Part 2

394 3 0
                                    

Alia membuka kelopak matanya yang berat ketika dirasakannya seseorang menepuk-nepuk pipinya.

Lia...Lia...bangun! Bangke gorilla sialan. BANGUN WOOOIIII....!!!! kali ini suara itu tersengar berteriak dengan kesal. Alia tersentak kemudian duduk menatap dengan garang ke arah Andra, hanya Andra yang akan memperlakukannya seperti itu. Sekilas dia sedikit berharap melihat Andra talanjang tetapi sepertinya keinginannya tidak akan terkabul karena cowok itu sudah memakai pakaian lengkap, sudah mandi juga karena rambutnya terlihat basah.

Kebiasaan jelek banget gue nelanjangin diri kalau lagi mabok. Gue gag ngapa-ngapai lo, kan?! Tanya cowok itu seraya menjatuhkan dirinya di tepi tempat tidur.

Alia sedikit tertohok mendengar kata-kata itu terluncur dari bibir Andra, rasanya seperti ditolak secara tidak langsung. Tapi Alia dengan cepat mengubah air mukanya karena takut Andra curiga, sahabatnya itu terlalu mengerti dirinya dan itu sedikit menakutkan.

Enak aja. Lo gag liat gue masih utuh begini?! sungutnya palsu. Ubah tu kebiasaan lo. Kalau gue bangun duluan trus liat mammoth lo, amit-amit jabang bayi gue rutuknya semakin palsu.

Woow...mammoth. Kedengaranya bagus Andra nyengir lebar.

Mandi sana gih. Kita pulang. Mama pasti ngomelin kita lagi erang Andra. Mau tak mau Alia kemudian tersenyum dengan paksa kemudian bangkit dari tempat tidur. Masih perih.

Kenapa jalan lo kayak begitu? tanya Andra membuat Alia menghentikan langkahnya dan meringis kesal.

Kayaknya kaki gue terbentur sesuatu bohongnya, kemudian cepat melipir ke kamar mandi dan memasang shower kuat-kuat. Setelah menanggalkan semua pakaiannya, dia berdiri di bawah shower dan membiarkan tubuhnya diguyur air dingin dan dia menangis. Ini pilihan tepat, pikirnya. Sangat tepat. Alia tidak pernah menyesali tidur dengan Andra, tidak pernah dan tidak akan. Tapi dia sudah berjanji dalam hati akan bersikap seperti biasa setelah ini.

Setelah bersih, Alia keluar dari kamar mandi sambil melilit rambut pendek basahnya dengan handuk hotel. Andra tidak ada dikamar, tetapi samar-samar Alia bisa mendengar suara cowok itu dari arah balkon, sedang cekikikan seperti orang mesum gila. Alia menghela nafas dan dadanya terasa sakit, tetapi memaksakan dirinya berjalan ke balkon dan mendapati Andra sedang menghadap keluar dan merokok di kursi. Sekian detik Alia menatapnya dalam diam, bahagia sekali orang yang bukan sahabat Andra karena akan memiliki kesempatan untuk memiliki Andra. Hanya dia yang tidak memiliki kesempatan itu walau dia tau dia yang paling menginginkannya. Dia kemudian duduk didepan Andra.

Indah Andra menunjuk hapenya dan menyebut nama Indah tanpa suara. Alia tersenyum sekilas dan mengangguk kecil lalu meraih rokok Andra dan menariknya sebatang, menyalakannnya dengan lihghter AC Milan milik Andra lalu menyesap kopi instan yang disediakan Andra di depannya. Mungkin Andra mendapatkannya dari restoran hotel beberapa menit lalu, karena Alia memang mandi agag lama.

Sudah dulu ya sayang. Mama aku melototin mulu, nih. Andra memeletkan lidahnya pada Alia yang disambut Alia dengan melemparkan lighter ditangannya kearah Andra.

Bye...see you, honey Andra kemudia meletakkan smartphonennya di meja kemudian memungut lighternya dilantai.

Ini hadiah dari Mama tiri gue tau. Hadiah spesial. Jahat banget lo Andra mengelus lighternya dan Alia memanendang tulang kering Andra perlahan, karena dia menyebut Alia Mama tirinya dan kenyataannya memang dia yang membelikan lighter itu langsung dari Milan ketika dia ada pemoretan disana. Bukan sebagai model, tapi photographer. Emangnya dia cocok jadi model apa? Pakaian anak-anak?

Sensi amat lo, Nyet! Balikin rokok gue! Andra memelototinya.

Sialan, lo! Kayak lo gag pernah nyolong rokok gue aja sinis Alia.

Ini kasusnya lo nyuri rokok gue dan lo nganiaya gue

Nganiaya kepala lo pesong! Lagian gue ngambil, monyet! Didepan muka lo!

Makanya jangan manyun, dong! cemberut Andra. Alia kemudian melebarkan bibirnya sampai menampakkan giginya.

Gag tulus amat senyuman, lo. Udah ah, jelek Andra menangkup wajahnya dengan tangan besarnya itu. Tangan yang tadi malam mungkin sudah membangkitkan gairah primitif Alia sebagai wanita. Tangan yang mungkin sudah mengeksplorasi seluruh tubuhnya tadi malam. Alia menggeleng kuat ketika menyadari khayalan joroknya sekaligus menjauhkan tangan Andra dari wajahnya.

Besok, kalau bukan lo yang motret gue, gue bakalan kabur ancam Andra yang adalah seorang model pakaian pria dan model apa saja yang ditawarkan untuknya, dan buruknya atau bahkan baiknya, semua agensi bahkan tau kalau model pria hot seperti Andra hanya mau dipotret oleh Alia.

Kalau suatu saat gue menghilang, apa lo bakal berhenti jadi model? gerutu Alia.

Lo gag bakalan kemana-mana Lia! Andra menatapnya dengan serius. Mereka sudah sering membahas ini dan kesimpulannya tetap pada Andra akan bersedia jadi model apapun kalau Alia juga bersedia mengambil photonya.

Ih...gantian lo yang sensi. PMS, nyet? ejek Alia.

Jangan pernah bilang kalau lo bakal menghilang Andra menatapnya serius, membuat Alia tertohok. Akankan Andra mengatakan hal yang sama ketika pria itu sudah berkeluarga nantinya? Akankah Andra akan mengatakan hal yang sama kalau tau Alia sangat menyukainya? Pegang tangan gue kalau ada angin kencang. Lo kan kecil, takutnya badan lo klewer-klewer waktu diterpa angin

Sialan.... Andra memang diciptakan untuk selalu mengejeknya tapi Alia tidak pernah merasa marah dan sakit hati akan hal itu. Dialah yang paling tau kalau Andra menyayanginya dengan caranya sediri. Mungkin tidak akan pernah menjadi as a lover seperti yang diharapkannya, tapi setidaknya akan ada orang yang selalu memegang tangannya erat kalau dia sedang berada dalam situasi sulit.

Alia AndraWhere stories live. Discover now