Chap 1

99 11 1
                                    

Ruangan gelap dengan secercah cahaya yang menembus kelopak mata Galvano, dengan malas dia membuka matanya dan tangannya meraba benda pipih panjang untuk melihat waktu hari ini. Dia bergegas mandi dan bersiap menuju bangunan berilmu. Baginya tidak ada kebahagiaan di pagi hari, bahkan di tiap waktunya, dia berteman dengan kegelapan yang menyeramkan.

Dia sampai didepan gerbang SMA TARUNA BAKHTI tempatnya menuntut ilmu, dia menyusuri koridor demi koridor untuk masuk menuju kelasnya yang berada dilantai dua. Galvano Triyana Devandra, lelaki 16 tahun dengan kepribadian yang cenderung diam dan tidak suka di usik, namun dibalik semua itu ia memiliki sifat yang sedikit peduli pada sekitar, meski hanya sedikit. Yahh hanya sedikit...

Galvan sampai dikelasnya XI Mipa-5, dia duduk dibarisan belakang ke-4 dekat jendela, kini ia duduk dan bersandar sambil memasangkan earphone sambil menutup mata, satu persatu teman-temannya mulai datang dan kelas pun menjadi ramai. Galvan memilih menelungkupkan kepalanya sambil meningkatkan volume lagu yang ia dengar.

"Van..., ai kamu udah ngerjain PR apa belum?" tanya Fian sambil menepuk bahu Galvan, orang yang merasa dipanggil namanya pun melepaskan earphone nya, Galvan berdeham menandakan bahwa dia sudah mengerjakan PR nya. "Fian pinjem boleh?" tanya Fian lagi, "Ambil aja" jawab Galvan lalu memasang kembali earphone dan kembali ke posisi semula.

Pelajaran ke-4 sudah berakhir dan bel istirahat pun sudah berbunyi.

"Van mau ikut Fian ke kantin ga?" tanya Fian, Galvan menjawab dengan gelengan kepalanya.

"Yaudah Fian ke kantin dulu ya van" pamit Fian sambil beranjak dari duduknya.

Galvan memang sedikit dekat dengan Fian namun Galvan selalu tertutup jika Fian bertanya lebih dalam tentang kehidupannya, Galvan memilih pergi ke rooftop sekolah dan membawa buku hitamnya untuk menenangkan diri.

Tiap kali Galvan ke rooftop, ia selalu duduk di kursi bekas yang ada di rooftop sekolahnya itu. Yang selalu ia pikirkan adalah mengapa ia tidak bisa mengingat masa kecilnya setelah ia di temukan pamannya saat kejadian beberapa tahun silam, dia menuliskan sesuatu pada buku catatan hitam bersampul bacaan "Darkness Life" yang ia bawa, di buku itu Galvan menuliskan beberapa ingatan yang terjadi di mimpinya tadi malam.

Hurt In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang