RED |03|

14 0 0
                                    

Kami pun menyantap makan malam dengan hening, belum ada yang membuka percakapan. Sampai Dave mengeluarkan suaranya.

"Apa ingatan mu sudah kembali?" tanya Dave to the point, aku langsung tersedak dengan makanan ku.

Aku hanya menjawab dengan gelengan lemah.

Sudah lama sejak terakhir kali Dave bertanya mengenai masalah ini.

Aku berharap mengingat semuanya segera. Tapi bagaimanapun aku berusaha mengingat kepingan masalalu itu kepaku ke selalu terasa sakit seakan mau meledak.

--------------------

Evelyn cukup dikenal di sekolahnya, dengan wajah cantik dan tubuh bak seorang model tidak menutup kemungkinan Evelyn untuk menjadi terkenal di sekolahnya. Tapi Evelyn tidak pernah menginginkannya.

Dari sejak Evelyn resmi menjadi anggota keluarga Xavier, Evelyn selalu dibanjiri harta. Dengan segala kemewahan yang diberikan keluarga Xavier kepadanya membuat Evelyn sangat disenangi saat SD dan SMP.

Sampai ketika SMA, Evelyn mengatakan bahwa keluarganya bangkrut. Sejak saat itu, satu persatu teman yang dekat dengan Evelyn mulai menjauhinya hingga hanya menyisakan segelintir orang yang berteman dengannya yang tidak memandang kasta sosial.

Salah satu dari sekian banyak orang yang bertahan adalah Tifany, Tifany Albar anak dari seorang pengusaha kaya. Ayah Tifany memiliki usaha di bagian pertambangan, usaha yang sama yang dijalankan keluarga Xavier selain bisnis hitamnya.

Dari saat itu Evelyn tau, banyak orang yang berteman dengannya hanya karena harta yang dimilikinya.

Suatu hari Evelyn bertanya pada Tifany, mengapa Tifany masih mau menjadi temanya setelah keluarganya bangkrut.

Flashback on

Seperti biasa Evelyn masuk ke kelasnya, tapi hari ini ada yang berubah. Setelah Evelyn mengatakan keluarganya bangkrut orang-orang yang mengaku temannya mulai menjauhinya.

Hanya segelintir orang yang mau menyapanya, tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Saat Evelyn berjalan menuju kelas berbagai tatapan dihadiahi oleh orang-orang yang melihatnya, dari mulai tatapan kasihan sampai tatapan benci sekalipun.

Jika ditanya bagaimana keadaan Evelyn, tentu saja dia sangat senang. Setidaknya Evelyn sudah mengurangi populasi fake friends di dalam hidupnya.

Evelyn duduk di tempat duduk kesayangannya di sebelah Tifany.

"Kenapa Fany tidak ikut menjauhiku ya?" tanya Evelyn pada dirinya sendiri.

Dengan menguatkan tekat, Evelyn memberanikan diri untuk bertanya kepada Tifany.

"Hm, Tifany gue boleh nanya nggak?" Evelyn melancarkan aksinya. Evelyn menggunakan cara bicara yang berbeda saat di sekolah dan di rumah. Saat di rumah Evelyn selalu dituntut untuk berbicara formal.

Tifany mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang ia baca, dan kemudian menaikkan sebelah alisnya. "Mau tanya apa?"

"Lo kok masih mau duduk deket gue, masih mau jadi temen gue? Lo nggak malu punya temen kayak gue?" tanya Evelyn to the point.

Tifany terkekeh sebelum menjawab, ia menutup novelnya dan memberikan seluruh perhatiannya kepada Evelyn.

"Emang temen kayak lo tu, temen yang gimana?" Tifany balik bertanya.

"Ya kayak gue, miskin" jawab Evelyn.

"Lo kira gue sama bodohnya dengan orang di luar sana? Sekalinya lo bilang keluarga lo bangkrut mereka langsung percaya?"

"Maksudnya?" Evelyn mulai tidak paham dengan arah bicara Tifany.

"Dasar bodoh, gue tau keluarga lo tu nggak mungkin bangkrut dalam satu malam. Perusahaan besar di mana-mana, bangkrut dalam semalam? Oh poor you Evelyn, itu nggak mungkin" Tifany menjelaskan "Lagipula kalau emang keluarga lo bangkrut, masalah buat gue apaan? Nggak ada masalah apa-apa tu. Gue bukan tipe orang yang berteman karna harta. You know keluarga gue udah melebihi dari kata cukup" sambung Tifany.

Evelyn tercengang mendengar penjelasan Tifany.

"Dan gue juga pernah pake trik yang sama pas SMP, and you know gue merasakan hal yang sama persis sama yang lo alami. Temen dan sahabat, mulai ninggalin gue satu persatu. Dan parahnya lagi gue sempet jadi korban bully"

Evelyn takjub mendengar cerita perempuan di depannya ini yang sekarang sah menyandang gelar sebagai temannya.

"Terus lo diem aja dibully?" Evelyn bertanya antusias.

"Ya enggak lah, yang adanya mereka yang ditendang dari sekolah" Tifany tertawa sehingga menampilkan lesung pipinya.

Mereka pun mulai menjadi sangat dekat satu sama lain sejak saat itu.

Flashback off

"Fan" Evelyn memanggil Tifany.

"Hm"

"Tifany"

"Hm"

"Heh buluk" Evelyn menarik novel yang sedang dipegang Tifany membuat sang empunya naik darah.

"Apaan sih Lyn? Balikin nggak novel gue!" pinta Tifany pada Evelyn.

"Nggak, siapa suruh lo diemin gue. Pacaran aja tu sama novel sekalian" ucap Evelyn.

"Lah malah ngambek, kenapa sih?" tanya Evelyn.

"Nggak jadi" Evelyn menjawab dengan cepat.

"Yaudah kalau nggak jadi, gue mau lanjut baca" Tifany mengambil novelnya, yang lansung ditahan oleh Evelyn.

"Kenapa lo? Katanya nggak jadi cerita, siniin novel gue!" pinta Evelyn.

"Iya iya gue cerita" Evelyn menjawab dengan sedikit tidak ikhlas.

"Buruan" perintah Tifany, melihat Evelyn yang masih misuh-misuh tidak jelas.

"Iya iya, jadi gini. Padahal gue mau cerita sama lo dari tiga hari yang lalu tapi kelupaan"

"Langsung ke intinya Lyn" sanggah Tifany yang tidak sabaran.

"Ga sabaran banget sih lo jadi manusia. Jadi gini, waktu makan malam sama Dave kemaren, Dave tiba-tiba nanya ke gue tentang ingatan gue" jelas Evelyn.

"Terus lo jawab apa?" Tifany mulai tertarik.

"Gue jawab, belom"

"Emang lo belom inget sedikitpun?" tanya Tifany.

"Yee, kalau gue inget mah gue udah kasi tau ke elo kali" tukas Evelyn. "Gue bener-bemer nggak inget apapun, yang gue tau tentang hidup gue sebelum tinggal sama keluarga Xavier cuma sebatas cerita yang dikasih Dave" lanjut Evelyn

"Setidaknya lo udah usaha buat ingetkan? Bukan sengaja lo lupain" Tifany memberi jawaban untuk menenangkan Evelyn.

"Gue udah usaha, tapi setiap gue mikir keras buat inget, kepala gue langsung sakit pake banget" tutur Evelyn.

"Jangan lo paksain, ntar malah sakit. Mungkin emang belum saatnya buat lo inget masalalu lo yang entah bagaimana itu" timpal Tifany.

"Iya iya nggak bakal gue paksaain kok, tapi gue tiba-tiba kepikiran kenapa Dave tiba-tiba nanya kayak gitu ya?" Evelyn mulai berpikir.

"Kalau itu mana gue tau, lo tanya aja sendiri ama Dave nya langsung" jawab Tifany yang dihadiahi tatapan aneh dari Evelyn.

--------------------

Tbc

RedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang