49

242 30 12
                                    

"Jadi, siapa yang bisa menjelaskan apa yang terjadi disini?" Tanya Vino.

"Maaf Ayah, Aku..."

"Aku sedang melatih Nadila dan Stephan tidak terima dengan cara mengajarku" Sela Ravien.

"Ini terlalu berlebihan, Ayah"

"Aku mempunyai target. Dan aku harus menyelesaikan itu secepatnya." Ucap Ravien.

"Nadila bisa saja terluka karena serangan Kak Ravien."

"Eve, Nadila. Apa yang sudah kalian dapatkan setelah menjadi muridku?" Tanya Ravien pada keduanya yang berdiri di belakangnya.

"Apa kalian merasakan perubahannya?" Nadila dan Eve mengangguk.

"Mereka masih bernafas dan masih menjadi muridku. Berarti tidak ada masalah dalam sistem mengajarku." Ravien menghadap pada Stephan. Ia juga menyadari, ini adalah pertengkaran terparah mereka berdua. Karena sampai detik ini pun tidak ada yang mau mengalah.

"Jika kau tidak suka Nadila menjadi lebih kuat lagi, silahkan manjakan porsi latihannya. Silahkan didik kekasihmu untuk menjadi beban orang lain. Silahkan gadaikan hidupmu untuk menyelamatkan nyawanya." Ucap Ravien.

"Permisi Ayah, Papa. Aku masih harus mengajar muridku." Ravien melirik Eve. Gadis kecil itu langsung mengikuti langkah Ravien untuk melanjutkan latihan mereka.

"Jika kau berhasil menggunakan sihir bayangan. Aku akan memberikanmu hadiah" Ucap Ravein.

Eve berusaha keras menggunakan segala kekuatannya untuk menghasilkan sihir bayangan.

Gadis kecil itu terus mencoba, meski sudah beberapa kali gagal ia tetap berusaha untuk melakukannya. Tubuhnya mulai kehabisan tenaga, tangannya pun mulai bergetar.
Eve kembali ingin mencoba, namun Ravien menghentikannya.

"Sudah cukup. Kemarikan tanganmu" Eve langsung mengangkat kedua tangannya hingga setinggi dadanya.

"Kau berhasil. Aku akan memberikanmu hadiah setelah ini." Eve menatap bingung pada Tuan nya itu. ia bahkan tidak berhasil membuat satu bayanganpun. Bagaimana bisa ia dinyatakan berhasil?

"Tapi, Tuan. Aku bahkan tidak berhasil membuat satu bayangan pun" Ravien tersenyum.

"Karena aku tau, kekuatan sihirmu saat ini memang tidak akan pernah bisa sampai ketahap membuat bayangan. Tapi, aku menghargai usaha kerasmu." Ucap Ravien sambil menyembuhkan tangan Eve yang masih bergetar. Anak itu sudah melampaui batas kemampuannya sendiri.

"Terima ini. Aku harap setelah ini, kau akan lebih semangat berlatih." Ravien memberikan sebuah gulungan dengan stempel kerajaan.

Ravien mengarahkan telapak tangannya pada gulungan yang berada di tangan Eve, lalu membacakan mantra sihir yang sudah ia pelajari sebelumnya untuk membuka gulungan itu. gulungan yang melayang di udara itu pun perlahan turun dan terjatuh di tanah.
Semakin mendekat pada bagian akhir gulungan itu terbuka, pancaran cahaya berwarna biru dari gulungan itu semakin terang.

Eve, Okta, Vino, Nadila dan Stephan terus memperhatikan dengan serius, dalam hati mereka juga bertanya-tanya. Apa yang akan muncul dari gulungan itu?

Setelah cahaya terang itu menghilang. Sebuah busur dan anak panah muncul. Ravien mengambil busur dan juga anak panahnya, dan secara otomatis gulungan itu terbakar menjadi abu dan hilang tertiup angin.

"Ini untukmu." Eve mengambil senjata baru dari Tuan nya.

"Aku pikir aku akan dilatih sebagai kesatria pedang."

"Aku tau, kemana arah kemampuanmu. Mungkin sekarang kau merasa lebih hebat menggunakan pedang. Tapi, aku melihatmu jauh lebih baik ketika menggunakan panah. Lagipula, aku ingin kau mengusai semuanya. Tidak hanya menggunakan pedang" Eve melompat dengan riang sambil mengangkat senjata barunya di udara.

Two Moon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang