SEKAR

143 5 3
                                    


Pertemananku dengan Aldo menjadi sedikit rengang karena tingkahnya yang sangat aneh dan membuatku takut. Dia yang kadang menempel di dinding seperti cicak bahkan melihatku dengan tatapan yang sangat tajam, terkadang juga kepala nya memutar seprti burung hantu yang membuatku lemas, bahuku meninggi tak terkontrol, bergetar, aku berfikir seluruh darahku sudah memuncak ke jantung dan kepala ini kaku diam terlebih suhu tubuh yang berubah dengan cepat naik-turun tanpa jeda. Namun itu pula aku mulai bermain dengan teman-teman tetanggaku. Mama dan Nenek adalah yang mulai membantuku untuk bermain dengan anak-anak seusiaku.

Usiaku sudah sekitar 6 tahun. Dan aku sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Sedikit keganjilan sangat terasa. Setiap aku bersama teman-temanku dan melihat mereka tertawa sepertinya ada sesuatu yang masuk ke tubuhku dan membuatku sangat berenergi. Akupun menjalani peretemanan seperti yang lain walau terkadang Aldo masih saja muncul dikamarku, karena lambat laun aku mulai terbiasa dengannyan dan entah sampai kapan dia akan bersamaku.

Hari minggu bagaikan surga saat itu. Di sabtu malam anak-anak kecil keluar rumah dan bermain sampai lelah lalu besok paginya olahraga bersama sehabis Subuh. Tapi agak sedikit berbeda denganku. Dari dulu Mama tidak pernah mengizinkanku berada diluar rumah sehabis Maghrib. Kalaupun dibolehin itu pasti karena berada di Masjid bersama Ayah serambi menunggu waktu Isya. Tapi itu juga kesempatanku untuk bermain dengan anak-anak seusiaku di pelataran Masjid.

Walau sudah mulai bersosial dengan anak-anak lainnya, tetapi tetap saja aku adalah anak yang pendiam.

Aku banyak belajar tentang apa yang ada disekitarku. Dan tentunya mulai banyak bahasa-bahasa baru yangkuenali. Dengan bermain aku mulai belajar tentang bahasa yang beredar di masyarakat. Seperti pocong, kuntilanak, tuyul, genderuwo, wewe gombel, dan lain lain.

" kalian jangan main disana ya, kata Mama ku disana ada hantunya". Salah satu temanku seorang anak perempuan bernama Ayu.

" iya, Mama ku juga bilang gitu. Mama ku lihat pocong pas malam malam. Wajahnya serem badannya dibungkus kain kafan ". Bambang menyahutnya dengan cepat dan serius.

" eh tapi ada kuntilanak juga loh di bambu kuning itu. Aku pernah dengar suaranya ". Ayu menambah lagi ceritanya.

Sementara aku hanya diam mendengarkan mereka.

" ayolah lanjut lagi main kelerengnya, nanti kesorean dipanggil kita buat pulang " Bambang memotong pembicaraan .

" iya, nanti mamaku memannggilku. Uda mau jam 5 kayaknya ini matahari nya uda makin rendah ". Aku mlanjutkan pembicaraan dan kami mulai bermain lagi.

Awalnya aku bingung dengan yang aku dengar dari orang-orang disekitarku. Tapi itulah yang membuatku belajar.

Wanita berbaju merah di rumah masih terus aku lihat. Tapi aku tidak terlalu takut lagi. Karena mungkin sudah terbiasa dengan kehadirannya dirumah. Ini juga karena Mama mulai mendidikku ke tempat-tempat belajar ngaji dan agama. Biasanya setiap sore hari jam 3 aku akan pergi ke madrasah dengan sepeda pemberian Ayah. Aku pergi bersama temanku Bambang yang umurnya satu tahun di atasku. Dan rumahnya tepat disebelah rumahku.

" bang, ayo berangkat. Ngaji kan ?" sembari ku memanggilnya dari teras depan rumah.

" iya bentar. Tunggu yaa " sahutnya dari dalam rumahnya.

Di hari minggu paginya jam 8 aku pergi ke Mesjid untuk belajar Tajwid dan Murotal Qur'an. Setiap kamis malam aku ditemani mama untuk menghapal Al-qur'an di tempat yang tak jauh dari rumahku, tempat seorang Ustadz sekaligus Hafidz Qur'an. Dengan belajar itu semua menjadikanku pribadi yang ceria dan mengurangi rasa takutku.

Hari-hari kuhabiskan seperti itu.

Disekolah ada satu pohon beringin besar yang tepat berada di ujung kompleks sekolah. Beberapa kali aku melihat seorang wanita yang berada di atas pohon itu. Tapi dia hanya diam sambil melihat sekeliling sekolah. Aku selalu melihatnya di sore hari saat aku pulang dari Madrasah. Biasa aku melintasi sekolah agar cepat sampai ke rumah. Tapi sejak saat itu juga dia sepertinya mengikutiku sampai ke rumah. Tapi saat aku berada di dalam rumah, dia tidak bisa masuk.Aku juga bingung kenapa dia tak masuk seperti wanita berbaju merah itu dan Aldho tentunya.

Ayah yang duduk di luar rumah sambil menyeruput teh hangat daro kakak dan tak lupa cemilan hangat di sampingnya adalah orang yang menyambut saat aku pulang dari Madrasah. Mungkin itu sekitar jam setengah enam sore.

" udah pulang nih anak Ayah " . Ayah berusaha bercanda dengan keadaannya yang lelah.  Terlihat jelas dari mata nya yang mulai sayu.

" iya Yah, tadi dimas belajar ngaji. Sekarang uda jus 4 Al-qur'annya". Sambutku sambil menjelaskan apa yang aku pelajari.

" pinter-pinter anak Ayah. Sini minum biar gak capek". Sambil meniup teh hangat di gelasnya dan menyodorkannya kepadaku.tak lama langsug kusruput tanpa jeda.

"aaahhhh ... " enaknyaa ..

" Ayo masuk, mandi uda mau maghrib". Sambil Ayah membawa cemilan dan gelas di tangannya sambil mengajakku.

Memang pada saat itu langit sudah merah dan membuatku sedikit risih. Tapi aku tak tau kenapa. Pada saat itu juga aku melihat banyak hal. Disamping rumah ada sepetak tanah milik tetangga dengan banyak pohon tumbuh. Pohon pisang, jambu, rambutan, kemiri dan lainnya ada banyak lagi. Belum lagi hamparan aliran sungai yang mengalir tenang tepat berada di belakang rumah dengan barisan pohon bambu berbagai jenis, pohon kelapa yang menjulang tinggi dan waru yang tumbuh lebat dan liar. Membuat suasana mencekam sangat mendukung.

Lelaki yang sesaat seperti keluar masuk di barisan pohon bambu dengan tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan kakinya yang sepertinya penuh lumpur sambil membawa cangkul di pundaknya. Tawa wanita yang duduk di lengkungan pohon waru. Mereka seperti pemandangan biasa yang akhirnya membuat ku terbiasa. Awalnya aku sedikit takut. Tapi lama-kelamaan menjadi terbiasa.

Ya bagaimana aku tidak takut, kadang mereka membuka mulut selebar-lebarnya sampai tulang rahang mereka hampir lepas dengan air liur hitam mereka menetes ke tanah. Tapi begitulah hari-hari ini berlalu.

Takut !! iya.. Menangis ??! Iya .. Lari ?? Iya. aku berfikir. Apa ini semua dan kenapa aku harus melihat mereka.

Malampun tiba, kebiasaan kami adalah berkumpul di ruang TV sambil menonton acara TV. Aku yang sedari tiduran di paha Mama sambil di usap-usap rambutku menjadikanku sangat tenang. Saat sedang asyiknya dalam alunan helaian tangan Mama, tiba tiba saja wanita berbaju merah itu melintas. Akupun seketika terdiam dan menghilangkan alunan tangan Mama.


Mama pun seketika menutup mataku. Sambil menggenggam erat tangan Mama. Dan sedikit bergumam " Ma.......". Dan seketikapun Mama mulai memelukku. Sambil Mama mulai bersholawat ditelingaku. Dan akupun sedikit mulai tenang. Hingga akhirnya akupun tertidur.

Tersentak !!

Mataku terbuka dan aku tersadar sudah dikamar. Lampu sudah padam, ruangan sangat gelap. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk ke kamar dari lampu tidur di ruang tengah melalui ventilasi di kamar. Aku hanya terdiam dan kehausan. Aku mencoba membangunkan Mama.

" Ma.... Mama ... " sambil menggoyang-goyangkan tangan Mama. Mama belum juga bangun. Aku terus mencoba membangunkan.

" Ma... Ma.. Mama ... "

" kenapa? haus ? " aku mendengar suara yang serak dan menggema di telinga. Suara ini sangat tak bersahabat dan membuat ku bergetar.

" Nnggg.... " aku bergumam dan sedikit ketakutan sambil menoleh ke sebelah kiri.

Akupun ketakutan dan bergetar, kusembunyikan wajahku ke badan Mamaku. Seketika ada tangan yang menggenggam pundakku. Aku berfikir itu tangan Ayah. Akupun mulai tenang. Aku sedikit menoleh ke kiri dan " Aaaaaaaaaaaaaa....... " berteriak sekencang-kencangnya. Yang aku fikir adalah tangan Ayahku ternyata tangan wanita itu berubah menjadi tangan laki-laki. Dengan wajahnya dan air liurnya yang menetes di badanku. Rambut panjang dan berantakan yang menutupi badan ayahku.


bersambug ............................

SEKARWhere stories live. Discover now