Part 3

15 4 0
                                    

Jalanan penuh dengan kendaraan sudah tak asing lagi di kota jakarta ini. Mengenal kota itu adalah kota Metropolitan jadi tak heran jika jalanan kota di penuhi kendaraan roda empat maupun roda dua. Sehingga sering membuat kota itu mengalami macet.

Nalsha Sedang berjalan di Trotoar jalan sembari menatap keadaan kota kelahirannya. Dengan background kendaraan yang lalu lalang. Rambut panjang bergelombangnya yang ia sanggulpun kini tergerai karena angin. Dan membuat gadis itu terlihat lebih cantik.

Menatap gedung-gedung, Gadis itu di kejutkan oleh sebuah bunyi keras.
Nalsha tanpa pikir panjang berlari kearah bunyi tersebut. Dan menampakkan seseorang yang sedang tergeletak di jalanan dan motor yang terjatuh di sampingnya. Orang itu terjatuh di parkiran sebuah Taman.

Nalsha dengan perlahan mendekat dan menatap pengendara motor itu. Sepertinya pengendara itu sedang kesakitan. Tentu saja jatuh dari motor pasti menyakitkan.

"Kau tidak apa-apa??"

Nalsha bertanya sambil menatap prihatin ke arah Orang yang kini meringis kesakitan.

Dengan dibantu oleh nalsha,orang itu melepas helm Full face-nya dengan pelan. Nalsha meringis ketika melihat darah yang mengalir melalui dahi lelaki di depannya. Lelaki di depannya menunduk sambil meringis.

Bahkan darah itu hampir menetes. Sedetik kemudian,Nalsha mematung melihat wajah itu ketika orang itu mendongak. Dia merasa familier. Tapi,Ia lupa.

Lelaki itupun sama dengannya, Terpaku dan terkejut. Bibirnya bergumam lirih dengan suara kecil. Nalsha saja tidak mendengar apa yang di gumamkan oleh  lelaki itu. Lelaki itu segera memalingkan wajahnya dan berakhir membuatnya meringis sakit sekali lagi. Munkin karena terlalu kencang membuat lehernya yang sakit tambah sakit.

Nalsha memegang erat lengan dan membantu lelaki itu untuk berdiri. Ia Memapahnya kearah bangku yang dekat dari tempat mereka. Dengan perlahan ia mendudukkan lelaki itu. Duduk sambil meringis yang kini lelaki itu lakukan.

"Tunggu sebentar. Jangan kemana-mana" Nalsha segera berlari ke arah apotek yang ada di seberang jalan. Pria yang kini mendongak, menatap ke arah punggung gadis yang berlari menyeberang. Bibirnya sedikit tertarik membentuk senyuman tipis lalu meringis ketika ia merasakan sakit di bagian dahinya yang kini berdarah.

Beberapa saat kemudian,Nalsha datang sambil menenteng kantong kresek berwarna putih. Yang ia yakini sebagai obat.

Nalsha membantu untuk mengobati luka di wajahnya. Dengan pelan memoles obat dan salep tak lupa antiseptik. Sesekali lelaki itu meringis ketika obat itu mengenai lukanya. Perih.

Namun,ia bersyukur. Setidaknya wajah manis gadis itu dapat ia pandang dalam jarak yang dekat. Dengan muka serius mengobatinya. Bahkan,gadis itu sesekali meniup pelan lukanya. Membuat ia bergetar dan menimbulkan rasa hangat yang menjalar ke hatinya.

Ia masih ingin menatap wajah itu, namun gadis itu sudah menjauh dan membereskan obat-obatnya. Gadis itu tersenyum simpul dan beralih menatap mata yang sedari tadi memandangnya.

"Kau baik-baik saja?"

'Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Jantungku berdebar ingin melesat keluar..'

Dahi Nalsha menyerngit ketika lelaki di depannya menatap lurus ke arahnya tanpa berkedip. Nalsha berulangkali memanggilnya nanun tidak ada respon dari lelaki itu.

Tiba-tiba nalsha meniup wajah bengongnya. Membuat lelaki itu tersentak.

"Akhirnya sadar juga. Aku pikir kamu kerasukan.."

"Maaf. Saya telah lancang"

"Gapapa. Btw nama kamu siapa?"

"Alnando. Panggil saja nando."
Ujar lando.

"Oh nando. Nama aku Nalsha"

Kedua tangan mereka berjabat dengan saling melempar senyum.

Nalsha melepas jabatan tangan itu ketika ia mengingat sesuatu. Ia lupa tujuannya. Oh tidak, ia tak bisa mendapatkan pekerjaannya jika ia terlambat seperti ini. Ia harus bergegas. Nalsha berdiri sambil menyambar tas punggungnya yang bersadar di bangku.

Ia berlari dan meninggalkan muka cengo nando yang daritadi menatapnya.

Tak sampai 5 detik,Nalsha kembali berbalik dan melangkah mendekat ke nando. Membuat lelaki itu berjengit heran.

Nalsha meraih tangan Nando dan menjabatnya lagi. Bibir nalsha tersenyum lebar.

"Aku pergi dulu ya. Soalnya aku lagi buru-buru. Dadah Alnan. Semoga kita bertemu lagi".

Nalsha kembali berlari dan beranjak pergi meninggalkan nando yang masih menatap punggungnya yang kian mengecil seiring langkah yang ia ambil.

Bibir nando tersenyum.

"Udah aku bilang Nando. Ia panggil Alnan."

Ucapnya sembari terkekeh kecil dan menunduk. Meringis sedikit ketika dahinya kembali seperti tersengat.

***

Tungkainya berhenti melangkah ketika pintu bergaya eropa berada di depannya. Dengan menghela napas,gadis itu melangkah memasuki bangunan yang dipenuhi bunga menggelantung di atap bangunan.

Terhitung dua kali ia memasuki ruangan itu. Akan tetapi,dirinya belum bisa berhenti mengagumi toko bunga itu. Dengan aroma Bunga yang harum dan campuran wangi kayu manis yang menyeruak membuat siapapun akan tenang.

Di setiap sudut ruangan terdapat berbagai macam pot dengan bunga yang menggelantung. Lantai yang terbuat dari kayu membuat ruangan itu tampak sederhana namun, menenangkan.

"Kau sudah datang"

Suara wanita tua mengagetkan nalsha. Ia hampir terjungkal dan membuat nenek itu terkekeh. Nalsha menghampirinya dan menyalimi tangannya.

"Iya nek. Di mana aku bisa bekerja?"

Nenek itu menunjukkan sebuah meja dengan berbagai macam bunga bertangkai di bawahnya. Meja itu berbentuk seperti sudut 90° dengan kaca sebagai pelindung bawahnya.

"Kau bisa merangkai bunga pesanan orang disini"

Nalsha tersenyum lebar dan mengangguk. Ia membungkukkan badannya ke arah nenek itu sebelum si nenek beranjak pergi meninggalkannya.

Jadi,kemarin ia tak sengaja menemukan bangunan yang nerupa toko bunga ini. Ia beeniat masuk dan melamar kerja siapa tahu ia bisa membantu. Dan ternyata nenek itu memang sangat kewalahan mengurusi pelanggan yang memesan bunga.

Di belakang bangunan terdapat taman bunga yang bisa dibilang luas. Berbagai macam bunga ada disana. Dengan atap yang terbuat dari kaca bening.

Pintu berdenting dan mengalihkan pikiran nalsha. Ia menatap orang yang masuk dan berdiri menyambutnya.

Remaja lelaki berseragam SMA itu tersenyum tipis ke arahnya.

"Ada yang bisa saya bantu dek?"

"Bikinin saya buket bunga yang cocok untuk selera perempuan. Pastiin buket bunga itu bisa jadi mood booster-nya.

Nalsha mngangguk dan meninggalkan remaja yang duduk sambil memainkan smartphone nya.

Nalsha membutuhkan waktu 20 menit untuk merangkai bunga itu. Dengan dipenuhi senyuman ia fokus pada buketnya. Tanpa menyadari bahwa remaja itu memotretnya.  foto itu bisa ia sebarkan.

Lumayan. Foto cecan di toko bunga.

{•••}

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAKE:-)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang