PART 4

46.7K 459 89
                                    

" Cintaku padamu penuh lika-liku. Sedih, amarah, kebencian, juga permusuhan, tapi percayalah, di saat tersakit kita sekalipun, hembusan nafasku hanya berisi namamu. Kita telah memulainya dengan salah, kini, mari kita perbaiki dan mengawalinya dengan kejujuran. Karena hanya denganmu, dan untukmu "

-Jeanine Frost, Once Burned 'Vlad Dravul ' -

ABRI:

Imelda memasukkan sesuap besar pancake bluebery keju favoritnya ke dalam mulutnya, giginya bergerak perlahan, lembut, mengunyahnya dalam satu seni indah. Imel  memejamkan matanya, tampak menikmati setiap gigit demi gigit kelezatan makanan itu yang kini pasti sedang menari di lidahnya.Satu kali Imel merasakan sisa selai di sudut bibirnya, tanpa ragu dia menjulurkan lidahnya untuk menjilatnya dan menyesap kembali rasanya.

Tindakannya itu memang spontan, sebuah kebiasaan, tapi berdampak berbeda buatku. Perutku langsung menegang, tenggorokanku bergerak pelan, mendorong ludahku membasahi kerongkonganku yang kering bukan dikarenakan nggak minum. Adik  di bawah perutku sama kaku dan tegangnya dengan otot-otot di tubuhku.

Arghhhhhhhhhhh......

Kenapa Istriku harus seseksi itu sih....?!!!

Ini sungguh bencana. Punya Istri secantik, seseksi, dan seanggun Imel, tapi jangankan menidurinya, menyentuhnya saja butuh kekuatan dari para Malaikat serta keberanian setara dengan orang phobia ketinggian berusaha melakukan paralayang.

Kalau boleh jujur, sebetulnya semalam aku sulit tidur sampai seenggaknya matahari nyaris bergerak menuju fajar. Sekarang coba pikir, kalau jadi aku bagaimana caranya bisa beristirahat coba? Aku punya Istri secantik dan seseksi Olivia Jansen Lubis, berada tepat di hadapanku, tertidur di atas ranjang pengantin kami dan hanya memakai baju yang.....Oh Tuhan....hanya benar-benar umatmu paling beriman atau bahkan Tong Sam Chong yang melewatkan pikiran mesum tentang dirinya.

Setiap tetes darah dan sel di tubuhku harus berjuang sekeras besi sekuat baja agar tidak meraup tubuh ramping indahnya, merobek kamisol tipis merah darah yang sangat lezat, lalu meletakkan Imel di bawahku untuk.....Yah, selanjutnya tahu sendiri.

Sama sekali tidak gampang bagiku. Lelaki matang berusia 28 tahun, masih perjaka asli dan jatuh cinta setengah mati pada perempuan yang kemudian menjadi Istrinya dan berakhir di atas ranjang memakai busana seksi. Bahkan dalam imajinasi terliarku sekalipun, belum pernah kubayangkan sosok Imel seperti semalam.

Jadi yah, semalam memang terjadi pertarungan, tapi antara sisi malaikatku melawan nafsu berahiku. Untungnya, Ilmu pengendalian diri yang kudapatkan bukan dari Mario Teguh bisa berhasil. Jika nggak, Well, maka pagi ini hanya akan di isi oleh tangisan serta sesal Imel. Bukannya ekspresi riang, pancaran binar bahagia di matanya, serta senyum lebar penuh kasih dari bibirnya kepadaku.

Sendok dan garpu berdenting pelan di atas piring. Imel sudah selesai makan dan kini dia menyandarkan punggungnya sambil menepuk-nepuk pelan perutnya. Dia sudah mengganti kamisolnya dengan salah satu kaus hitam berlengan panjang milikku, serta celana pendek biruku tapi tetap saja kebesaran buatnya, bukan masalah, mau pakai apa saja Imelda tetap sama cantiknya.

Kepuasan terpampang di mukanya. Membuatku bertanya-tanya, apakah dia akan menampilkan ekspresi sama seperti itu seusai percintaan pertama kami kelak.

Ya ampun Abriiiiii........aku benar-benar butuh guyuran air dingin di kepala setelah ini....adikku sampai berdenyut sakit sekali sekarang.

" Kak Abri kenapa? kok nggak di makan nasi gorengnya? nggak enak ya?" tanya Imel mengejutkanku.

" Ah...eh...itu..." mataku menari-nari menatap apapun selain dia. Akhirnya pandanganku hanya tertuju di atas piring nasi goreng ayam plus telor mata sapi yang masih utuh di hadapanku.

" Sorii, aku sedikit kepikiran beberapa hal tadi" kataku berbohong.

" Benarkah? mikirin kantor ya?" tanya Imel curiga, memincingkan matanya.

" Ehmmmmm"

" Kalau memang di kantor sibuk banget, bulan madunya di tundah juga nggak apa-apa kok, Imel nggak masalah. Imel malah khawatir kalau maksain diri kerjaan Kakak malah berantakan" suara Imel terdengar sungguh-sunguh.

Ya ampun Imel, andai saja kamu tahu isi otakku sesungguhnya. AKu bersyukur nggak sembarangan manusia punya kemampuan seperti Profesor Charles Xavier.

" Bukan masalah kantor kok sayang, cuma lagi mikirin aja tujuan destinasi kita nanti" ku ulurkan tanganku, berusaha menyentuh dan menggengam tangan kanannya yang nggangur di atas meja.

Imel balas menggengamku, wajahnya merona malu dan dia tersipu-sipu persis ABG baru saja jatuh cinta.

Ya ampunnnnn....Imellll....ingin sekali aku menggigitinya! dalam artian bagus pastinya.

Sabar Bri, sabar....semua bakal indah pada waktunya.

" Emangnya Kakak belum nentuin tujuan kita ke mana?"

" Udah sih"
" Di?"

" Yogjakarta...."

Imelda terdiam. Mulutnya membuka, matanya melebar sebisa pupilnya, kemudian bibirnya meledakkan tawa. Imel melompat girang dari duduknya dan tiba-tiba menerjangku, membuatku kaget setengah mati atas perubahan sikapnya ini.

" Ya ampun Kak Abri...makasih banyak ya. Tahu nggak sih, Imel tuh dari dulu kepingin banget bisa ke Jogja, masakan yah tinggal di Jakarta dulu paling banter perginya ke Bandung, puncak, atau telaga dan pantai di Jawa Barat, belum pernah satu kalipun ke Jawa Tengah, Yogja, luar pulau aja paling sering cuman Bali sama Lombok. Imel sendiri dari pada keliling dunia, buang-buang duit ke Eropa mendingan muterin Nusantara Indonesia dulu aja sampai puas baru deh keluar negeri" celetuk Imel panjang lebar.

Itulah gadisku, semangatnya, rasa cinta tanah airnya, sudah sangat sedikit perempuan seperti dia di zaman macam begini. Aku teramat bangga padanya sampai kesulitan lagi menjabarkan kekagumanku buat dia.

" Iya aku tahu kok, makanya aku sengaja milih kota gudeg sebagai tujuan bulan madu kita"

" Kok Kakak bisa tahu sih?" tanyanya, entah kenapa masih saja kaget.

" Sayang, apa sih yang nggak aku tahu soal kamu. Nyaris semuanya sih " jawabku lalu tertawa terbahak.

Kemudian, aku baru sadar akan satu fakta. Kami sedang dalam posisi yang, entah bagaimana bisa sangat....oke aku jabarkan saja. Dia menduduki kedua pahaku, lebih tepatnya dalam posisi mengangkangi. Kedua tangannya melingkari leherku, dan dia begitu....Imel amat....

Oh Tuhan...

" Mel...." suara yang keluar dari tenggorokanku berubah parau dipenuhi desahan aneh. Aku hanya bisa berdoa semoga Imel nggak merasakan gerakan adikku yang menonjol kuat saat ini.

" Hmm, iya Kak...."

" Melll...aku...aku...."

" Ya??"

Sial!Sial!Sial! Imel kenapa juga semakin menunduk sih?!

" Maafin aku..." bisikku lirih.

" Hah?"

Kedua tanganku terjulur, menarik bahu Imel, membawa tubuhnya hingga melekat pada kaus putih tipisku. Meraih dagunya, bibirku bergerak menuju bibirnya.

Mengecupnya. Mencumbunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENGANTIN BARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang