3

7 3 1
                                    

Ku buka perlahan mata ku. Menggerakkan seluruh tubuh ku kanan dan ke kiri. Mencoba bangkit dari tempat tidurku. Masih sangat perih kurasakan luka luka ini. Luka bekas pecahan kaca akibat kejadian yang terjadi setiap malam di rumah ku.

Aku bangkit dari tempat tidurku. Menahan perih luka luka di tangan ku. Seperti ada yang masuk ke dalam rumah. Pintu rumah kami memang tidak pernah di kunci. Semua anggota di rumah ini tidak peduli dengan rumah ini.

Argghh

Aku berjalan menuju pintu. Membuka pintu kamar ku. Tubuhku terdiam ketika membuka pintu kamar. Badan ku melemas. Aku sangat ingin memeluknya. Ku sembunyikan tangan ku ke belakang agar tidak di lihat nya luka luka ini.

Aku ingin bicara pada nya. Sekarang aku hanya bisa menatap nya. Apa yang harus kulakukan. Aku tidak ingin dia ada disini.

"Pergi"

Hanya itu yang bisa ku katakan. Bukan dengan nada kasar ku yang biasa ku pakai saat bertemu dengan nya. Melainkan nada seperti obrolan biasa.

Ia terus menatap ku. Mata nya sangat indah. Aku benar benar tak tahan melihat nya. Air mata ku ingin jatuh rasanya. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Ia terus menatap ku.

Aku bersembunyi di balik dinding. Melihat ia turun ke lantai bawah, aku yakin ia sangat merindukan kebahagiaan di rumah ini. Ia membersihkan serpihan serpihan kaca di lantai dan membenarkan posisi barang.

Ia pergi meninggalkan rumah ini. Aku masih memantau nya. Berharap ia akan baik baik saja. Sudah terlalu lama bagi ku. Aku sudah terlalu lelah dengan keadaan ini.

Sanah. Apa kamu baik baik saja? Apa kamu sudah mengerti tentang makna makna yang tidak kamu tau?
Aku merindukan mu Sanah.

Aku berharap Sanah akan kembali lagi menemuiku. Melihat nya aku merasa lebih baik. Dan begitu lha memang seharus nya karena Sanah kembaranku.

***

Aku mengembalikan buku buku pinjaman ke rak masing masing. Yah, disinilahntempat ku bekerja. Di sebuah perpustakaan. Aku mempelajari tentang hidup disini.

Perpustakaan hari ini lumayan sepi. Ku lihat seseorang dengan pakaian yang sangat tebal sedang membaca buku di sudut dekat jendela. Entah buku apa yang di baca nya. Ia terlihat sangat serius.

Brukkk

Aku terkejut. Begitu pun dengan Icha, rekan kerja ku. Ia baru saja menabrak ku dengan buku buku yang ada di tangan nya.

"Maaf ya Sanah aku benar benar ga liat"

"emm iya gapapa. Sini biar aku bantu"

Icha memberikan sebagian buku nya padaku walaupun mata ku masih memandang ke pria tadi. Icha melihat arah mata ku. Lalu mengangguk seolah paham mengapa aku terus memperhatikannya.

"Ini kemarau. Tapi dia pake jaket setebal itu. Apa Ac kita terlalu dingin ya?"

Aku hanya menaikkan kedua bahu ku. Lalu berjalan mengikuti Icha. Buku buku sudah berada di rak mereka masing masing. Tangan ku terasa sangat kaku begitupun dengan kaki ku. Aku berniat makan siang di dalam perpustakaan saja. Risa akan datang menemuiku di perpustakaan nanti.

Aku memilih buku diantara banyak nya buku di tumpukan rak rak besar ini. Pandangan ku kembali tertuju pada pria itu. Ia bahkan belum bergerak setelah beberapa jam.

" Sanah. Maaf kalau aku lama ya" Risa memukul pundakku. Melihat ku sedang menatap ke pria itu.

"Ini kemarau kan?" hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Risa dan aku menjawab nya dengan anggukan berartikan iya .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANAH & SINAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang