Aina POV
.
.
Aku keluar rumah dengan sebuah payung dan baju pyama hello kity berwarna pink ku. Saat aku melamun di sebuah jendela di dalam kamarku. Aku melihat seorang laki laki yang tengah mengebut dengan sebuah motornya karena hujan deras mengguyur malam itu.Aku yang melihatnya kasian,sedih karena dia kedinginan. Percakapan aku dengan Bang vavan sungguh menyebalkan memang.
Jalanku semakin di percepat hingga akhirnya aku sampai di depan gerbang rumahku, dan langsung menghampiri lelaki tersebut.
"Bang,abang lagi ngapain disini? Abang gak kedinginan? Apa abang mau mampir dulu ke rumah saya?" Tanyaku.
Lelaki itu hanya menatapku dengan tatapan tajamnya.
Aku yang di buatnya takut langsung menunduk dan tak ingin lagi meliriknya.
"Ehemm" deheman suara lelaki tersebut mengejutkanku yang sedari tadi diam mematung di hadapannya.
"Iya, ade ada apa malam malam gini keluar rumah? Mana hujan lagi?" Tanyanya.
"Eh iya itu. Eh eh. Tadi aina liat di balik jendela abang ngebut dan berteduh di pos deoan rumah Aina, Aina kan jadi kasian bang sama abang." Jawabku masih menundukan kepalaku.
"Ngapain nunduk kepala bego! Kalau lagi ngobrol tuh tatap mukanya" sahut abang itu sambil meninggikan suaranya.
"Ehh em.. iyaa, abang mau mampir kerumah aku?" Tawarku.
"Hah? Gak salah dek? Emang lo itu kenal sama gua? Tau gua siapa? Adek yakin? Gimana kalau gua itu rampok? Gimana kalau gua itu penculik? Lalu gua merkosa lu disini dan gua bunuh gimana?" Jawab Abang itu sambil tersenyum ketus.
Aku yang di buatnya semakin merasa takut. Menunduk sambil meremas remas baju bagian bawah. Dan rasanya oh Ya Allah jantung ku berdetak begitu cepat. Aku takut, aku ingin menangis, menangis sekeras kerasnya.
Aku ingin lari, pergi dari tempat itu tapi rasanya badan ku seperti patung, kaku dan tak bisa digerakan.
"Hey! Kenapa? Kamu takut? Ckckck aku cuman bercanda dek. Aku bukan penculik,aku bukan perampok. Dan aku bukan orang jahat yang akan memperkosa dan membunuhmu" Jawab Abang yang sudah berdiri dihadapanku dan memegang kedua pundaku dari depan.
Aku yang semakin takut. Rasanya ingin ku teriak meminta tolong.
Hikss hiks...
Isakan tangisan yang ku tahan semakin sesak rasanya menusuk nusuk dadaku."Dek? Kenapa nangis? Aku bukan orang jahat" Sahut Abang itu dengan lembut.
Hiks hikss....
Tangisanku semakin tak tertahankan bagaimana kalau memang dia itu orang jahat dan sekarang sedang berpura pura baik? Ya Allah lindungilah aku."Lagian dek ngapain nyamperin aku keluar malem malem gini?" Tanya Abang itu.
"Abis nyaa a a ainaa liaat a baang ka kasihan" hiks hikss. Jawabku terbata bata
"Kan adek juga harus hati hati dengan orang asing. Untung aku baik, makasih tawarannya. Aku mau pulang ko. Lain kali hati hati sama orang lain jangan sampai kebaikan adek mencelakakkan diri adek sendiri. Sekarang masuk sanah nanti di marahin ibu kamu" Jawab Abang itu menuju motor nya dan langsung pergi meninggalkan aku sendirian.
Ya Allah lega rasanya. Benar! Abang itu orang baik. Dan benar juga aku harus hati hati, lagi. Tapi kan rasanya kasian ngeliat orang kedinginan sendirian malam malam. Kan? Kan?
Dengan mata merah dan sembab ku beranikan diri memasuki rumahku. Yang saat ini kupikirkan adalah pertanyaan pertanyaan dari Bunda dan Banh Vavan. Aku takut mereka marah.
Clekk.
Perlahan ku buka pintu rumahku dengan hati hati.
Darrrrrrrrr derrr dorr
Seorang Kakak laki laki yang menyebalkan mengejutkan ku di balik pintu.
"Ih abang!!! Aina kaget tau;( ngapain coba ngagetin kayak gitu. Nanti Aina pingsan gimana coba?" Jawabku kesal
"Uluh uluh sayangku,silahkan aja pingsan nanti aku yang gendong terus nanti aku ceburin ke kolam" jawab Bang Vavan sambil tertawa puas kepadaku.
Aku hanya diam.
"Eh eh eh. Tar dulu nih! Mana cowok yang katanya mau kamu tolongin?" Tanya bang Vavan sambil melengak lengok.
"Em. Ituu" Jawabku sambil menundukan kepalaku.
"Itu apa? Kenapa nunduk? Ada apa? Kamu di apain sama dia? Kamu di sakitin? Mana orangnya mana? Biar abang yang tonjokin ampe mati seklaian" Cerocos bang Vavan.
Duh bang vavan gimana sih? Masa orang gak salah apa apa mau dibikin mati sih. Kejam bener yah abangku ini.
"Ih abang jahat! Engga itu. Ehh emm. Kata abang tadi. Aku harus hati hati dengan orang asing" jawabku.
"Yaelah dek. Iyalah kamu itu bego oon apa idiot sih? Masa orang yang gak lo kemal malam malam ke gini mau dimasukin rumah. Kan udah gua bilangin" Cerocos bang Vavan. Membuatku mati kutu.
Serem bener Ya Allah Abang ini kalau marah. Rasanya hatiku ini remuk deh (Lebay)
"Eh! Kenapa mata lo sembab?" Tanya bang Vavan heran.
"Ih Abang banyak tanya. Aina capek. Mau tidur" Jawabku dan oergi meninggalkan Bang Vavan yang masih berdiri.
"Jawab dulu pertanyaan gua bego!" Bentak bang Vavan.
Aku yang paling anti dan senditif terhadap bentakan langsung diam dan menundukan kepalaku. Deg... jantungku berdebar kencang lagi. Air mataku yang tertahan membentuk bendungan yang sedikit lagi terjun ke pipiku.
"A a abisnya aa aina ttaattakkuutt" Jawabku terbata bata. Dan langsung berlari menuju kamarku.
Ku kunci kamarku dan kurebahkan badanku yang lemas, fikiranku tertuju pada diriku. Benarkan aku sebego yang Bang Vavan katakan?.
Baru update😅
Gaje gak? Suka gak?
Semoga suka yah😁
Jangan lupa vomment yah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi atau Nyata?
Novela Juvenil"Maaf kan Aina bang. Aina tak pernah ada rasa lebih selain rasa sayang Aina ke Abang sebagai kakak. Sebagai kakak Aina sendiri. Mungkin suatu saat nanti kita akan bertemu kembali"