Assalamu'alaikum readers!
Ini adalah cerita pertama saya di wattpad. Semoga kalian suka dan mau vote😄
Kalau misalkan ada yang kurang suka, mau kasih kritik & saran, atau bahkan kepo sama kelanjutan cerita ini bisa comment yaa!
Semoga aja ceritanya ga jadi freak 😅
Happy reading guys😆
.
.
.
.Sore itu dua orang sahabat masih saja termenung dalam lamunan mereka masing-masing. Semakin nikmat lagi ditemani hembusan angin yang lembut. Duduk di depan kelas paling pojok yang tinggi serta langsung berhadapan dengan tangga. Mereka menghadap ke utara, ke arah lapangan parkir yang sudah sepi pada jam pulang seperti ini. Bel pulang sekolah sudah terdengar 45 menit yang lalu dan adzan ashar sudah berkumandang 15 menit yang lalu. Mereka belum juga beranjak pulang ataupun mampir ke masjid untuk menunaikan sholat ashar. Di kelas 11 ini mereka sedang sibuk-sibuknya dengan kegiatan organisasi. Asyahara Bestari, gadis berbadan kurus, kulit sawo matang, wajah yang manis dengan gigi gingsul dan tinggi badan yang tak terlalu pendek baru saja selesai berbicara dengan wakil OSIS mengenai proposal yang akan diajukan untuk kegiatan OSIS beberapa minggu lagi. Dia selaku sekretaris bertanggungjawab atas hal itu. Sedangkan Sabila Bunayya, memilih untuk menunggu Asya di tempat favorit mereka daripada mengikuti agenda rutinan ROHIS setiap kamis sore sepulang sekolah di lantai 2 masjid sekolah. Dia menghindari pertemuan dengan kakak kelas mantan ketua ROHIS di periode sebelumnya yang selalu saja membuat pikirannya kalut dan tak bisa berkata apa-apa saat mereka bertemu. Setelah beberapa menit mereka saling diam, Asya pun membuka percakapan.
Asya : " Bil, kamu nggak kumpul ROHIS? Tumben.." tanya Asya yang menyenderkan kepala nya di pundak empuk milik Bila sambil melirik ke sahabatnya itu.
Bila yang sedari tadi menggenggam es susu di kantong plastik sambil menyedotnya pun melepas sedotan dari mulutnya.Bila : "nggak sya, lagi males aja" jawab Bila sambil menatap kedepan, menayun-ayunkan kaki nya yg bergantung.
Asya : "Loh bukannya kamu sekretaris dua ya? Harusnya hadir dong.. Ikut nyatet hasil diskusi atau bantu-bantu urusan sekretaris yang lain, pasti ada alasannya nih kenapa ga dateng.." tebak Asya yang mulai mengangkat kepala nya dari posisi bersandar dan menatap Bila dari sisi samping.
Bila : " Ada kak Riziq, males deh jadinya" jawab Bila dengan ekspresi datar dan bibir yang tertarik keatas sebelah kanan.
Asya : "Bukannya malah enak dong ada pemandangan, Hahaha" timpal Asya sambil tertawa kecil.
Bila : "pemandangan pemandangan! Iya, saking indahnya itu pemandangan aku jadi ga bisa fokus, bawaannya senyam-senyum ga jelas, kalo aku kayak gitu pas lagi diskusi kan malu-maluin, semua bakal heran dan lebih parah kalo sampe semua bisa nebak aku suka sama kak Riziq, kan jadi masalah nantinya" terang Bila sambil memutar mata nya ke atas.
Asya : "Kenapa jadi masalah kalo orang-orang tahu? Emang suka sama kakak kelas ga boleh?" timpal Asya sambil menahan tawa
Bila : "Bukan masalah kakak kelas nya yang nggak boleh, ya aku sadar diri aja, kak Riziq itu almost perfect! Dan aku ga ada apa-apanya, lagi pula menyimpan perasaan itu lebih aman sya, daripada di umbar, nanti setan-setan lebih mudah menjerumuskan kita ke hal-hal yang nggak baik"
Asya : "Eaaa mamah Bilahh.. Bener juga sih, orang kita nyimpen perasaan ga di umbar aja godaan setan tuh Subhanallah, apalagi kita umbar, bisa bahaya kalo keterusan"
Bila : "Ya emang gitu kan.. Eh by the way, kamu tadi habis ngobrol apa sama pak wakil?" goda Bila sambil senyum-senyum menyenggol bahu Asya dengan bahu nya.
Asya : "Apaan sih Bil, ya biasa, kita bahas soal proposal buat kegiatan OSIS 2 minggu lagi.." tukas Asya dengan menahan senyuman nya.
Bila : "Yakin cuma itu doang?" lagi-lagi Bila menggoda sahabatnya yang pipinya mulai memerah itu.
Asya : "Ehm.." pikiran Asya kembali ke pertemuan nya dengan wakil OSIS setengah jam yang lalu, sambil menceritakan kepada Bila.
Flashback on
Asya dan Wahid duduk di gazebo lapangan tengah sekolah. Disitu mereka tak hanya berdua, banyak siswa-siswi lain duduk untuk menunggu temannya yang lain, atau sekedar menyandarkan punggung dan membaca buku. Banyak pula yang berlalu-lalang untuk mengambil sepeda motor atau keluar dari parkiran dengan sepeda motor mereka masing-masing. Bising memang, tapi tempat ini lebih aman untuk diskusi berdua antara wakil ketua dan sekretaris OSIS yang bukan mahrom. Wahid yang meminta Asya bertemu di gazebo itu untuk membicarakan proposal kegiatan OSIS sepulang sekolah. Asya begitu bahagia saat menerima pesan ajakan Wahid itu. Meskipun hanya membahas proposal, tak bisa di pungkiri, Asya bahagia dan sangat bersemangat. Demi menutupi perasaan nya itu, dia mempersiapkan wajah datar saat akan bertemu Wahid. Karena akan bahaya jika sampai Wahid melihat pipi nya yang mulai memerah seperti diberi blush on.Asya : "Assalamu'alaikum!" ucap Asya sambil terus berusaha bersikap biasa. Wahid yang sedang fokus meneliti proposal terbuyarkan pikiran nya dan mencari sumber suara itu.
Wahid : "Eh Asya, wa'alaikumusalam warohmatullah"
Asya : "Gimana hid? Bagian mana yang kurang?" tanya Asya yang terlihat ketus. Acting Asya kini terlalu. berlebihan!
Wahid : "Hmm. kenapa sya kok muka mu kayak ngambek gitu? Kamu capek ngurusin proposal ini? jangan ngambek dong, entar cepat tua loh!" kata Wahid sambil menelisik muka Asya. Sepersekian. detik Asya melotot dan kaget dengan ucapan Wahid. Apakah ekspresi yang dibuat-buat ini terlalu berlebihan?
Asya : "Apaan sih hid? Biasa aja.." jawab Asya dengan nada santai, agak di lemaskan ekspresi dan nada bicara nya, tidak sejutek sebelum nya.
Wahid : "Ya udah kalo gitu, mana senyum mu yang seperti biasa?" timpal Wahid sambil menyajikan senyuman nya yang manis, dengan kumis tipis nya yang menghiasi. Alis tebal nya terangkat sambil sedikit membelalak kan mata menghadap Asya. Wahid tak tahu atau pura-pura tak tahu, senyuman nya itu yang berhasil membuat Asya tak kuat menahan ekspresi nya yang dibuat-dibuat tadi dan berubah menjadi tersenyum selebar-lebarnya.
Asya : "Eum.. Iyaya hid, nihh" Asya memutar bola matanya seolah malas tersenyum dan kemudian melepaskan senyuman yang tak dibuat-buat kepada Wahid. Dia senang, amat senang. Asya rasa, Wahid bukanlah tipe cowok yang mudah melontarkan perkataan dan senyuman manis seperti itu kepada semua perempuan. Dia humble sekali dengan siapapun, tapi kata-kata manis seperti itu bukanlah hal yang biasa keluar dari mulutnya. Setelah itu, mereka pun membahas proposal yang masih ada kurang disana - sini.
Flashback off
Bila : "Beuhh... Tahu deh sya, tahu.. Yang udah dimanis-manisin sama pak wakil! Bahagia banget kayaknya"
Asya : "Hahaha emang bahagia, kayak dapet air pas lagi kehausan di savana!" tawa Asya sambil melirik ke atas memutar ulang kejadian manis itu. Dia tak pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya. Dia berprinsip untuk tidak akan pernah pacaran seumur hidupnya. Jadi wajar saja kalau kejadian sepele tadi rasanya sangat membahagiakan bagi Asya.
Tiba-tiba tangan Bila meremas lengan Asya, seperti hendak memberhentikan tawa Asya. Asya pun terkejut dan melihat lirikan Bila yang mengarah pada tempat parkir. Seorang lelaki berbadan tinggi, menghampiri sepeda motor bebek berwarna biru tua dan hitam. Langkah nya berhenti tepat 4 meter di depan 2 sahabat itu. Asya yang semula tertawa kencang, seketika itu juga berhenti dan membeku.
.
.
.
.
Wassalamu'alaikum
Boleh kalian tebak alur cerita nya kayak apa nihh?Oh ya jangan lupa masukin cerita ini ke Library kalian yaa😉
Dukungan kalian sangat berarti untuk writer yang pemula inii☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Menebak Cinta
Teen FictionCinta itu penuh dengan pengharapan. Jika tak mau merasakan apa itu pengharapan, tak usah merasakan cinta. Berani mencintai, berarti berani berharap. Berani berharap maka berani pula untuk meneguk kepahitan. Dan sungguh, sebaik-baiknya cinta, adalah...