09

1.1K 100 1
                                    

“lu serius mau langsung pulang aja? Gamau gitu nginep sehari lagi?”
“gak Mark”
“yaudah buruan turun, tadi bokap lo bilang makan dulu”
“emm”
“jangan kebanyakan Nissa Sabyan pagi-pagi, gue tungguin”
“CK! Iya bawel”
Seperti yang aku bilang kemarin aku mau langsung pulang. Tanpa ba-bi-bu aku segera turun ke bawah menuju dapur yang dimana Ayah juga Mommy ada disana, jangan lupakan Mark dia juga sudah duduk manis disana. Aku gabisa menatapnya terus-terusan, dadaku masih menggebu-gebu mengingat perlakuan Mark semalam. Tapi Mark? Dia biasa saja.
Kuhempaskan pantatku di kursi kosong diantara Ayah juga Mark, sedikit menderit hingga perempuan yang sejak tadi fokus pada sarapan paginya menoleh ke arahku memberikan satu sunggingan di bibirnya yang kubalas senyuman terpaksa, masam.
Obrolan pagi yang sangat biasa, kadang bertanya basa-basi yang hanya ku jawab “mmh, ya, oh”. Malas bisa dibilang begitu. Sampai akhirnya Mark izin pergi ke toilet Ayah bertanya..

“bisakah kamu tinggal disini lebih lama Ris, kalau tidak keberatan tinggal bersama disini?”

Mencengangkan, sampai aku beberapa detik tak mengatupkan mulutku, menahan deru nafasku. Sesak.

“apa iih? Aku cuman sehari disini Yah, aku mau langsung pulang ke rumah”
“Ris disini juga rumahmu”
“jadi aku harus ninggalin Bunda sama Kak Taeyong gitu? Aku gak ngerti sama Ayah, aku gabisa gitu”
“Ayah disini bakalan kasih apa yang kamu mau Ris, ayah akan tebus kesalahan Ayah dimasa lalu untuk masa yang akan datang demi kamu”
“Ayah cukup deh ya, ini masih pagi dan aku tidak mau membahas pembicaraan seperti ini”
“tapi ini harus Ris” tekan Ayahku.
“Ayah please...! APA YANG PEREMPUAN INI KATAKAN PADA AYAH HINGGA AYAH NINGGALIN BUNDA” teriakku sambil bediri, perempuan  di hadapanku yang ku tunjuk-tunjuk hanya memandangku saja.

Plak!

“PEREMPUAN YANG KAU TUNJUK ITU PEREMPUAN BAIK RIS, JAGA SOPAN SANTUNMU!”

Perih, baru kali ini ayah memukulku. Mommy mencoba meredam emosi Ayah yang masih tersulut-sulut memandangku.

“JIKA DIA PEREMPUAN BAIK, KENAPA DIA MEMBUAT AYAH PERGI MEINGGALKAN BUNDA?”

“AIRIIISSS!! JAGA UCAPANMU!”

Tidak terlihat dimataku rasa bersalah seorang Ayah yang telah memukul darah dagingnya sendiri seperti di sinetron-sinetron yang biasanya bilang “ayah tidak sengaja”. Ayah malah seperti ingin melayangkan tangannya lagi untuk menamparku, tapi perempuan itu menahannya. Manik-manik dari mataku terjun begitu saja. Mark yang baru saja datang memegang pundakku yang hampir saja tersungkur.

“MARK AYO PULANG!”

Kutarik tangan Mark menuju garasi. Dara terus berteriak “tunggu” tapi kugubris pura-pura tak mendengar. Ku ambil paksa kunci mobil Mark, tak ada yang bisa mengendalikan emosiku jika emosiku sudah berada dipuncak begini. Terkecuali itu Bunda. Mark menggerutu tak ada habisnya, mengeluarkan sumpah serapah, terus menepuk-nepuk pundakku agar tidak terus-terusan menginjak pedal gas hingga akhirnya Mark berteriak menyuruhku berhenti kebut-kebutan memaksa ambil alih kemudiku.

“STOP IT ANJING! JANGAN BODOH, JANGAN GOBLOK”
“MARKKKK!!! LU GA NGERTIIII!”
“...”
“LU GA NGERTI PERASAAN GUE TADI!!”

Aku terus memukul Mark masih dengan tangis histerisku. Mark tak menggubrisnya sama sekali. Hingga aku lelah dan berhenti memukulnya.

“mukulnya udah puas belum?”
“...”
“sini”
Dia lagi-lagi memelukku, aku diam dalam tangisku.
“kalo masih marah, masih mau mukul. Pukul aja. Jangan lu pendem sendiri”
“...”
“cape yaa?”
“...”
“yahh gue jadi ngomong sendiri”
“ishhh, orang lagi nangis di ajak ngomong”
“udah bisa ngomong berarti nangisnya udah beres ya”
Kudorong Mark, kupukul lagi. Kali ini dia menahanku, dan menarik kepelukannya lagi.
“udah cukup, jangan emosi terus. Masih pagi loh ini Ris” dia melepaskan pelukannya “ke Lotte World nya lain kali aja ya. Kita ke basecamp. Semalem pas lu tidur Kak Taeyong ngasih kabar, suruh ngajak lu ke basecamp masakin anak-anak. Dan kayaknya cocok deh lu mood nya lagi jelek gini” lanjutnya, gak lupa dengan tangannya yang mengacak dikit rambutku, dan menghapus sisa air mataku.
“gue aja yang nyetir, lu pindah ke belakang. Tidur aja, atau mau selonjoran juga serah lu. Tas lu tadi udah gue taroh dibelakang, kabarin kak Taeyong juga” ucapnya lagi
“emm” jawabku sambil pindah posisi kebelakang tanpa keluar mobil, alhasil pantatku nyenggol muka Mark.
“yaelah Ris, kelakuan lu dah. Itu bokonggg” sambil mukul pantatku.
“ihhh gasopan anjir”
“lu yang gasopan muka gue dipantatin bego! Udah disediain pintu malah lewat sini, make up lu benerin tuh acak-acakan gitu”
“kan kata lu tadi serah gue”
“astagaaa ya terserah deh, itu sebelah lu ada paperbag. Ada cemilan, makan aja”
“emm ye yeeee..”

MARSHMALLOW - MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang