Penjelasan

6 1 0
                                    

Sissy mencepol rambut ke atas, sudah sebulanan ini dia tidur di atas jam 12 malam. Tentunya demi mengerjakan deadline dari kepala produksi. Kopi di samping laptop sudah habis, tapi tidak mengurangi rasa kantuk sama sekali. Keadaan Rangga tentu berbeda dengan Sissy. Rangga, sosok ambisius dan workaholic. Berada di tim produksi mengharuskan Sissy harus bekerja sama dengan Rangga setiap waktu. Artinya? Sissy harus siap lembur kapanpun dan ditelfon setiap waktu.

"Gue rasa Hellen sebelas-dua belas sama lo. Sama-sama suka kerja." Bukannya melanjutkan pekerjaan, Sissy malah menopang dagu sambil melirik Rangga di meja kerjanya.

"Kok jadi bahas Hellen?"

"Suka aja gue bahas Adiknya Mbak Tatia. Hellen tuh tipe lo banget. Gue yakin."

Rangga terkekeh. Geleng kepala mendengar racauan Sissy yang melantur. "Sotoy lu."

"Lihat deh." Sissy menunjuk menggunakan dagu.

Rangga mengikuti arah pandang Sissy ke balkon seberang. Rangga bisa melihat Hellen sedang duduk di sana dengan fokus memandang laptop. Ruang kerja mereka memang berada di lantai atas dan berhadapan dengan balkon kamar Hellen. Pembatasnya pun dari kaca, sehingga pemandangan taman dan balkon seberang bisa terlihat.

"Cantik. Pinter. Pastinya workaholic, kayak lo."

"Hellena udah punya cowok, Si. Jangan mikir aneh-aneh deh, kerjaan lo tuh selesain." Rangga kembali fokus pada kerjaannya. Sedangkan Sissy menghela napas. Kalau Rangga ngomongin tentang kerjaan, mood Sissy langsung berubah 180 derajat.

"Lo pernah naksir cewek nggak sih, Ngga?"

"Pernah." Jawab Rangga enteng.

"Tapi gue nggak pernah lihat lo kencan."

"Emang kalau mau kencan harus bilang-bilang?" semakin malam ucapan Sissy semakin melantur, Rangga pikir mungkin efek mengantuk. "Kalau udah capek istirahat aja. Besok lanjut lagi."

"NAH! Gitu kek dari tadi." Dalam hati Sissy mengucapkan rasa syukur tiada henti. Seenggaknya, Rangga masih punya sisi manusiawi. "Gue tidur duluan ya, Pak."

***

Hari ini Hellen ada presentasi dua mata kuliah, tiga tugas, dan rapat harian. Semalam suntuk ia belum sempat tidur, karena ada kelas pagi—jadi terpaksa ia tidak bisa untuk memejamkan mata sejenak. Semua presentasi, tugas dan rapat sudah terlaksana. Sekarang ia sedang bersama sahabat-sahabatnya, menikmati dinginnya udara malam ditemani setangkup roti bakar dan susu cokelat hangat.

"Tadi malem lo tidur jam berapa, Na?" Tata langsung peka begitu melihat Hellen tidak seperti biasanya.

"Belom tidur gue semalem." Hellen menyeruput susu cokelat, rasa hangat langsung mengalir begitu masuk ke dalam perut.

Bima geleng-geleng kepala. "Temen kita satu ini nggak pernah berubah."

"Nggak ngantuk, Na?" Nayla mengucapkan pertanyaan bodoh yang sudah pasti langsung mendapat hujatan dari teman-teman yang lain.

Hujatan pertama datang dari Fira. "Nay, pertanyaan lo tuh nggak bermutu banget."

Hujatan kedua datang dari Nirma. "Duh, Nay-Nay."

Dan, hujatan ketiga datang dari Rere. "Kayak nggak tahu Nayla aja lo pada."

"Ngantuk, Nay. Tapi begitu ketemu kalian, ngantuknya ilang." Hellen menjadi penengah, tidak tega jika Nayla mendapat hujatan selanjutnya.

"Sok romantis lo, Na. Nggak cocok." Bima menahan tawanya. "Begadang ngapain hayooo?"

Hellen langsung tahu isi kepala Bima. "Jovan udah balik dari abis maghrib, Bim. Gue begadang karena belajar materi, hari ini gue ada presentasi 2 mata kuliah."

D E T I K . . .Where stories live. Discover now