Part 2

17 5 0
                                    

Harumnya tanah setelah hujan membuat gadis itu enggan melunturkan senyumnya. Tak perduli dengan berbagai tatapan orang-orang tentang dirinya yang selalu tersenyum. Bahkan tak jarang banyak yang menatapnya sinis layaknya menatap orang gila.

Dia hanya terus ingin menikmati suasananya saat ini. Melangkah dengan pelan dan sesekali menggerakkan kepalanya menikmati alunan musik. Setidaknya saat ini,Bebannya sedikit berkurang dan meringankan kepalanya serta bahunya. Langkahnya terhenti ketika menatap cafe di yang dia lalui.

"Bukannya cafe om bahar tutup ya??Kok buka sih??"

Kepalanya celingukan menatap kedalam cafe. Dinding cafe yang terlapisi kaca bening memudahkannya untuk menelusuri kedalam cafe.

Keningnya berlipat tanda tak paham. Pasalnya,kemarin om bahar yang menjabat sebagai pemilik cafe tersebut sekaligus Bos-nya mengatakan bahwa cafenya tutup selama setahun. Tapi, ia menatap dari luar cafe itu, pegawai teman kerjanya masih sibuk bekerja. Tapi kenapa dirinya tak di panggil bekerja atau setidaknya di beritahu.

Memilih memasuki cafe, Ia disuguhkan tarapan heran oleh para pegawai disana. Seorang gadis datang menghampirinya dan menariknya ke luar sambil berlari kecil dengan ekspresi panik kentara di wajahnya.

"Lo kok ada disini sih?! Bukannya lo ngundurin diri??"

Mbak nira, Teman kerjanya menatapnya bertanya.

"Ngundurin diri?Enggak kok mbak,Aku nggak pernah ngundurin diri sama sekali. Bahkan,Aku bingung, bukannya cafe-nya tutup ya?, Soalnya Kemarin Om bahar bilang----"

"kamu di pecat!"

Suara lantang dari dalam cafe membuat kedua gadis itu menoleh. Nira melirik sedikit ke arah gadis disampingnya yang masih terkejut.

"Ta-tapi om,Kok saya di pecat?"

"Saya tidak mau memperkerjakan Gadis malas sepertimu. Kau pikir kau di gaji hanya untuk duduk saja hah?!  Untung saja Rena memberitahuku jika kerjaanmu hanya malas-malasan setiap saat. Jika tidak, maka kau akan setiap Minggu makan gaji buta. Dasar pemalas"

Lelaki paruh baya itu menatap garang ke arah Gadis yang masih menatapnya tak percaya. Ia mendengus dan melengos pergi meninggalkan suasana hening di cafe itu.

Nira mengusap bahu gadis Berwajah murung dengan tangan yang masih terkepal erat. Mata gadis itu menatap nanar ke arah depan.

"Udah Sya, masih banyak kerjaan di luar sana yang lebih bagus dari ini. Lo tenang aja gue bakal bikin perhitungan sama si cabe kelontang si rena itu" Ucap Nira dengan nada meyakinkan.

"Udahlah mbak. Gak usah di balas. Aku akan cari kerjaan yang lain aja"

Gadis Bernama Nalsha tersenyum tipis pada wanita yang sudah sering kali ia repotkan. Tak terhitung berapa kali dirinya merepotkan mbaknya yang satu ini.

Nalsha memeluk Mbak Nira erat dengan wanita itu mengelus rambutnya. Mereka berdua sudah berjuang bersama sejak SMA lalu saat dirinya masih menjadi Junior Nira. Saat itu Niranda Permata adalah senior terbaiknya sampai sekarang ini. Gadis beda setahun dengannya itu sudah jadi inspirasi dirinya. Belum lagi mereka tinggal satu kompleks.

Setelah pamit dengan Nira, Nalsha beranjak pergi meninggalkan tempatnya bekerja dahulu sebelum dirinya di pecat.

***

Secangkir kopi hitam dengan asap mengepul diraih oleh Nalsha. Dirinya masih memikirkan bagaimana caranya dapat mendapat pekerjaan baru lagi. Dengan pekerjaannya sebagai Pelayan cafe tak mampu memenuhi kebutuhannya. Bahkan dirinya masih harus bekerja di sebuah POM bensin, belum lagi pekerjaannya sebagai OB di sebuah gedung perusahaan. Tapi untung saja, Gajinya dari kedua pekerjaan yang ia tekuni itu dapat membiayai kebutuhannya. Sangkan, gajinya sebagai OB ia simpan di bank untuk ditabung.

Masalahnya, sekarang satu pekerjaannya sudah lenyap, mengharuskan dirinya untuk mencari pekerjaan lainnya. Dan sialnya, hal yang termasuk sulit di kota adalah mencari pekerjaan yang layak. Shh....tidak mungkin kan ia bekerja sebagai pemulung??

Intinya ia akan melakukan apapun -kecuali menjadi pemulung- untuk dapat mendapatkan uang. Bukannya apa, tapi ia rasa menjadi pemulung bukan hal yang tepat.

Sejam sudah ia lalui hanya untuk berpikir tentang pekerjaan. Bahkan ia tak sadar ketika senja sudah mulai mengambil ahli dunia. Dirinya masih sibuk merenung tentang nasibnya.

Baiklah, sepertinya besok akan jadi hari panjang untuk mencari pekerjaan.

Nalsha meraih cangkir-nya dan beranjak pergi meninggalkan teras rumah.

***

Suara kokokan ayam membangunkannya. Dengan rambut berantakan dan wajah bantal,gadis itu bangun dan berjalan pelan ke arah kamar mandi.

Ia sempat terkejut ketika matanya bertubrukan dengan mata yang sama dengannya. Dengan wajah bantal,rambut berantakan membuatnya hampir tak mengenali wajahnya.

Semiris itukah?

Sudah Berapa lama ia dengan keadaan seperti ini.

'Pantas tidak ada yang mau berteman denganmu nalsha'
Kecuali, Mbak Nira tentunya.

Selesai membasuh wajahnya, ia keluar kamar mandi dan duduk di atas kasur empuk nya. Dengan kaki yang disilangkan dan tatapan kosong. Perlahan ia mengedarkan tatapannya pada sekeliling kamar yang sudah di tempatinya selama 22 tahun umurnya.

Tidak ada yang berubah selama itu. Dirinya pun tak punya niatan mau merombak kamar masa kecilnya ini. Disinilah masa-masa indahnya tergambar begitu elok. Kenangan manis bersama kedua orang terkasihnya terpahat indah dalam ingatannya. Nalsha memejamkan mata. Mencoba meneliti tiap-tiap saat bersama kedua orang tuanya. Dari ia belajar membaca, menulis dan ketika Ibu dan ayahnya bergantian membacakan dongeng untuknya.

Setetes liquid mengaliri pipi gadis itu. Perlahan, matanya terbuka. Seakan-akan masa-masa itu terbayang lagi. Ia seakan melihat dirinya dan kedua orang tuanya di depannya yang tengah bahagia. Tak ia sadari bibirnya pun tersenyum tipis.

Matanya mengerjap seiring ia kembali ke dunia nyata. Dimana masa-masa itu tenggelam ditelan masa. Dan hanya mampu ia pahat dalan ingatan nya.

Dirinya yang tadinya hanya menangis,kini terisak sesegukan. Bayang-bayang saat kecelakaan itu terjadi masih ia ingat sejelas mungkin. Ia hanya ingin lupa sekejap. Tapi,Dirinya tak bisa. Sekuat apapun ia mencoba,itu hanya mampu membuatnya merasa sakit di kepalanya. Menandakan bahwa ingatan itu tak akan lepas darinya.

|•••|

AWAKE:-)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang