Part 14 - The feeling that never had before

13K 1.4K 361
                                    

Holaaaaa.... 🤣

Aku tuh gitu,
Seneng ngeliat kamu penasaran dan kesel gitu di part lalu 😅

Sekali lagi,
Lapak senang-senang.
Tidak ada yang harus tersakiti karena semua akan mendapatkan kebahagiaannya masing-masing 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Shin mengumpat kesal karena harus segera menuju ke kantornya ketika dia baru saja tiba di Gimpo oleh kakak sialannya itu. Tidak bisakah Hyun berhenti sebentar saja untuk tidak membuatnya kelelahan dalam bekerja? Seharusnya jadwalnya kembali ke Gimpo adalah besok dan bukan sore ini, shit!

Dia sudah kehilangan kesabarannya selama dua hari ini lantaran apa yang dia alami di Seoul ternyata tidak membuatnya senang sama sekali. Masalah pekerjaannya seakan kian bertambah dengan serangan ocehan sana sini dari kakaknya dan pamannya seakan penderitaannya tidak cukup sampai disitu.

Juga ketika malam menyapa di tengah lelap tidurnya, dia memimpikan Nayla yang sedang menangis selama dua malam berturut-turut. Damn! Dia sudah pasti gila karena sempat-sempatnya mencemaskan wanita gila itu ketika dirinya tidak ada.

Saat dia sudah tiba di gedung kantornya, dia segera menuju ke ruangan Percy tapi entah kemana orang itu pergi karena ruangannya kosong. Lalu saat dia keluar, disitu dia melihat sosok Laura sedang berdiri membelakanginya sambil menerima telepon dalam suara serak dan sepertinya sedang menangis di sudut koridor. Ada apa dengan dirinya? pikir Shin.

Dia mencoba mendekat untuk melihat apa yang terjadi pada wanita itu dan samar-samar bisa mendengar ucapan terbata-bata dari Laura disitu.

"Aku sudah tidak bisa, sir. Ini sangat berat dan aku tidak bisa melakukannya lagi." ucap Laura sambil terisak dengan bahu yang terguncang.

Alis Shin mengerut bingung dan Laura terdengar seperti menolak melakukan sesuatu. Dengan siapa dia berbicara?

"Kau tidak tahu karena kau tidak disini. Aku hanya... aku sudah tidak tahan mendengarnya mengatakan hal yang tidak ingin kudengar. Kau tahu jelas kalau aku tidak seperti itu, bukan?" kembali Laura bersuara dalam isakan yang begitu pedih.

Shin bersandar di tembok sambil menyilangkan tangannya untuk mengawasi Laura yang masih berkomunikasi dengan ponselnya. Dia mendengar pembicaraan itu tanpa ekspresi dan dengusan nafas yang terdengar kasar. Apakah Laura memiliki hubungan dengan oranglain dan merencanakan sesuatu yang tidak baik diantara mereka? Jika ya, Shin tidak akan tinggal diam dan membiarkan Laura mengusik ketenangan yang sudah sangat sulit terjadi ketika mereka berkumpul.

Tidak lama kemudian, Laura sudah selesai menelepon sambil mengusap wajahnya dan berbalik lalu tersentak kaget hingga melompat ketika melihat Shin berdiri disitu. Shin hanya menatapnya dengan datar sambil mengangkat alisnya setengah seakan memberitahukan wanita itu bahwa dia sudah mendengar semuanya.

"S...Shin! Kau disini?" tanya Laura kaget sambil mencengkeram ponselnya erat-erat.

"Bisa kau jelaskan dengan siapa kau berbicara dan apa maksud dari semua itu?" tanya Shin dengan nada dingin.

Laura terkesiap. "Sejak kapan kau disini dan apa yang sudah kau dengar?"

"Cukup lama sehingga aku tahu apa rencanamu." balas Shin santai.

Laura mengedarkan pandangan sekeliling dan langsung menarik tangan Shin agar bergerak untuk menuju ke ruangan kerjanya. Setelah tiba di ruang kerjanya, Laura menaruh ponselnya dan mengusap wajahnya dengan gugup seakan dia bertambah frustrasi.

The Rose Petal (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang