Aksa kembali melihat arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir lima belas menit dirinya menunggu di sana, duduk di kap depan mobilnya yang terparkir di dekat gerbang sekolah.
Cowok itu mengamati satu per satu siswi yang keluar melewati gerbang. Tak ada satu pun tanda kemunculan sosok berambut oranye yang ditunggunya. Hingga kedua netra cokelatnya menangkap tiga sosok manusia yang dia tahu sangat dekat dengan Nevna. Biasanya mereka bertiga akan keluar bersama-sama dengan Nevna, tapi kenapa kali ini mereka hanya bertiga? Di mana Nevna?
Buru-buru, Aksa mengambil langkah lebar menghampiri mereka.
"Loh? Itu bukannya Bang Aksa, ya?" tanya Maya pada kedua sahabatnya begitu melihat sosok Aksa berjalan ke arah mereka.
"Lah, ngapain dia ke sini? Harusnya kan mereka udah barengan sekarang," balas Lano yang juga sama-sama tak mengerti apa yang terjadi.
"Di mana Nevna? Kenapa nggak bareng sama kalian?" tanya Aksa tanpa basa-basi begitu langkahnya yang lebar berhenti tepat di depan ketiganya.
"Nevna udah pulang duluan, Bang. Sekitar sejam yang lalu," balas Lano yang kemudian diikuti anggukan penguatan oleh Arsen.
"Katanya dia mau ke kafe Bang Aksa tadi, tapi kok sekarang malah Abang ke sini, sih?" balas Maya yang lagi-lagi diikuti anggukan penguatan oleh Arsen.
Aksa mengernyit bingung. Jadi, Nevna sudah pulang lebih dulu? Tanpa mengabarinya? Dan katanya dia pergi ke kafe untuk menemuinya sejak satu jam yang lalu? Tapi kenapa mereka tidak bertemu jika Nevna benar-benar ke kafe tadi?
"Abang belum ketemu sama Nevna?" tanya Lano yang hanya dibalas gelengan oleh Aksa.
"Jadi, kalau Nevna nggak ketemu sama Bang Aksa, terus Nevna ke mana dong tadi?" gumam Arsen yang seketika membuat mereka bertiga yang ada di sana cemas.
Maya yang sebenarnya sudah memiliki hipotesa sendiri mengenai apa yang terjadi pada Nevna pun mencoba untuk mengungkap segalanya. Masa bodoh jika ini bukan waktu yang tepat, tapi mumpung ada Aksa di hadapannya. Jadi, dia harus menanyakan apa yang sempat mengusik pikiran dan hati Nevna siang tadi.
"Maaf nih Bang sebelumnya, cuma mau tanya aja. Apa Bang Aksa lagi dekat sama cewek lain selain Nevna? Bukan aku ngeraguin kesetiaan Bang Aksa loh, ya. Cuma seharian ini, Nevna murung terus, kaya nggak punya semangat gitu, Bang."
Fokus Lano dan Arsen yang semula hanya tertuju pada Maya yang sedang berbicara kini beralih sepenuhnya pada Aksa. Mereka menanti jawaban seperti apakah yang akan keluar dari mulut cowok idola kaum hawa itu.
"Sepertinya aku tahu apa permasalahannya sekarang," gumam Aksa sambil mengangguk paham, membuat ketiga manusia berseragam SMA di hadapannya semakin penasaran.
"Aku pergi dulu, ya. Makasih infonya, May." Aksa langsung bergegas pergi menuju mobilnya, meninggalkan ketiga sahabat kekasihnya yang masih mematung menanti jawaban begitu saja.
"Apa-apaan itu tadi?"
"Jadi, maksudnya Bang Aksa beneran selingkuh?"
"Maya, jaga ucapan kamu!"
Maya melotot pada Arsen. "Bukannya lo bilang kalau lo juga lihat Bang Aksa jalan sama cewek lain kemarin?"
"Ya bisa aja kan itu saudaranya Bang Aksa. Kenapa kamu ngiranya harus selingkuhan coba," tukas Arsen kesal.
"Lo kaya nggak tahu Maya aja sih, Sen. Dia kan memang suka negative thinking aja kalau sama cowok, tuh," sahut Lano.
"Ya sudahlah. Lebih baik kita tunggu aja Nevna cerita besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK MERAH JAMBU
أدب الهواة"Sebenarnya pacar Abang itu aku atau dia, sih?!" Nevna dibuat kesal tingkat dewa saat Aksa, kekasihnya, lama-lama lebih mementingkan Selie-yang Aksa klaim sebagai temannya sejak kecil-daripada dirinya. Bahkan saat berdua dengan Nevna pun, Aksa lebih...