0.3

31 3 7
                                    

"Mau nggak?"

Tawar Resty menyodorkan roti bakar kearah Fadlu yang sedang duduk dibangku taman dengan sket wajah Tania di atas pahanya.

"Makasih" Balas Fadlu mengambil roti itu dan memakannya.

"Kamu selalu saja duduk disini? Nggak bosen apa?" Tanya Resty menyenderkan kepalanya dibahu Fadlu.

Bukannya menjawab Fadlu kembali mencomot roti bakar milik Resty dan memakannya kembali.

"Kamu suka?" Tanya Resty menegakkan kepalanya guna menatap Fadlu yang sedikit mengangguk.

Mereka sama-sama terdiam menatap rintik hujan yang turun. Kampus pagi ini masih sangat sepi karena mungkin banyak yang malas untuk beranjak dari kasur mereka saat sedang musim hujan.

"Aku suka hujan, tapi aku benci kebisingan. Padahal kalau dipikir-pikir hujan itu sangat berisik cuman......" Fadlu sedikit menghela kan nafasnya sebelum melanjutkan ucapannya"Selalu membawa ketenangan untuk setiap orang yang mendengarkan suaranya"lanjutnya dengan senyum tipis.

Resty mengangguk membenarkan perkataan Fadlu. Resty menegakkan badannya dengan tangan terjulur untuk mengenai rintik hujan yang turun dengan deras.

"Kalau begitu, aku ingin menjadi seperti hujan agar kamu selalu bahagia" Ucapan Resty membuat Fadlu terdiam mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir tipis gadis dengan senyum gummy smilenya itu.

¥¥¥

"Resty........"

Resty menoleh dan tersenyum saat Fiqry berjalan kearahnya, pria itu tidak berubah dari SMA tetap saja kaku dan cuek terhadap sekitar.

"Kenapa?"

"Kamu terlihat cantik hari ini, tapi....." Fiqry memajukan tubuhnya agar mendekat kearah Resty yang terdiam dengan tingkahnya"rambut kamu lebih indah saat digerai"lanjutnya melepaskan jedai yang terpasang di rambut Resty.

"Hm, gombalan murahan" Jawab Resty dengan mencibir membuat Fiqry menyerngit kesal.

"Saya tidak gombal. Ck, semua wanita sama saja, saat dipuji dengan kata-kata manis dikatain gombal tapi saat dihina dikatai keterlaluan. Dan kamu salah-satu nya"bela Fiqry dengan melangkah meninggalkan Resty namun kemudian berhenti lagi dan menoleh kebelakang melihat Resty yang berdiri menatapnya balik.

"Kalimat terakhir saya itu becanda, kamu tidak seperti wanita lainnya. Kamu berbeda makanya saya suka" Dengan sedikit kedipan dari Fiqry membuat Resty mendekati pria itu saking gemasnya. Kaku kok petakilan?

Digandeng nya lengan Fiqry kemudian berjalan menyusuri lorong yang mulai ramai dengan mahasiswa yang berlalu lalang.

"Ah, saya rasanya sedang berjalan ke altar pernikahan" Dengan tampang bodohnya Fiqry berucap membuat perutnya menjadi sasaran mulus jari lentik milik Resty.

"Jangan mulai deh" Kesal Resty melepaskan rangkulannya dan berjalan mendahului Fiqry yang tersenyum sendu.

"Dia akan noleh saat kamu benar-benar udah yakin!!"

Fiqry menoleh dan mendapati gadis dengan tatapan mata tajamnya yang berdiri memegang buku seperti novel.

"Kamu ngomong sama saya?" Tanya Fiqry memastikan, gadis itu mengangguk membenarkan sedikit kaca mata brendi yang ditaksir harganya diatas jutaan.

"Iya. Siapa lagi kalau bukan lu?" Jawabnya judes da melangkah meninggalkan Fiqry yang keherangan.

"Nama gue Putri Paula dan jangan sampai lupa" Ujar wanita itu dengan sedikit teriakan dan mengangkat tangannya dengan jari tengah yang mengacungkan keatas.

Sial. Batin Fiqry menatap kepergian gadis itu.

"Saya malas mengingat nama kamu" Balas Fiqry dengan nada yang sangat datar kemudian melangkah mencari keberadaan Resty.

"Res--------"

Ucapan Fiqry tergantung saat tubuhnya dipeluk erat oleh Resty"Kenapa?"tanya Fiqry pelan dan lembut dengan tangan yang mengusap kepala Resty. Bukannya menjawab Resty malah memeluk tubuh Fiqry dengan erat dan terdengar serukan kecil.

Dengan sabar Fiqry menemani Resty yang menangis didalam pelukannya. Dia tau kenapa gadis dengan gummy smilenya ini sampai menangis kalau bukan karena satu alasan.

"Udah tenang?" Tanyanya saat Resty melepaskan pelukannya dan tersenyum tipis bahkan sangat tipis.

"Kamu kenapa?" Tanya Fiqry lembut walau dia tau apa yang sedang dirasakan Resty saat ini.

"Fadlu.." Ujar Resty pelan dengan nada serak akibat menangis. Helaan nafas pelan dihembuskan Fiqry dengan tatapan sendu Fiqry tersenyum dan mengusap kepala Resty.

"Jangan sedih lagi. Saya nggak suka" Dengan hati-hati Fiqry menghapus sisa-sisa air mata dipipi Resty dan mencubit nya pelan.

"Itu lihat wajah kamu sangat.....ckckckc..Aneh dengan hidung yang memerah seperti babi hahaha" Tawa nyaring Fiqry membuat Resty juga tertawa pelan dan memukul pelan bahu Fiqry.

"Jadi kamu nyamain aku dengan babi?"

"Dih, bukan saya loh yang ngomong. Tapi kamu"

"Nyebelin" Kesal Resty merapikan rambutnya dan menarik jedai-nya yang berada di saku kemeja milik Fiqry.

"Iya saya nyebelin, tapi suatu saat kamu akan suka sama kelakuan nyebelin saya" Bisik Fiqry pelan dan menjauhkan sedikit wajahnya guna menatap wajah Resty yang memerah.

"Pipi kamu kenapa?" Tanya Fiqry khawatir dengan menangkup wajah Resty yang memerah. Resty menepis pelan tangan Fiqry dan menggeleng pelan kemudian meninggalkan Fiqry yang terheran-heran.

TBC!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang