SEKAR - 2

67 4 0
                                    


Mama dan Ayah terbangun, kakak yang tidur dikamarnya juga terbangun dan berlari ke kamar Mama. Nenek juga terbangun. Dan nenek hanya duduk di kasur sambil melihatku.

" Dimas... kenapa nak " Ayah memegang bahuku.

" dek.. Ma.. ," kakakku berteriak sambil memeluk Mama dan ketakutan.

" uda nak... uda nak.. istighfar... " Mama menenangkanku sambil ia bersholawat. Aku melihat mereka semua mengkhawatirkanku tapi aku benar-benar tak dapat merespon mereka. Badanku terdiam kaku, kaki tak dapat kurasakan hanya suara-suara gema dan samar yang memenuhi kepala.

Akupun mulai beristighfar. Sambil Mama masih memelukku dengan erat  tangisanku mereda. Wanita itu masih berdiri di pojok kamar sambil menatapku. Dia hanya diam tak berkutik sedikitpun dan aku hanya meliriknya sesekali dalam dekapan Mama. Mama terus-menerus membelai kepalaku sambil bersenandung. Kami berhimpitan di atas kasur, kakak tak lagi berani tidur dikamanrnya. Aku terlelap dalam belaian tangan Mama

hhahhh...

Aku tersentak!!

Mentari sudah menunjukkan sinarnya dan badanku sangat panas. Aku tak lagi sanggup kesekolah. Apa yang aku lihat malam itu benar-benar membuatku sangat ketakutan. Nenek hanya duduk diseelahku sambil memijit tanganku. Mama sedang bersih-berih dan masak. Dipangkuan nenek, dia membelai rambutku dan bernyanyi dalam bahasa Batak yang aku tidak mengerti. Badanku menjadi tak lagi berisi, mataku yang semakin sayu dan menghitam di bagian kelopaknya membuat ku sangat memprihatinkan.

Aku dirawat dengan penuh. Pengobatan medis sudah dicoba, disuntik dan minum obat-obatan tidak banyak membantu. Hingga akhirnya ruqiyah dipilih sebagai jalannya. Orang tuaku memebawa ku ke seorang Kiyai. Memang Mama memiliki banyak kenalan Ustadz dan Kiyai karena aktifnya Mama dalam kegiatan-kegiatan Muslim.

Sampai akhirnya aku diruqiyah.

Kami pergi ke rumah seorang Kiyai.

" Assalamualaikum ? " Ayah memanggil dari depan pintu rumah sang kiyai.

" Waalaikumussalam" suara dari dalam rumah menjawab.

" mm .. ini yang namanya Dimas yaa ?" Seorang lelaki yang cukup tua mengajakku berbicara, tapi aku hanya diam.

" mari langsung masuk "

Kami masuk dan melepas sendal di depan pintu. Kami duduk bersila di ruang tamu sang Kiyai. Dia datang dengan pakaian khas seorang Kiyai. Jubah putih yang menutupi tubuhnya dan tak lupa sorban yang melingkar di lehernya. Peci hitam untuk menutup kepalanya.

Mama dan Ayah sedikit bercengkrama dengan sang Kiyai. Tak lama Sang Kiyai pun memulai ruqiyah dengan membacakan Bismillah diiringi Syahadat pada saat itu. Kemudian aku dituntun untuk membaca Bismillah, Syahadat, Al-ikhlas,Annas, Al-falaq, Ayat Kursi dan do'a – do'a yang berlanjut. Dan akhirnya badanku mulai bergetar. Yang aku sendiri sedikit ketakutan.

Mama dan Ayah memegangi tanganku. Aku bergetar hebat, kaki ku membeku. Seluruh wajahku tak dapat kurasakan, jari-jari ak dapat kurasakan, aliran darahku menumpuk dijantung dan kepalaku menjadi sangat berat. Semua benda disekitarku seperti memutariku dengan sangat cepat. Akhirnya aku mulai mengalami hal aneh. Semuanya menjadi hitam, ruangan hitam tanpa cahaya sedikitpun dan aku berada di tengah-tengah itu. Aku melihat sekeliling dan semuanya gelap. Selagi aku meliarkan pandanganku, sebuah cahaya kilat datang dengan cepat.

Aku ditabrak oleh cahaya itu dan seketika aku melihat badanku sendiri dalam keadaan duduk dan sama persis tepat saat memulai ruqyah. Aku melihat kedua orang tuaku. Tapi aku hanya bisa melihat mereka di ruangan gelap itu. Aku tak bisa memegang mereka bahkan mengajaknya berbicara. Aku sangat bingung dan takut. Aku berteriak memanggil mereka, tapi tak ada jawaban apapun, bahkan mereka tak dapat melihatku. Aku menangis sampai terisak, nafasku tak teratur, dadaku sesak dan kakiku melemas. Tak lama kemudian melihat wanita berbaju merah itu. Dia datang dari ujung gelap. aku memperhatikannya dan ia menjadi besar seiring dia mendekatiku. Yang tak lama membuatku tak berani menutup mataku dengan kedua lengan ku.

Aku duduk tersungkur dengan wajahku ditutupi lutut. akunhanya tersungkur lemas. Seketika lenganku dingin, sepertinya seseorag menarikku. Aku membuka mataku perlahan. Ternyata wanita itu memegang tanganku dan berusaha menarikku,  wanita itu membawa ku entah kemana. Aku tak dapat melawannya. Aku hanya diam dengan badanku yang bergetar. Dia membawaku ke tempat yang sangat aneh sampai aku tak dapat melihat kedua orangtua ku lagi. Dia membawaku ke suasana yang jauh berbeda. Aku melihat banyak orang dengan pakaian dan habitat yang berbeda. Mereka menggunakan pakaian yang aneh. Para lelaki hanya memakai pakaian yang menutupi bagian bawahnya dan jarang yang mengenakan baju. Para wanita sepertinya hanya menggunakan sarung yang panjang untuk menutupi bagian atas sampai ke bawah.

Dia pun membawaku kesebuah rumah. Aku tak tau itu rumah siapa. Tapi aku melihat seorang gadis cantik pada saat dirumah itu. Tapi gadis itu sedang menangis sampai tulang bahunya menonjol keluar. Dia menangis serambi duduk di kursi kayu tua sendirian. Dia menutup sebagian kepalanya dengan selendang dan sarung bercorak batik coklat untuk badannya.

Saat aku ingin masuk kerumah gadis itu. Namun, secara tiba-tiba saja badanku ditarik oleh seorang kakek-kakek dengan pakaian putih dengan jenggot putihnya yang panjang dan tongkat kayunya. Aku ditarik dengan sangat kencang  dan kuat  sampai akhirnya aku melihat Mama dan Ayah yang membopongku di atasnya. Aku tersadar dan melihat mereka menangis. Sang Kiyai pun memberikanku air minum. Dan aku dibacakan do'a olehnya.

Selepas dari itu, kami pulang ke rumah. Dan benar saja aku tak lagi melihat hal-hal aneh. Aku mengalami ketenangan.

Suatu malam aku tidur di kamarku sendiri. Karena berfikir aku tak lagi melihat hal seperti itu.  Aku mulai mematikan lampu dan menutup pintu.

" Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa.. ".

Aku berteriak sangat kencang dan tak berkutik. Sepertinya aku tak lagi menapakkan kaki ku. Sampai membuat kaget seluruh isi rumah, Ayah, Mama, Nenek dan Kakakku lagi-lagi mereka berada di kamarku dengan cepat. Aku tak lagi merasakan punggungku. sepertinya telah hilang.

Dan akhirnya malam itu aku tidur bersama orang tuaku lagi. Kakak tidur bersama nenek dikamar nenek. Wanita itu, secara tiba-tiba muncul. Lidah nya yang menjulur dengan darah menetes, matanya hitam bulan dan memerah dengan luka busuk darah di seluruh pipinya.

Wanita itu tertawa dengan lidahnya, dan rahangnya yang membuka sangat lebar, gigi yang tajam dan berliur. Bau amis yang menusuk menertawaiku dengan puas.


Dalam hati aku mulai bertanya, Siapa kamu? mau apa?

Namun aku sadar ini hanya logika dan pemikiran tak masuk akal. Aku diam lagi dan seketika. Suara menggema dan parau terdengar berbisik ditelinga.

Aku diam dan mulai mencoba bahasa ini ....



Bersambug ...................................................................................


SEKARWhere stories live. Discover now