Suara dengung teko membangunkan tubuh lelapnya pagi itu. Jimin menggeliat, melirik ke samping nakas.
Lima menit sebelum alarmnya berbunyi.
Jemarinya menggapai-gapai jam mungil tersebut sebelum benda itu memekik nyaring.
Setelah dirasa nyawanya terkumpul, ia menegakkan tubuhnya lalu berjalan ke arah pintu. Tepat setelah daun pintu terbuka, macam-macam bau sedap memeluk indra penciuman. Tak jauh dari meja makan, sesosok tubuh wanita bercelemek kuning sibuk menuangkan air mendidih pada cangkir-cangkir berisi bubuk kopi sambil bersenandung riang.
Dia menoleh ketika menyadari sosok kusut Jimin tengah berdiri di ambang pintu.
"Hai, selamat pagi," sapanya riang.
Jimin menggaruk tengkuknya yang memang gatal. "Apa ini tidak terlalu pagi?"
"Aku ada janji di kantor pagi ini dan aku akan pulang larut." Jemari putih wanita itu mulai melepas celemek yang melekat di tubuhnya. "Aku juga sudah menyiapkan makan malam, jadi kau tinggal memanaskannya saja."
Jimin berjalan ke arah meja makan lalu menyambar roti sandwich tanpa repot-repot duduk manis.
"Hei, sudah kubilang kan cuci tangan dulu sebelum makan!" protes si wanita gusar. Dia memakai mantelnya cepat lalu memasukan beberapa barang ke dalam tas kerja. "Jangan lupa bayar tagihan air, listrik, dan kebersihan. Kita sudah terlambat satu hari."
Jimin mendengarkan sambil sibuk mengunyah.
"Aku membawa kunci rumah, jadi kau tidak perlu menungguku jika sampai tengah malam aku belum pulang."
Jimin menyeruput kopi hitamnya pelan-pelan.
"Baiklah, aku pergi."
Tubuh wanita itu telah siap menghilang di balik pintu jika saja Jimin tidak menyerukan namanya.
"Seulgi-ah!"
Yang dipanggil menoleh. "Ada lagi yang kau perlukan?" tanyanya pendek.
Jimin tersenyum simpul. "Hati-hati di jalan."
Seulgi ikut tersenyum lantas melambai cerah. "Oke, sampai ketemu besok pagi." -karena kau pasti sudah tidur ketika aku pulang.
Lalu pintu ditutup pelan.
.
.
.
.
Sesaat tidak ada yang aneh dengan mereka berdua. Sesaat kau mengira mereka pastilah salah satu sekian banyak dari pasangan muda yang menikah, tinggal bersama, menjalani hidup bersama, dan semuanya baik-baik saja.Semuanya baik-baik saja-tentu saja.
Jika kau menganggap pernikahan yang tidak dilandasi cinta termasuk dalam kategori baik-baik saja.
Mereka bertemu dalam suatu kebetulan.
Kebetulan yang manis sebenarnya.
Hari itu Jimin terpaksa bersembunyi di balik air mancur karena jengah akan pertanyaan orang-orang.
' Jimin, kau masih lajang?'
' Jimin, mana pendampingmu?'
' Kau sudah punya karier yang bagus, tunggu apa lagi?'
Bahkan pasangan pengantin Joonmyeon dan Joohyun-yeah, hari itu memang pesta mereka-ikut memberondongnya dengan pertanyaan serupa, "kapan kau menyusul kami?"
Jimin menghembuskan napas penat. Keputusan yang salah memang datang ke acara pernikahan sepupumu tanpa pendamping. Tahu begini, dia seharusnya menggandeng sekretarisnya-Sooyoung-untuk menemaninya dengan imbalan bonus akhir tahun.
Tapi ia cepat-cepat menyingkirkan pikiran itu karena mana mungkin menggandeng sekretaris yang tengah hamil lima bulan ke sebuah pesta jika kau tidak mau diberondong pertanyaan yang lebih nyinyir. Bisa-bisa dia dilabeli perebut istri orang!
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Proposal || seulmin•
Romance[COMPLETED] "Bagaimana jika setelah kita menikah, aku menemukan sosok lain yang aku cintai?" "Kita tinggal cerai saja, gampang kan?" Seulgi berhenti mengaduk kopi dan berganti menautkan jari-jari . "Jadi sampai masing-masing dari kita menemukan ora...