RENGAT - EMPAT

14.4K 1.8K 409
                                    

Tolong refresh lagi ingatan kalian tentang part ini. Soalnya aku mau update, jadi nggak seru kalau kalian lupa-lupa ingat sama jalan ceritanya😘

***

Bangun pagi, Alkan bertemu kamar kosong. Kekacauan bekas main Peo sudah diberesi. Badan dispenser tertempel sepucuk surat. Isinya memuat pamit Adrielle. Wanita itu hendak bertandang ke ibu angkatnya di sekolah tempat Suster Wang mengajar. Baris pesan berikutnya soal dua buah sosis warungan goreng, untuk pendamping nasi, sarapan Alkan.

Itu uang, kamu pakai ganti ban dalam.

Pesan lanjutan. Alkan temui selembar 50.000 di bawah piring sarapan. Dugaannya, Adrielle sudah mengambil upah mencuci dari penghuni kost nomor 8. Puji Tuhan. Diberkatilah pagi ini. cepat-cepat Alkan habiskan sarapan. Tak sabar ingin mendulang berkat-berkat lain di luar sana.

***

Sembilan jam, delapan penumpang diangkut. Yamaha Mio milik Alkan terparkir dekat gerbang sebuah kantor. Tepat saat pesannya terkirim pada CS terakhir, jam di ponsel menggulir sedetik. Angka 16.59 berganti 17.00. Penghujung sore yang sejuk, seadem pikiran Alkan.

Sedari siang, langit tampakkan wajah sembab. Sekarang, dia bahkan sudah menangis hingga partikel-partikel airnya terkena layar ponsel Alkhan. Tak sempat amankam dalam saku, benda pipih itu bergetar.

Al, kamu ikut ke New Zealand kan?

Alkan pikir dari CS, ternyata Valerie.

Rabu kita berangkat ke Vatikan untuk pemberkatan. Kamis sore langsung terbang ke Auckland. 

Kmu bareng rombongan, harus sampai sana Jumat pagi. Lalu Sabtu kita otw ke Lake Wakatipu.

Datang, kan, ya? plis banget. Kamu kan cupid-nya aku sama Jo.

Wajib hadir!

Surat2 penting kamu, sudah disiapin Kak Paris kok buat jaga2 kalo kamu setuju.
Tante Bel, Om Arlan, Kak Paris, Mereka mau kok kamu datang.

Keluarga sepakat kamu harus ikut

Di status, tersaji Valeri is typing...

Alkan dapat memperediksi kata apa yang mengisi elipsis itu. Jenis kalimat yang memenuhi balon-balon chat selanjutnya. Segera dia hapus isi percakapan. Tak mau Adrielle melihat. Pertama, Valerie adalah mantan perempuan yang gagal dijodohkan dengannya, karena gadis itu berbelok hati pada Jo—yang sampai detik ini masih jadi pemicu cemburunya Adrielle. Kedua, tak sampai hati Alkan biarkan ibu dari anaknya itu terus-terusan melahap penolakan.

Kamu juga boleh bawa Adrielle kok, Al.
Akomodasinya dari aku.

Boleh bawa Adrielle. Ulang Alkan, tak habis pikir. Apa mereka sedang melucu? Ini perjalanan ke luar negeri, bukan sekadar lintas provinsi dengan bis, cukup bawa diri dan Antimo. Banyak hal yang harus disiapkan sejak jauh-jauh hari. Jangankan Visa, KTP saja saja Adrielle belum punya.

Motif mereka adalah: ingin melihat Adrielle ditinggalkan di Bandara. Niat jahat berbungkus basa-basi. Alkan menggeleng miris. Bagian tidak disetujui keluarga, itu sudah jelas. Intervensi, dan percobaan untuk memisahkan, jadi camilan empat tahun belakangan. Tapi, Alkan tak menyangka, sampai detik ini, semangat mereka belum pudar. Ada saja ide-ide kejam yang muncul agar Alkan tinggalkan Adrielle. 

“Mas!”

Suara lembut terobos kuping, bersamaan tepukan di pundak. Pelakunya seorang wanita. Necis khas kantoran. “Ya, ampun! Mas-nya kok cakep banget?” spontannya, sunggingkan senyum dari bibir berpoles lip tint itu.

RENGATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang