1

366 17 0
                                    

Mina menghela nafas berat, lalu melirik namja di sampingnya. "Ahh!!! Aku bisa gila kalau seperti ini." Yeoja itu bergumam sambil menggeser bukunya hingga membentur kepala kursi Woojin yang ada di depannya.
"Mwoya.." Woojin menoleh ke belakang, menatap heran gadis berambut panjang di belakangnya, lalu setelahnya kembali menghadap ke depan.
Mina benar-benar sudah mau menangis sekarang..astaga kenapa harus dengan Mark lagi. Yeoja itu menunduk.
Mark-ya-namja yang kini duduk di samping Mina itu hanya tersenyum kecil. "Waeyo?" Ia menoleh ke arah Mina. Bohong kalau ia tak tahu kenapa gadis itu bertingkah aneh, ia justru menikmati sikap Mina yang seperti itu. Menggemaskan-di matanya.
"Hem? Tidak." Gadis itu menjawab singkat lalu melepas cardigan hitam seragamnya, menyisakan baju putih dengan dasi merah.
Mark mengangguk, lalu setelahnya tersenyum simpul, "Kau harusnya bersyukur karena menjadi pasanganku sampai akhir semester, jangan mengeluh, hem?"
Sungguh, Mina meremang saat Mark membisikkan kalimat itu tepat di samping telinganya. Seperti mendengar kalimat sihir, gadis itu mengangguk, lalu menatap Mark.
"Mark~ssi, Mina~~ssi! Kalau kalian mau pacaran, cepat tinggalkan kelas!"
Jiyeon-guru kelas mereka-memicingkan kedua matanya begitu melihat Mark dan Mina yang ada di deretan bangku ke tiga saling bertatapan satu sama lain, membuat para murid lain menahan nafas.
'Apa Mark baru saja mencium Mina?'
'Ya! Apa yang mereka lakukan?!'
Mina segera menggeleng. "A-animida saem."
"Jweosonghaeyo saem, aku hanya membantu mengambil bulu kucing di rambut Mina." Mark menjawab sopan, membuat Mina melotot dan seisi kelas menahan tawa.
'Mark Lee! Benar-benar.'
"Aish, sudahlah! Kka, eosso! Keluar dari kelas dan kembali setelah jam pelajaranku selesai. Setelah itu jelaskan di ruanganku."
Mina menghela nafas, lalu melirik namja di sampingnya. Kedua matanya lagi-lagi melebar begitu Mark menarik tangannya keluar kelas. Catat! Tangannya ditarik Mark sampai keluar kelas. Oohh!! Ingatkan Mina untuk menendang Mark hingga Pluto-agar hidupnya lebih tenang.
---
Mark menyodorkan segelas lemon tea pada Mina. "Tidak mau berterimakasih?" Mark menyandarkan kepalanya ke kursi sambil melirik gadis di sebelahnya.
"Berterimakasih? Yang benar saja." Mina memutar kedua bola matanya.
"Aku tahu kau tidak suka pelajaran Jiyeon saem, keutji?"
"Eoh, anjoah. Tapi keluar dari kelas-astaga Mark...kau benar-benar membuatku pusing. Menyebalkan sekali. Ya, bagaimana kalau nanti saem memanggil orang tuaku...aish.."
Mark terkekeh, "Tidak akan. Saem pasti hanya menyuruh kita membersihkan aula olahraga."
"Aish..Ya! Kenapa kau tenang sekali, itu melelahkan Mark." Keluh yeoja itu.
Mark hanya tersenyum, "Selama itu denganmu, tak masalah."
"Hah?!" Mina hampir saja tersedak lemon teanya.
"Kau pernah berkencan?" Mark kini mendekatkan wajahnya ke arah Mina, membuat yeoja itu menahan nafas.
"M-Mark..."
"KANG MINA~SSI! MARK~SSI! KE RUANGANKU! SEKARANG!" Jiyeon memekik keras begitu ia lagi-lagi mendapati dua muridnya itu berdekatan di kantin. Astaga..padahal dia tadi hanya berniat mencari Seungho-guru olahraga yang juga suaminya- tapi ia malah melihat muridnya yang ia hukum sedang berciuman? Astaga..dia benar-benar tak habis pikir.
"Aish...neo jinca!" Mina melotot ke arah Mark, tapi namja itu hanya tersenyum kecil lalu satu kecupan mendarat di pipi Mina.
CUP!
"MARK LEE!"
Kali ini Jiyeon berteriak kalap. Astaga!

~~~tbc

Pick MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang