ON THE RIGHT TRACK

10 3 0
                                    

Menembus rimba sebagai rumah para binatang. Ada banyak pepohonan yang tak kuketahui jenisnya. Tetap harus maju walau dinginnya angin menembus rangka tulangku. Ada banyak anggrek yang belum pernah kutemui sebelumnya. Disini aku tak sendiri, aka ada banyak teman menemani, menyemangati setiap hari. Aku harus tangguh. Aku harus kuat. Tak peduli apa pendapat orang. Acuhkan apa yang mereka katakana. Satu yang kutahu, segala jerih payah akan segera terbayar, apabila dikerjakan dengan kesungguhan dan keikhlasan hati.

Lalu, pikiranku melayang pada kejadian lalu bersama ayah dan kedua kakakku. Situasinya sama dingin seperti yang kurasakan. Kami harus bergelut dengan waktu, kecepatan, dan ketepatan.

Rumput yang tersiram embun mulai menyuap sendiri karena sapaan sang mentari. Kabut putih memudar seiring belalunya waktu. Sendauan angin menyapa diri hingga menusuk kalbu. Pipi masih terasa dingin, namun hati milai berkecamuk tak karuan.

"Ayo latihan yang betul. Fokus, fokus dan fokus. Jangan sampai anak panahnya meleset. Tak ada makan siang jika tak bisa mencapai lingkaran yang bernilai 9 atau ". Seru Ayah.

Tangan ini sudah terasa perih. Ayah melarang kami mengenakan plaster atau kain apapun untuk menutup permukaan kulit jempol dan telunjukku. Panas bahkan memerah. Bagaimana kalau terinfeksi? Bagaimana jika tangan ini diamputasi?

"Tidak terjadi apa-apa dengan tanganmu itu, dasar cengeng. Tak akan diamputasi tanganmu itu".

"Mas Furqon dukun apa paranormal sih? Jangan baca fikiran ndok dong mas!"

"Ndok, ndok kamu itu orangnya mudah sekali ditebak. Bahkan mas yakin, pasangan hidupmu pasti akan mudah menebak apa yang kau pikirkan.

Susah sekali melesatkan anak panah diangka 9. Tertancap di angka 5 saja sudah syukur. Tapi jika tak tepat di angka 9, maka tak dapat makan siang. Aaarrgggghhh, tempat ini pun jauh dari restoran atau pun warung tegal sekali pun. Satu hal yang bisa kukatakan. NGENES.

"Anak ayah jangan terus menggerutu. Tak baik. Ayah mendidik kalian, supaya jika kalian jauh dari ayah dan ibu paling tidak kalian harus bisa mengurus diri sendiri. Tak peduli dengan situasi.lalu, bukannya juga kami tak sayang, tapi kami ingin kalian tumbuh menjadi manusia tangguh disegala medan dan ingat Allah pernah berfirman, jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu. Satu lagi, tetaplah dijalan yang Allah suka. Jangan mangkir dari takdirnya. Jangan kikir untuk membelanjakan harta dijalan-Nya"

Ayah? Kenapa ia selalu muncul dipikiranmu, terutama jika situasi seperti ini. Ah, sudahlah. Biarkan saja mereka mencariku. Aku tak peduli. Akan kubuktikan bahwa aku bisa. Let's see.

"Ra. Ra. Zahraaaaaaaa." Seseorang mengguncang tubuhku.

"Ah. Eh iya Sya, bagaimana? Ada apa? Kita dimana?"

"Bagaimana? Ada Apa? Kita dimana? Heh, pertanyaan macam apa itu. Sudah ayo turun kita sudah sampai di TKP.

Mataku melotot tanda tak suka. Galak sekali gadis ini. Baru pertama berjumpa sudah berani memarahiku. Apalagi kalau dia jadi sahabatku. Mungkin tubuhku sudah habis dimakannya. Kanibal.Oh My God. What will happen to me?

"Awas matanya copot lho nanti. Logatku memang seperti itu. Ra aku berharap kita bisa jadi sahabat!" Serunya padaku. Apa iya aku bisa menjadi sahabatnya. Entahlah, sepertinya ini tantangan buatku untuk menaklukan sifat galak bak singa itu.

Aku dan Anastasya turun dari mobil Jeep yang sudah mengantarkan kami sampai di tempat tujuan dengan selamat. Tak berapa lama kami disambut lagi dengan tarian sambutan yang diadakan oleh masyarakat desa. Mereka sangatlah ramah dengan kami dan murah senyum.

Hunian mereka tidaklah mewah. Mereka hidup dalambalutan kesederhanaan, namun mereka tetap bersyukur atas anugrah kehidupan yangtelah mereka peroleh dari sang Kuasa. Satu hal yang mereka pegang teguh hinggasaat ini yaitu alam haruslah senantiasa dijaga, karena dari alamlah kehidupanberasal dank arena alamlah hidup akan damai. Filosofi yang sangat patutdiapresiasi.

SUNSET IN PALESTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang