1 Mantra

9.2K 180 3
                                    

Diandra menghela nafas panjang di balik cermin. 3 bulan sudah dia menghentikan segala komunikasi dengan Samudera, dan selama itu pula dia merindukan laut-nya.
"Harus kuat, harus bisa! Lo harus bahagia tanpa dia, Di!" Itulah rapalan mantra yang setiap hari Diandra ucapkan sebelum berangkat bekerja selama 3 bulan ini.
Diandra segera menyambar kunci mobil dan segera keluar dari apartemen untuk bekerja. Baru saja dia akan melangkah, kakinya mendadak berhenti melihat siapa yang kini berdiri tepat di depan matanya.
Diandra mematung. Tak tahu harus berbuat atau berkata apa.
"Kenapa kamu ngehindarin aku, Diandra?"
Diandra menggigil. Samudera memanggilnya "Diandra" mengindikasikan laki-laki yang selama 3 bulan ia rindukan itu sedang marah besar.
"Jawab, Diandra"
Diandra memejamkan matanya sejenak, mengambil nafas panjang kemudian tersenyum kecil
"Maaf, mas. Aku cuma-"
"Aku menolak segala bentuk alasan, Diandra. Apa maumu?"
"Aku-" Diandra berhenti. Sejatinya dia sendiri juga bingung, apa maunya menghindari Samudera? Bukankah jelas dia masih sangat mencintai Samudera, tetangganya, teman masa kecilnya, pacar pertamanya, dan dunianya?
"Katakan" Samudera mendesak, masih dengan nada dingin dan raut wajah datar
"Aku cuma mau...berhenti" jawab Diandra lirih
"Berhenti apa?" Samudera menggertakkan gigi, tanda dia semakin marah
"Aku mau kita berhenti. Apapun itu yang kita jalani, aku mau kita berhenti mas" Diandra menekan suaranya yang semakin bergetar karena menahan tangis
"Kenapa? Bukannya kita udah bahas ini berkali-kali? Aku bener-bener nggak tahu jalan pikiran kamu, Diandra. Kamu bilang kamu cinta aku. Dari dulu sampai sekarang. Tapi nyatanya apa?"
"Aku menyerah mas"
"Diandra-"sahut Samudera cepat
"10 tahun kita berhubungan dan nggak ada kemajuan mas. Nggak, bukan nggak ada. Tapi kamu nggak mau perjuangin cinta kita, maksudku cintaku. Aku tahu, cinta kamu buat aku udah lama hilang. Aku cuman mainan kan, mas? Jadi tolong, lepasin aku. Aku juga pengen bahagia kayak kamu yang bisa gonta-ganti pacar kapanpun kamu mau"
"Di-"
"Nggak. Aku nggak mau denger apapun
mas. Tolong, jangan dateng-dateng lagi. Aku sedang menata hidupku tanpa kamu. Aku juga sedang usaha untuk melupakan kamu-"
"Melupakan aku?" Potong Samudera cepat "Bagaimana bisa kamu lupain aku sementara selama hidup kamu, cuma aku satu satunya pria yang kamu cintai? Gimana caranya?"
"Aku akan menikah"
Samudera tertawa kencang mendengar jawaban Diandra. Menikah katanya? Diandra, wanitanya itu tak pernah dekat dengan pria manapun selain dirinya. Diandra tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun setelah putus dengannya. Dia bahkan masih berada di sisinya meskipun Samudera berganti ganti pacar kapanpun Samudera mau. Diandra tak pernah mengeluh atau protes, tapi sekarang dia bilang akan menikah?
"Jangan mencari-cari alasan nggak masuk akal"
"Aku memang akan menikah, mas"
"Sama siapa, hah?" Samudera kembali emosi mendengar jawaban Diandra
"Langit"
Samudera kembali tertawa.
"Langit? Dasar gila! Kenapa Langit mau nikah sama kamu? Dia tahu kalau-"
"Kalau aku wanita murahan yang rela ngelakuin apa aja demi mantan pacarnya?" Jawab Diandra getir
"Nah itu kamu tahu"
"Tapi Langit mencintaiku"
Samudera mendengus. Bagaimana bisa Diandra mengarang cerita bahwa Langit, saudara kembarnya akan menikah dengan Diandra.
"Diandra, kamu jangan mimpi! Langit tahu kelakuan kamu, kelakuan kita. Gimana kamu dengan mudahnya ngasih perawan kamu, gimana kita muasin satu sama lain, gimana binalnya kamu di ranjang, gimana mulut kotor kamu muasin milik aku. Kamu inget rekaman seks kita terakhir kali? Aku kasih liat ke dia, sayang. Dia tahu kalau kamu wanita rusak, wanitaku, wanita milik Samudera. Untuk apa dia nikahin kamu?"
"Untuk melindungi Diandra dari bajingan kayak kamu, Samudera"
Suara berat dari belakangnya membuat Samudera kaget.
"Diandra memang mencintai lo, tapi lo nggak berhak nyakitin dia kayak gini!" Langit berjalan ke sisi Diandra dan menggenggam erat tangan wanita itu
"Nyakitin?" Samudera menatap tajam saudara kembarnya, "Bagian mana gue nyakitin dia, Ngit? Lo liat sendiri, gimana dia nikmatin sodokan gue, servis gue. Lo liat rekaman seks gue sama dia, kan? Merem melek, mendesah desah gitu yang lo bilang kesakitan?"
Diandra berusaha melepas genggaman tangan Langit, malu semalu-malunya mendengar Samudera membicarakan dirinya dengan begitu jahat dan vulgar. Dia menyesal, menuruti segala kemauan Samudera demi cintanya yang tak pernah padam untuk cinta pertamanya itu.
"Jaga mulut lo, Sam! Lepasin Diandra, biar gur yang bahagiain dia"

MantraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang