Chapter 3

1.9K 180 25
                                    

Tolong katakan dia masih waras.

Tolong katakan Jimin tidak gila.

Tapi gelagatnya tidak mencerminkan demikian.

Seperti hari ini, bukannya memeriksa laporan bawahannya, dia malah tepekur malas di atas meja kerja sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Kadang-kadang menghela napas panjang tanpa sebab, pandangan menerawang kosong, bahkan berkali-kali ditegur bosnya-Direktur Park-karena tidak menyimak.

Sepekan berlalu sejak Seulgi berterus terang. Sudah sepekan pula Jimin uring-uringan.

"Siapa nama pria yang kau sukai itu?" tanya Jimin penuh selidik.

"Jeon Jungkook."

"Seperti apa orangnya?"

Seulgi mendelik kasar, "Kenapa kau ingin tahu?"

Jimin memasang ekspresi datar. Dia sendiri tidak mengerti mengapa begitu penasaran.

"Dia baik, tampan, menawan, berkelas, dan sangat loyal." Bibir Seulgi menggurat senyum ketika mengucap kata terakhir.

"Di mana kau bertemu dengannya?" kali ini gayanya seperti polisi yang sedang mengintograsi.

Seulgi menyahut malas, "Di bar."

"Nah nah, dia pasti hanya om-om hidung belang yang hanya memanfaatkanmu!"

"Kau ini bicara apa sih! Jungkook bukan orang semacam itu!" Seulgi yang kesal melengos pergi meninggalkan Jimin yang masih menyantap puding pencuci mulut di meja makan.

"Hei-hei Seulgi, kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!"

"AKU MAU TIDUR!"

Seulgi menghentikan langkahnya untuk kemudian melirik dari balik bahu, "JANGAN LUPA HARI INI JADWALMU MEMBERSIHKAN KULKAS DAN BUANG MAKANAN YANG SUDAH KADALUARSA!"

Kemudian pintu kamar dibanting keras.

.

.

.

Lagi-lagi jimin menghela napas gusar.

"Aaaarrrrgggghhhhhhh!"

.

.

.

Jimin butuh melepas penat.

Untuk itu dia mengajak sekretarisnya yang penurut menemaninya makan siang. Jihyo yang tidak berdaya menolak akhirnya hanya mengiyakan saya ajakan sang atasan.

Di waktu bersamaan, Seulgi mendapat telepon singkat dari ibu mertuanya bahwa dirinya akan berkunjung nanti malam. Untuk menyambut kedatangan sang ratu agung, Seulgi sengaja menyempatkan diri untuk berbelanja bahan-bahan memasak.

Sesuatu mengusik keasikannya berbelanja ketika lensa matanya membidik sosok Jimin tengah melenggang bersisian dengan sesorang. Seulgi mengucek matanya untuk meyakinkan diri.

2nd Proposal || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang