Udara pagi yang segar, hembusan angin yang dingin menyapa tubuhku, mentari yang tertutup awan hitam, titik-titik air mulai berjatuhan, semakin lama, semakin deras air itu berjatuhan. Polpen di tanganku mulai menari-nari di atas kertas, meciptakan sebuah puisi.
Ada Rindu di Setiap tetes hujan
Titik-titik air berjatuhan yang tidak pernah bosan untuk jatuh padahal ia sudah tahu bahwa jatuh itu sakit tetapi titik air itu jatuh berulangkali seperti bahagia.
rindu itu seperti tetes air hujan yang tidak pernah bosan untuk merindu padahal ia sudah tahu rindu itu berat dan menyakitkan, tapi rindu itu muncul berulangkali seperti kebahagian karena ketidak mampuan untuk bertemu,
Rinduku tidak pernah bosan sama halnya hujan tidak pernah bosan untuk jatuh berulangkali, padahal kutau rindu itu menyakitkan, tapi kumerasa bahagia dalam kerinduan, sama halnya anak kecil bermain hujan-hujanan sudah tau nanti sakit tapi tetap bermain hujan
"Nafisyah, apa yang kamu liat" tanya papah yang masuk kekamarku tiba-tiba, ini sudah menjadi kebiasaan papa kalau masuk gakpernah kentuk pintu atau ucapkan salam.
"tidak ada apa-apa pah, cuma ngeliatin hujan yang jatuh secara perlahan dari atap rumah" aku memang suka memandang hujan yang deras dimana peluang untuk berdoa di waktu mustajab saat hujan turun, aku pernah membacanya dibuku pelajaran Akhlak kelas 12 tentang adab berdoa dan waktu-waktu mustajab di antaranya, saat hujan turun, setelah shalat asar pada hari jum'at, antara azan dan iqamah seingatku seperti itu didalam buku yang pernah kupelajari.
"Nafisyah papa boleh minta sesuatu?" tidak biasanya papa meminta sesuatu sama Nafisyah, emm ada apa ya?
"Minta apa pah?"
"Papah minta kamu tetap seperti ini jangan kembali kaya dulu lagi,seperti anak laki-laki, maafkan ayah yang tidak memperhatikanmu dan mendidik kamu, papah mau pergi"
"Iya pa, maafkan Nafisyah juga yang sudah bertingkahlaku yang tidak seharusnya seperti itu, Papa mau pergi kemana?"
"Papah mau pergi jauh, keluar pulau" muka papah terlihat sedih, tidak biasanya papa seperti ini.
"Lama ya pa?, baru juga sebentar sudah mau pergi lagi" aku mendengarnya sedih.
"mungkin sangat lama"
"Jaga kesehatan, jangan sering merokok, jangan lupa makan yang teratur, nanti magh papa kambuh lagi kalau tidak teratur makannya, inget pesan Nafisyah kalau sudah di sana pah" papa memang suka telat makannya, dan papa juga suka merokok, sering batuk dan batuk itu tidak dia hiraukan, berapakali aku dan kakakku melarangnya tidak ia hiraukan.
"iya Nafisyah, kayak dokter aja lagi cerucus kamu ini, dan pesan papa buat kamu, jadi anak yang selalu semangat jangan sedih walau ada masalah ujian dan cobaan" dengan muka tersenyum dan semangat papah menasehatiku.
dengan sedikit senyuman aku menatapnya"Kapan perginya pah?" tanyaku
"Mungkin besok,senin"
"jangan lama-lama pah perginya" pintaku seperti anak manja dengan wajah sedih.
papah mengangguk mengiyakan permintaanku, dan beranjak dari kamarku pergi keluar.
Tiba-tiba ponselku berdering panggilan telpon dari Ishaq Al Far, tidak biasanya anak ini menghubungiku, anak ini terbilang cuek, gakperduli, mungkin benar ada rindu di setiap tetes hujan, ahh mungkin aku yg kegeiran.
"Hallo, Assalamu'alaikum"
"Waalaikum'salam"
"Ada apa Al Far?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dariku perempuan yang kau tinggalkan
RomanceNafisyah az zahrah perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki dan tingkahlaku lain dari yang lain apakah dia akan berubah sejatinya perempuan, bagaimana dengan Ishaq dan Faris apakah bisa merubah Nafisyah, siapakah yang akan menjadi jodoh Nafisy...