The Vow

12K 453 18
                                    

Ethan memeriksa dirinya dengan gelisah di depan cermin berkali-kali. Dia kelihatan sempurna, kecuali rasa gugup yang menyergapnya. Ethan tidak menyangka jika menikah akan mampu menghidupkan perasaan semacam ini. Apalagi pernikahan ini hanya alat untuk ambisinya. Seharusnya Ethan bisa lebih percaya diri.

"Semua sudah siap. Apa Anda ingin pergi ke altar sekarang?" tanya Logan yang sudah muncul di balik pintu.

Ethan mengangguk dan mulai mengatur nafasnya. Membayangkan hal baik seperti ekspresi kekalahan di wajah Ares dan Calvin untuk menenangkan dirinya.

Ketika Ethan masuk ke ruang upacara, tempat itu sudah penuh. Seluruh undangan telah duduk di tempat, termasuk keluarganya di barisan paling depan. Belasan kamera dan reporter juga tersebar di seluruh ruangan. Mereka akan menjadi alat bagi Ethan ingin memberitahukan pada seluruh dunia mengenai pernikahannya ini. Semakin banyak acara ini diliput, semakin baik baginya.

Ethan berjalan menyusuri karpet merah dengan penuh kebanggaan. Dadanya membusung. Senyuman bahagia yang menerbitkan kekecewaan pada perempuan yang duduk di kursi undangan. Banyak wanita cantik, kaya, ternama dari berbagai kalangan mencoba untuk menarik hati Ethan, tetapi tak satupun berhasil. Sehingga mereka cukup iri pada siapapun gadis yang cukup beruntung untuk menikah dengan Ethan.

Setelah Ethan berdiri di altar, mereka menunggu kehadiran mempelai wanita. Hingga lebih dari 5 menit, tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Ethan kembali gelisah. Dia menatap ke arah pintu masuk. Liam, yang semestinya menjemput mempelainyalah, yang datang.

Ethan memperhatikan Liam yang pergi ke barisan tamu paling depan, tempat keluarga Everdeen. Dia membisikkan sesuatu pada Oswald. Tak lama, ayah Ethan itu beranjak dari kursinya dan mengikuti langkah Liam keluar ruangan.

Rasa gugup menyergap Ethan lagi. Ia penasaran dengan apa yang terjadi. Namun, ia bisa bernafas lega saat melihat Liam kembali masuk. Dia berdiri di depan pintu seperti memberi pengarahan. Lalu muncullah Oswald ayahnya, sedang menggandeng seorang gadis, calon pengantinnya.

Ada perasaan aneh di detik-detik Ethan pertama kali melihat rupa calon pengantinnya. Gadis itu seolah persis dengan sosok yang selalu Ethan bayangkan. Calonnya itu tidak memakai riasan berlebihan. Rambutnya yang memiliki warna seperti matanya disanggul tertutup dengan veil. Badannya yang mungil sangat pas dibalut gaun pengantin bergaya off-shoulder. Dan dari semua itu, mungkin senyum gadis itu yang terbaik. Ethan tidak tahu apakah ini semacam euforia pernikahan, jantungnya bisa berdebar keras hanya melihat senyuman itu. Terlihat tulus, dan meneduhkan.

Saat Oswald menyerahkan tangan mempelai wanitanya pada Ethan, sempat terpikir olehnya, bahwa mungkin pernikahan ini akan menyenangkan buatnya. Itulah yang dipikirkan Ethan saat menatap manik mata coklat keemasan gadis itu di atas altar.


Ethan seolah tersihir untuk terus menatap mata gadis itu. Dia ingin merengkuh tubuh mungil itu dalam pelukannya. Tubuh mungil? Ethan sedikit merasa aneh untuk yang satu itu. Seingatnya putri Emmet Helbram punya tubuh tinggi menjulang bak model. Meskipun Ethan hanya pernah melihatnya dari belakang, itupun dari kejauhan. Tetapi mungkin hanya perasaannya.

***

"Oh... bukankah dia sangat cantik?" puji Larya saat melihat calon menantunya digandeng oleh suaminya. Larya tidak punya anak perempuan, sehingga bayangan kehadiran seorang menantu cukup membahagiakan baginya.

"Siapa dia? sepertinya aku tidak pernah melihat dia sebelumnya," sahut Ares. Padahal dia mengenal hampir semua putri pebisnis atau pejabat di negara ini. Walaupun harus Ares akui, jantungnya sedikit berdebar melihat kecantikan calon adik iparnya itu.

Marriage Mistake (Revisi)| Segera TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang