Tidak ada seorang ibu yang tidak bersedih saat melihat anaknya begitu menderita, itu yang dirasakan Nyonya Jeon saat ini. wanita itu hanya menghela napas panjang saat melihat putra semata wayangnya itu asyik bermain video game, itu adalah ide suaminya yang tidak ingin melihat putranya melamun sepanjang hari.
"Jungkook-ah ... kau tidak memakan sarapanmu?" Nyonya Jeon bertanya dengan nada khawatirnya saat melihat sepiring makanan yang masih utuh di dekat Jungkook yang dia letakkan sebelum pergi menemui pelanggan.
"Tidak sempat."
"Kau harus makan agar pemulihanmu lebih cepat dan ...."
"Banyak makan tidak akan membuat kaki kananku kembali." Jungkook menjawab dengan nada datarnya, matanya masih fokus dengan visual gamenya sedangkan tangannya masih bergerak lincah di konsol gamenya. Jawaban itu membuat Nyonya Jeon mati-matian menahan air matanya.
Kecelakaan itu membuat putra semata wayangnya terpuruk, bahkan Tuan Jeon memilih lebih sering pulang dan berada di rumah dan tidak berlayar yang memakan waktu berminggu-minggu untuk memastikan bahwa Jungkook tidak melakukan hal yang nekad.
Nyonya Jeon tentu masih ingat bagaimana Jungkook mengamuk setelah diberi tahu kalau kaki kanannya harus diamputasi, bagaimana Jungkook berusaha menyakiti dirinya sendiri karena tidak sanggup menerima kenyataan itu.
Jungkook menolak bertemu dengan orang-orang selain kedua orang tuanya, menolak untuk makan dan murung sepanjang hari, Jungkook baru melahap makanannya setelah Nyonya Jeon menangis dan hari itu Nyonya Jeon mengerti bahwa Jungkook takut menghadapi masa depannya, takut karena semua mimpi itu seolah tercabut begitu saja tanpa negosiasi.
"Ayah sebentar lagi pulang, dia membawakan ayam tepung kesukaanmu, ayo makan siang bersama." Nyonya Jeon tidak akan menyerah sehingga dia memilih membuktikan bahwa Jungkook tidak menyusahkan dan merepotkan.
"Ayah tidak berlayar?"
"Ayah ingin menemanimu, Nak. Ayah pikir ... berbicara antara laki-laki akan membuat semuanya membaik."
"Aku akan membaik jika kaki kananku kembali! Aku lelah! Mau tidur! Kalian makan siang berdua saja, katakan pada Ayah kalau dia tidak boleh melalaikan pekerjaannya, mengajukan keringanan seperti ini tidak akan membuat kaki kananku kembali."
Jungkook bangkit dengan kedua kruk di lengannya dan berjalan dengan bantuan kruk menuju kamarnya, Nyonya Jeon meremas tangannya ingin rasanya dia membantu namun dia tidak mau mendapat penolakan lagi dan berakhir dengan rasa sakit di hatinya karena kondisi putranya.
"Jungkook-ah ... Jimin menghubungi Ibu, kapan kau akan membalas pesan darinya?"
Jungkook menghentikan langkahnya di depan kamarnya kemudian menghela napas kasar.
"Bilang padanya untuk berhenti mengurusi urusanku! Urus saja si cantik koleksinya!" Jungkook menutup pintunya kasar membuat Nyonya Jeon menghela napas panjang.
Jungkook masih saja menyalahkan Jimin atas semua yang terjadi, hubungan persahabatan yang begitu erat itu renggang begitu saja karena tragedi.
Jungkook kehilangan kaki kanannya yang berarti dia kehilangan seluruh kehidupannya selama ini, dia tidak bisa menjadi atlet lari lagi, jangankan berlari berjalan saja dengan bantuan kruk. Impian Jungkook menjadi altlet yang mendunia gagal total dan semua mimpi yang sudah disusun juga gagal.
Kehilangan kaki kanannya, membuat Jungkook berpikir bahwa dia kehilangan semuanya. Jungkook membenci Jimin dan menolak bertemu dengan Jimin bahkan meskipun Jimin datang membawa kata maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift [COMPLETE]
FanfictionJika ditanya makna perbedaan maka mereka akan menjawab dengan satu jawaban yang lantang dan kompak. "Jungkookie takut ulat sedangkan Jiminie sangat menyukai ulat!" RAWSBestfriend