibir memalu.
"Bahkan disaat dunia menawariku dengan segala keindahanya, aku hanya mau kau yang menjadi pusat keindahannku."
Sudah cukup, aku meleleh dibuatnya.
╯_╰
Serenity In Blue
2019
KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI PAYUNG MERAH
Short StoryAku tidak membutuhkan keindahan kota di senja hari, jika ada malaikat cantik yang menemaniku. Bahkan disaat dunia menawari keindahannya, Aku hanya mau kamu menjadi pusat keindahanku. ©Serenity in blue 2019