Satu tahun kemudian
Jimin berlari tergesa dari gedung pertunjukan, tubuhnya masih berbalut kostum pertunjukan dengan gitar yang dia sandang di pundaknya. Jimin bergegas memasuki taksi yang sudah dipesannya dan menyebutkan tujuannya.
"Kau terlihat sangat bersemangat sampai belum ganti baju, apa ingin bertemu kekasih?" pertanyaan sang supir taksi membuat Jimin bergegas menggelengkan kepalanya.
"Aku akan bertemu sahabatku ... akh bukan lebih tepatnya aku akan menjadi suporter paling semangat yang akan meneriakkan namanya."
"Dia kan bertanding apa?"
"Namanya Jeon Jungkook, dia atlet lari dan berjuang demi nama baik negara."
"Aku pikir sedang tidak ada olimpiade."
"Paman tahu Paralympics? Dalam ajang itulah sahabatku berjuang?"
"Jadi ... Maksudmu?"
"Dia kehilangan sebelah kakinya karena kecelakaan, sebelum kecelakaan dia juga atlet lari dan sekarang dia juga tetap menjadi atlet lari, di mana pun dan bagaimana pun ... sahabatku itu tetap atlet lari bukan?"
"Kau benar, anak muda ... sahabatmu pasti pemuda yang bersemangat."
"Dia tidak bersemangat, Paman. Jungkook itu kelebihan energi." Jawaban Jimin membuat sang supir tertawa.
"Apa kau yakin akan tepat waktu sampai di Gangwon jika kau pergi dengan kereta?"
"Tentu saja! Aku hanya perlu meminta kepada Tuhan untuk memudahkanku menemui sahabatku!" Jimin menjawab dengan semangat membuat sang supir menambah kecepatan mobilnya.
Jimin langsung memasuki area Pyeongchang Olympic Stadium setelah mendapatkan izin masuk dari petugas, matanya berkeliling mencari keberadaan kedua orang tua Jungkook, dengan gitar yang masih disandangnya Jimin bisa melihat Jungkook tengah bersiap untuk berkompetisi dengan dampingan pelatih. Jimin melihat aura kelebihan energi itu lagi dari Jungkook meskipun dalam kondisi berbeda. Jimin juga melihat orang-orang berkebutuhan khusus seperti Jungkook juga dan entah kenapa melihat mereka begitu bersemangat untuk persiapan pertandingan membuat dada Jimin terasa bergemuruh karena bergetar.
Jimin menyeka matanya yang basah, dia melihat bagaimana senyuman lebar Jungkook, Jimin bahagia melihat sahabatnya begitu bahagia.
Jungkook tidak memerlukan kaki kanannya lagi untuk menjadi atlet lari, karena bahkan prosthesis sebagai penggantinya sudah mampu menjadikan Jungkook sebagai atlet lari. Jimin kemudian mengeluarkan spanduk yang dia buat khusus untuk Jungkook.
"Jeon Jungkook ‼! Semangat ‼!" Jimin berteriak kencang berulang kali hingga Jungkook menyadari keberadaan Jimin dan melambaikan tangannya, Jimin tersenyum bahagia melihatnya berbalik menyapa Jungkook dan memperlihatkan spanduk yang dibawanya.
"Himnaeee‼!" Jimin berteriak untuk terakhir kalinya sebelum memilih bergabung bersama kedua orang tua Jungkook.
Jimin lega karena semuanya berakhir dengan begitu lancar, bahkan setelah tanda pertandingan di mulai, Jimin tidak berhenti tersenyum karena rasa bahagia ini dan senyum itu semakin sulit hilang setelah melihat Jungkook memegang medali emasnya.
Kau mungkin merasa bahwa hidupmu begitu berat hingga rasanya takut untuk melangkah, namun percayalah bahwa selalu ada solusi di setiap masalah yang ada dan solusi itu mungkin berasal dari sesuatu yang tidak pernah kita duga.
Kau mungkin merasa bahwa dunia ini memuakkan, namun percayalah bahwa sebenarnya alam dan semua yang ada di dunia adalah guru kehidupan, karena pengalaman adalah pelajaran terbaik diantara semua pelajaran.
Kau mungkin merasa bahwa saat ini dengan keadaanmu, akan kehilangan semua kehidupanmu. Percayalah ... Tuhan memberi apa yang kau butuhkan bukan apa yang diinginkan.
Satu hal yang pasti dalam hal ini adalah tidak ada kupu-kupu yang tidak cantik.
END
Cerita ini diikutsertakan dalam lomba cerpen yang diselenggarakan oleh RAWS Community.
Untuk kritik dan saran langsung sampaikan saja.
Anyyeong ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift [COMPLETE]
Fiksi PenggemarJika ditanya makna perbedaan maka mereka akan menjawab dengan satu jawaban yang lantang dan kompak. "Jungkookie takut ulat sedangkan Jiminie sangat menyukai ulat!" RAWSBestfriend