● friable (adj)
//easily broken into pieces or reduced to nothing//🌩
Jungkook tak akan pernah mau menghabiskan 15 menit waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menanti kedatangan seseorang. Menurutnya 15 menit itu bisa digunakan untuk menaikkan level gamenya ㅡwalaupun nyatanya memakan waktu lebih dari 30 menit sebetulnyaㅡ atau melakukan hal penting lainnya karena sungguh Jungkook benci dengan sesuatu yang bernama menunggu. Tapi, kali ini dirinya mencoba untuk bersabar. Mengalihkan pemikiran negatifnya tentang menunggu dengan memikirkan hal-hal apa saja yang sekiranya dapat membantu melancarkan alasannya kali ini. Dia tidak mau repot-repot lagi dan mati-matian menahan kesal. Cukup sekali saja dia menahan amarahnya, tidak kedua kalinya, ataupun kali lainnya lagi. Jungkook tidak ingin.
Menyeruput dari sedotan plastik warna hijaunya, ini sudah gelas keduanya yang menyisahkan setengah bagian, dan siapapun yang saat ini sedang ia tunggu tak kunjung menampakkan wujudnya sama sekali.
Hampir tidak ada alasan untuk menghindari acara pertemuan ini. Toh, Jungkook kemarin malam hanya mengatakan bahwa ingin mengobrol dengannya. Tidak ada hal lainnya dan Jungkook tidak memiliki rencana apapun lagi selain mengobrol seperti yang ia katakan.
"Hey boy! Sorry aku terlambat. Sudah lama menunggu?" sapaan riang itu membuat Jungkook mendesah lega. Terlebih saat tamunya mendudukan diri dihadapannya dengan senyum cerah tak pernah hilang.
"Hampir diusir. Tapi tidak jadi karena aku mengulur dengan membeli segelas minuman lagi." jelasnya sedikit menyindir. Sudah dijelaskan bukan kalau dirinya tidak suka dengan kata menunggu.Ringisanlah yang didapat Jungkook. "Nah apa yang ingin kau bicarakan kalau begitu?" tanyanya.
Jungkook menghela nafas. Sepertinya hari ini dirinya memang sedang diuji. "Hyung-nim, pergilah memesan sesuatu dulu. Kemudian kita lanjutkan mengobrolnya supaya kita tidak benar-benar diusir.".
.
.
"Nah jadi apa yang ingin kau katakan? Katakan, pesananku sudah diatas meja. Kita tidak akan benar-benar diusir seperti katamu." Jungkook sedikit mengrenyit dengan kalimat diakhir yang seperti membalas sindirannya diawal tadi.
Mengingat sudah lama Jungkook menunggu di cafe dan tidak melakukan apa-apa selain meminum pesanan dan merasa cemas tanpa alasan, tidak menyurutkan inisiatif dari pelayan cafe untuk mengusirnya dengan alibi berbasa-basi terlebih dahulu yang curiga dengan gelagat yang ditunjukkan Jungkook saat berdiam diri didalam cafe.
"Hyung, aku butuh bantuan." selorohnya tidak perduli dengan adat yang benar tentang meminta tolong atau tata krama berbicara pada yang lebih tua. Masa bodoh, hal itu hanya mengulur waktu.
"Wow bantuan apakah itu kalau boleh tau?"
"Tapi selalu katakan ya untuk semua yang aku minta." todongnya.Si lawan bicara tersenyum lebar, "Kook-ah, kenapa menggebu-gebu seperti itu? Kita hanya berbicara empat mata tidak usah seserius itu. Santai saja."
"Tidak bisa sampai Hobie hyung menyetujui apa yang aku katakan tadi."
Terlihat tidak pikir panjang, Hobie hyung menyerah mengibaskan sebelah tangannya dan berbicara, "Arraseo, semaumu saja." aku tersenyum kemenangan."Ini mengenai come back Taehyung hyung." jelasku, Hobie hyung mengangguk seraya menyeruput sedotan minumannya. "Yoongi hyung meminta bantuanku untuk membuat koreografinya. Sedangkan Taehyung hyung menginginkan Hobie hyung yang membuatkan koreografinya." lanjutnya.
Hobie hyung terlihat mengerutkan dahinya, bingung, kemudian meletakkan gelas minumannya. "Lalu?" tanyanya.
"Aku dengan ceroboh mengiyai tanpa pikir panjang, dan sekarang aku menyesal."
"Jadi sebenarnya, aku ingin meminta tolong untuk bicarakan lagi ini dengan Yoongi hyung, dan katakan kalau Hobie hyung yang mengambil alih masalah koreo, ya hyung?" pintanya memelas."Kalau masalahnya seperti itu,..." Hobie hyung menjeda melirikku kemudian tersenyum, "Aku tidak mau, mian." lanjutnya polos membuatku mendelik.
"Kan tadi Hobie hyung sendiri yang setuju apapun yang aku katakan Hobie hyung akan mengiyai." sungut-sungut Jungkook.Hobie hyung terbahak ditempatnya, membuat perasaan jengkelku semakin meraung didalam diri. "Ya! Jungkook-ah dengar, kalau Yoongi hyung sudah menunjukmu untuk bertanggung jawab atas koreografi, just do it! Insting dan penilaiannya tidak akan pernah meleset. Juga kualifikasi tentang apapun kurasa Yoongi berselera tinggi, jadi tidak akan salah kalau memilihmu."
"Haduh Hobie hyung, masalahnya aku tidak sehebat itu! Aku tidak bisa. Sungguh." keluh Jungkook putus asa sampai nada bicaranya bergetar. Jangan sampai hal ini menemukan jalan buntu. Jangan. Jungkook tidak bisa menerimanya.
"Kau bisa Jungkook. Hanya saja selama ini passionmu masih dalam proses dibangun. Dibangun dengan cara latihan bersamaku, dan membuat gerakan-gerakan kecil seperti biasanya yang kita lakukan."
"Bukannya kamu tidak bisa melakukannya Kook. Dirimu saja bahkan belum mencoba. Apa? Apa ada yang kau takuti? Katakan, kamu bisa berbagi cerita denganku." bujuk Hobie hyung dengan lembut.Aku melesakkan punggungku disenderabn kursi. "Ada banyak sebenarnya hyung. Aku takut apa yang dibayangkan Yoongi hyung tidak seperti bayangannya. Aku takut merusak."
"Hey coba dengar, tidak ada sesuatu yang dibuat dengan berusaha dan kerja keras akan merusak hasilnya. Cobalah memulai langkah awal usahamu dengan perasaan sungguh-sungguh dan energi positif. Tidak akan seburuk itu hasilnya. Percaya deh." wejangan Hobie hyung.
"Tapi aku masih ragu, hyung." keluhku.
Hobie hyung menggusak rambutku, "Itu wajar. Dirimu baru menemui hal semacam ini. Beradaptasilah, tidak akan seburuk seperti bayanganmu. Percaya apa yang aku katakan tadi."Atmosfer dimeja yang kami duduki mendadak menjadi hening. Dengan aku yang berkemelut bersama pikiranku dan Hobie hyung yang sibuk menghabiskan beberapa donat pesanannya tadi.
"Tapi kalau aku menemukan masalah, bantu aku ya, hyung?" Hobie hyung mengangguk.
"Kalau aku butuh saran dan minta bantuan hyung maukan menolongku?" mengangguk lagi sebagai balasan.
"Ihh hyung?!!" rengek Jungkook sebal tidak diperhatikan.
"Astaga, iya! Kami semua ada untuk menolongmu. Sudah habiskan saja minummu, jangan pedulikan masalah Taehyung lagi!"Ya sebaiknya begitu. Jangan pedulikan masalah siapapun kecuali dirinya sendiri. Dirinya perlu menarik nafas dengan tenang tanpa gangguan apapun. Dirinya butuh ketenangan setelah tertekan kecerobohannya sendiri. Juga dirinya butuh segala macam usaha apapun supaya akhir dari harinya tidak habis terbuang sia-sia dengan memikirkan sosok Taehyung yang akhir-akhir ini membandel tidak mau hilang dipikirannya.
Jungkook harus menemukan segala cara, sebelum kewarasannya lenyap karena perasaan mendalamnya kepada Taehyung.
.
.
.
"Kau yakin dengan keputusan yang kau ambil?" tanyanya dengan nada ragu yang ketara.
Lawan bicaranya hanya mengangguk sekilas seraya membalik-balik sebuah majalah."Taehyung terlihat tidak nyaman sedari awal mereka kembali bertemu."
"Aku tau. Maka dari itu aku mengelompokkannya disuatu project untuk Taehyung."
"Terdengar sangat janggal. Mereka sedang bersitegang! Salah satu dari mereka tidak mengharapkan kehadirannya."
"Hmm, maka akan menyesal siapapun itu."Mengrenyit bingung sebelum mengumamkan sebuah doa, "Semoga keduanya akan baik-baik saja."
"Kuharap juga begitu." senyumnya culas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thunderclouds / taekook /
FanfictionCinta lama yang kebetulan kembali adalah sebuah keajaiban. Namun, penolakan yang dirasa kembali dan tetap bertahan adalah kesetiaan. !Taehyung;Top! !Jungkook;Bottom! Taekook/Namjin/Yoonmin Started : 13 - 12 - 2018 Ended : /-//-////