***
Ritter : Troun
Chapter 1 - Bloody Throne
***
Lelaki kecil berusia 10 tahun itu menatap pemandangan dari dalam jendela besar yang menampilkan butiran-butiran salju turun dari langit dengan tatapan kosongnya.
Mata citrine-nya memandang hampa dengan sorot mata yang mampu mengintimidasi lawan bicaranya. Kulitnya yang seputih mayat menandakan bahwa lelaki kecil itu hampir tak pernah keluar dari ruangannya, rambutnya yang senada dengan warna emas sesekali berhembus terbawa angin lembut.
Lelaki kecil itu kemudian beralih menatap ke satu titik dimana seorang anak kecil bermain riang dengan hamparan salju luas di taman bersama para pengasuhnya.
" Yang mulia, sudah waktunya jam belajar dengan yang mulia ibu suri dilaksanakan."
Walaupun berkali-kali kepala pelayan menyuruh lelaki kecil itu untuk menjauh dari jendela besar itu, lelaki kecil itu hanya terdiam sembari menatap seorang anak yang tengah bermain dengan tatapan kosongnya.
" Udara luar terlalu dingin, yang mulia. Lebih baik anda menjauh dan bergegas menuju ruang belajar."
Suasana kembali hening. Para pelayan maupun penjaga yang berada di dekat lelaki kecil itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun terhadap lelaki kecil yang tengah termenung itu.
" Orion,"
" Tidak ada waktu untuk bermain," ujar wanita tua yang menghampiri lelaki kecil itu. Dalam pikiran wanita tua itu, ia tahu betul apa yang tengah dipikirkan lelaki kecil itu.
" Kamu tidak boleh iri dengannya,"
" Karena dia adalah anak dari wanita yang membunuh ayahmu," kata wanita tua itu lagi sembari mengenggam tangan mungil lelaki kecil itu yang mulai mendingin.
Lelaki kecil itu masih diam tanpa membalas perkataan wanita tua yang tengah menggenggam tangannya dengan erat.
" Wanita yang serakah itu hanya ingin mengambil takhta milik ayah dan ibumu. Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku akan selalu menjagamu walaupun aku harus membunuh darah dagingku sendiri."
" Belajarlah,"
" Untuk sekarang kamu hanyalah pedang tumpul yang perlu diasah hingga tajam, tumbuhlah menjadi pemuda seperti ayahmu yang membawa kejayaan karena memiliki nama Rublicius."
Lelaki kecil itu hanya mengangguk patuh setelah mendengar nasihat wanita tua itu dan mengikuti ajakannya untuk pergi bersama dengannya ke ruang belajar.
---
" Patricia,"
" Karena Undang-Undang baru yang dibuat oleh Raja, kamu harus bersedia menjadi ksatria demi meneruskan keluarga kita."
" Mungkin memang tidak adil bagimu, tapi kamu bisa menjadi perempuan setelah kamu berhasil menjadi ksatria Kekaisaran," jelas seorang pria yang kini berlutut sembari mencengkeram kedua bahu gadis kecil berusia 7 tahun itu dengan erat.
" Putriku, maafkan ibu."
" Kamu harus bekerja lebih keras dari seorang pria demi menjalani hidup keras sebagai seorang penerus," kini seorang wanita terduduk lemas sambil menangis karena ketidakadilan Raja yang diberikan kepada putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ritter : Troun
Historical FictionPatricia harus menjadi ksatria demi meneruskan gelar keluarganya yang hampir jatuh karena ketiadaan seorang putra yang dapat meneruskan gelar keluarganya. Jika bukan karena undang-undang bodoh yang dibuat oleh Raja yang sekarang, mungkin Patricia t...