#2

16 1 0
                                    

Langkah Tanya

Cerpen Karya Gina A. Darmawan

Sore ini langit mendung, aku sejenak mengikuti perbincangan yang berisi canda bersama beberapa kawan kelasku di bawah pohon mangga depan jurusan. Nada dering bak kotak musik khas milikku; semoga Jere. Itulah yang hampir selalu kuharapkan sebelum melihat nomor yang terpampang jelas di layar ponsel. Ah sial, ternyata bukan itu dari; Sastra Karen, sang penulis puisi. 

"Li, kamu sudah lihat grup di whatsapp belum?" Tanyanya dengan tergesa-gesa

"Belum Ren, memang ada apa?" Tanyaku khawatir

"Isi formulir kamu sekarang, jangan sia-siakan kesempatan ini"

"Ha?" Responku bingung

"Cepat Li"

"Oke ken" tutupku, lalu tersenyum manja

"Kamu kenapa An? Pasti sudah dapat drama korea yang kamu cari-cari selama ini yah?" Sambar Jojo

"No..."

"Itu siapa An?" Tanya Vio dengan rasa penasaran

"Karen, ketua kelas B"

"Terus?"

"Kurang jelas sih, tapi aku harus cepat-cepat. Ini kabar bahagia Vi," sambungku sembari menyeret tangan kanannya tuk mengikuti langkah kakiku

"Bye, kita pulang duluan yah,"

"Da..da"

Saat dijalan pulang, aku membuka grup whatsapp dan melihat PD III yang hendak meminta data diriku, setelah pertama kalinya aku mengirimkan cerpen di grup karya sastra. Itupun karena dukungan Karen kemarin, jika tidak pasti seluruh karyaku kupendam dalam-dalam.

Cerpen yang kukirimkan itu adalah kisah Tia teman sekelasku waktu SMA. Aku memberikannya sebagai hadiah sendu penyesalan yang penuh kenangan untuk ulang tahunnya yang ke-18.

Saat langit telah gelap, rembulan setia menemani dan bintang-bintang nampak indah pada tempatnya tiba-tiba handphoneku bergetar, itu dari PD III.

"Hallo... Liana, kamu sudah siap untuk hari senin nanti?"

Dengan rasa gugup, kujawab "Iya mner, siap"

"Kenapa tidak ikut seleksi universitas Li? Mner sempat kelimpungan, tapi syukur ada karya menarik dari si anak Fatek" Memang akan sangat memalukan bila tak ada perwakilan dari Fakultas Bahasa dan Seni, terlebih lagi jurusan kami yang menggeluti bidang sastra

"Sempat cari tahu sih mner, tapi susah cari tahu dimana ambil formulirnya"

"Kamu kan bisa ke kantor pusat, satu jam sebelum seleksi"

"Hehehe..."

"Pokoknya berikan sesuai kemampuan, lampirkan dua naskah cerpen atas karyamu, dan jangan lupa senTuhan" Mner selalu tak melupakan senTuhan; perlu dipoles lagi plus minta tuntunan dari Sang Tuhan.

"Iya mner siap, selamat malam"

Aku menutup telpon dan langsung mencari ide, apa dan siapa yang akan menjadi inspirasi cerpenku yang kedua untuk kujadikan naskah lampiran. Sejak komputer yang menyimpan seluruh cerpenku rusak, semua data hilang dan aku sudah tak pernah lagi menulis. Karena juga sibuk membuat novel yang sebenarnya tak ada arti.

Renjana SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang