1화

87 8 4
                                    

"Astaga, aku benar-benar menyukai sosok Hera," gumam seorang gadis. Ia berjalan mendekati sebuah rak buku di perpustakaan sekolahnya dan mengembalikan buku tersebut ke tempat asalnya.

"Membaca buku tentang Hera lagi?" gadis yang baru saja datang itu mendudukkan diri disebelah gadis yang satunya lagi.

"Seperti biasa," ucapnya santai.

"Sophia, kau ini benar-benar mencintai Hera rupanya, aku bahkan sangat tidak suka hal-hal sejarah seperti itu," gadis itu menatap kagum pada Sophia yang tengah tersenyum memegang salah satu buku bersampulkan patung wajah Hera.

"Benar, kan? Aku juga merasa bahwa aku benar-benar sangat kagum dan menyukai Hera, aku mungkin fans nomer satunya!"

"Mana mungkin, mereka yang di Yunani sana pasti jauh lebih mengenal Hera."

"Tentunya tidak sejauh aku, kan?"

"Yah, terserah. Oh ya, setelah ini kita jadi jalan?"

"Sepertinya tidak, aku ada janji dengan Rafael, maaf ya, Kai"

"Tidak masalah, aku sudah biasa seperti ini, lagipula aku bisa saja jalan dengan yang lain," Sophia memeluk Kaira sangat erat membuat Kaira sedikit kesakitan dan kesulitan mencari oksigen.

"Sakit!"

"M-maaf, baiklah, aku pergi dulu. Sampai jumpa"

"Tentu! Rafael pasti sudah menunggumu"

"Bye"

°°°

Rafael, siapa yang tidak mengenal dia di SMA Nusantara ini? Seorang ketua osis yang juga menjabat sebagai kapten tim basket, tentunya semua mengenal dia. Di SMA ini jika kau memang mau menjadi terkenal syaratnya mudah, masuk saja ke tim basket, tapi berhati-hatilah pelatihannya tidak main-main.

Back to topic, kini Sophia sudah berada diluar lapangan basket sambil menatap Rafael —orang yang disukainya. Biasanya setiap pulang sekolah ia akan menyempatkan diri sekitar 5 atau 10 menit untuk melihat Rafael berlatih, dan terkadang mereka akan pulang bersama karena rumah mereka yang searah.

Rafael menoleh ketika merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. Ia tersenyum mendapati Sophia-lah yang ada disana.

"Ael!" teriak Sophia sambil mengibas-ibaskan tangannya diudara mengharap perhatian pemuda itu. Rafael berlari mendekati Sophia.

"Hai! Tunggu sebentar, ya. 10 menit lagi aku akan selesai, kau bisa duduk dulu."

"Tidak usah, aku lebih baik berdiri melihatmu, lagipula 10 menit juga tidaklah lama"

"Baiklah, terserah kau saja. Aku akan melanjutkan latihan ku."

"Tentu"

Sophia benar-benar kagum dengan pria yang memiliki jabatan sebagai ketua osis disekolahnya itu. Menurutnya Rafael benar-benar membuatnya tertarik, tapi tentu saja tidak mengalahkan ketertarikan Sophia kepada Hera. Bagi Sophia, Hera adalah orang ketiga yang sangat ia kagumi; setelah Tuhan dan orang tuanya, dan barulah setelah Hera akan ada Rafael disana. Diam-diam Sophia juga berharap agar kelak Hera akan menjodohkannya dengan Rafael, dia percaya setelah apa yang telah ia lakukan demi Hera, Hera pasti juga akan melakukan apapun untuknya.

"Sophia! Kau melamun lagi, jangan terlalu banyak melamun, itu tidak baik."

"Ah, baiklah. Kau cepat juga selesainya."

"Iya, hehe. Mau ku belikan es krim? Kemarin ada kedai es krim kecil yang baru saja dibuka disekitar sini."

"Eum? Sepertinya uangku tidak cukup," Sophia menunduk malu, ia merasa seperti orang yang sangat boros dan ia kini tengah merutuki dirinya yang kenapa tadi tidak mengendalikan dirinya untuk menghemat uang jajannya.

[i] •Hera•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang