Taehyung terlihat gusar, wajah tampan dokter beta itu menunjukkan satu kebingungan yang tidak sedikitpun ia coba untuk tutup tutupi. Alis tebalnya bertaut satu sama lain, menjalin lengkap dengan kerutan di dahinya. Ia memijat pelipisnya pelan seraya membuang napasnya.
"Suatu dunia baru yang menjanjikan, dengan beta sebagai puncak rantai makanan."
Kembali, satu napas yang dihela seusai kalimat itu terucap dari bibirnya.
"Beta sebagai puncak rantai makanan, eh?"
Taehyung memperhatikan plat logam itu lekat – lekat. Matanya masih memaku ukiran nama yang lengkap dengan nomor telponnya. Ia menekan tombol kunci meja kerjanya, mengambil satu benda pipih dari dalamnya.
Sebuah ponsel keluaran lama, sebuah teknologi yang lumayan ketinggalan zaman tapi terbilang cukup aman karena pelacakannya akan sedikit susah jika dibandingkan dengan koneksi NiFi yang menghubungkan semua orang pada zaman ini dengan satu mega database pemerintah.
Jemarinya sedikit kaku saat mengetikkan angka – angka yang tertera dalam plakat besi itu. ia memandang ponsel dalam genggaman tangannya dengan ragu sebelum akhirnya benar – benar menekan ikon telfon berwarna hijau.
"Yoboseo?"
"Yoboseo, Min Yoon Gi – nim. Saya Kim Taehyung dari Republik Persatuan Korea."
.
.
Plaetinuhm's Present
2018
Shelter – O4. Prelude
WARNING! CONTAINING MATURE THEME
Please be considered when you read it
Kookmin, Nammin
.
.
Bulu mata tebal namun pendek itu bergetar sebelum berkedip – kedip. Menampakkan iris hangat sewarna jati yang sempat terhalang kelopak mata itu. sang empunya mengangkat kepalanya, menyadari bahwa kini ada satu tangan yang tengah melilit erat pinggangnya.
Dengan perlahan ia menyingkirkan tangan itu, walau berakhir gagal. Karena tangan berotot itu malah menariknya mendekat. Kembali mengungkungnya dalam dekapan hangat dan menyelimutinya dengan harum aroma vetiver juga pedas black pepper yang sudah membaur dengan manis vanilla citrus miliknya.
Menyerah, Jimin akhirnya malah kini menyamankan dirinya disana. Sedikit memanfaatkan keadaan walau ia tahu seharusnya jangan. Ini sudah hari ketujuhnya bersama sang patner baru dan heatnya juga sudah terasa berakhir.
Tidak bisa dipungkiri insting omeganya sedikit banyak membuatnya seperti ini, rasanya begitu nyaman dan dilindungi. Hangat yang sangat familiar, tapi ia tahu mustahil baginya untuk memiliki rasa hangat ini seorang diri.
Jemarinya yang pendek mengelus lengan lelaki itu yang masih melilit pinggangnya, terus naik hingga sampai pada bahu tegap sang lelaki. Dapat ia lihat berbagai jenis bekas luka yang tampak mengerikan.
Jimin dapat merasai satu sayatan sedikit lebar di tulang selangka, lainnya seperti bekas berondongan peluru di berbagai tempat. Bekas luka itu terlihat memiliki warna yang cukup kontras jika dibandingkan dengan warka kulit sang alpha. Jimin akui dirinya takjub, ia belum pernah melihat bekas luka seperti itu sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shelter
FanfictionDisana mereka, para omega, dipaksa menjadi sekedar alat perkembang biakan yang tak berharga. Para omega kehilangan segalanya, kebebasan, kehormatan, bahkan harga diri demi sebuah prestis yang bagai menjadi perlombaan setiap negara. Dan disana, ada P...