kyla ; his other side

2.7K 450 74
                                    

Reputasi Adrian yang kurang baik memang mempengaruhi aku dalam bertindak. Gak ada hari tanpa aku merasa kesal atau sedih mendengar bisikan orang tentang hubungan kami. Adrian memang punya masa lalu yang gak baik, tapi menurutku aku gak punya hak untuk marah.

Masa lalu Adrian itu haknya dia, tapi aku punya andil untuk ngatur masa depan Adrian. Apakah Adrian akan menjadi orang yang lebih baik atau buruk?

"Kamu udah sholat?"

"Iya sebentar aku-"

"Adrian, sholat."

Kalau aku udah bisa tegas kayak gitu, apalagi menyebut namanya secara lengkap bukan dengan panggilan 'kesayangan' lagi berarti tandanya Adrian harus nurut. Meskipun gak semua hal langsung bisa Adrian ubah, seenggaknya yang mendasar udah Adrian lakuin.

Bukan, bukan untuk aku, tapi untuk Adrian sendiri. Dia orang penting di hidupku dan aku gak mau Adrian terjerumus ke dalam sesuatu yang buruk untuknya.

Sayangnya, perubahan Adrian hanya bisa dilihat oleh orang terdekatnya.

"Cewek barunya Adrian tuh, udah dicelup pasti."

"Gila aja Adrian tahan sama cewek lebih dari tiga minggu? Jennica aja nyerah."

"Berarti tuh cewek goyangannya mantep kali!"

Awalnya aku gak ambil pusing, lama-lama aku juga kesel lah. Siapa sih yang gak sebel digituin? Yang lebih parahnya, kadang ada yang gak segan-segan menerorku lewat DM Instagram sampai aku harus berkali-kali menonaktifkan Instagramku demi diriku sendiri.

Memang sulit pacaran dengan Adrian.

Tapi yang jelas, aku percaya kalau one day, it will worth to fight for.

***
Semester ganjil memang rawan kepanitiaan yang bergerak di bidang sosial-masyarakat. Aku sering ditawarin jadi badan pengurus harian, mulai dari jabatan ketua, sekretaris, CO acara, CO humas, sampai staff, tapi kebanyakan aku tolak karena takut gak kepegang. Kementerian Kastrat biasanya suka mendadak program kerjanya, aksi kan bergerak sesuai masalah yang ada dan sifatnya menunggu momentum. Makanya, kalau aku ambil pasti bakalan nabrak sama Kastrat.

Aku gak menyesal sih menolak tawaran itu. Banyak panitia yang justru menjadikan acara amal sebagai sarana pamer di story Instagram. Boomerang dengan anak penyandang difabel, video sedang beramal, pamer foto sedang pergi ke desa ini untuk melaksanakan baksos. Padahal aku tau persis orang-orang seperti itu hanya bisanya nunduk, duduk, dan edit foto untuk kepentingan media sosial.

Adrian dan aku pernah membicarakan keburukan media sosial. Makanya, Adrian gak suka main Instagram dan suka marah kalau aku terlalu fokus main handphone. Karena kadang, media sosial dan kemajuan teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

"Neng cantik, bengong aja? Gak mikirin Abang yang jorok-jorok kan?"

Manusia menyebalkan yang sedang menyeringai di depanku ini minta aku siram pakai air kobokan. Kalau gak inget status kita apa, air kobokan bekas aku cuci tangan sudah mendarat cantik di muka nyebelinnya.

"Ian, kamu tuh geernya gak bisa diobatin deh!"

Adrian tertawa sambil mengunyah ayamnya, "Besok temenin aku dong,"

"Kemana?" tanyaku sambil memberikan tissue kepadanya, "Itu, di sudut bibir kanan kamu ada nasi."

Adrian membersihkan sudut bibirnya dan menjawab, "Udah, besok pake celana jins sama kaos aja. Dandan ga usah cantik-cantik."

"Eh lupa, kamu kan gak dandan aja cantik baaaanget. Ya gimana ya?"

Aku mendesis, "Nggak usah gombal. Aku gak akan luluh kayak cabe-cabean kamu yang dulu,"

Might [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang