1. Awal

15 3 1
                                    


Haii, selamat membaca, semoga suka!

■■■

Jam menunjuk kan pukul 08.00 pagi. Seorang gadis bersama ibunya sedang berkemas-kemas untuk pindahannya ke lain kota. Ia memasukkan baju dan yang lain nya ke dalam koper besar.

"Anya... Mami...," panggil pria berusia sekitar empat puluhan dari bawah.

"Sudah selesai belum kalian siap-siap, ayo kita jalan sekarang udah jam delapan nanti kesiangan."

"Iya, ini sudah mau turun pi," jawab sang istri.

Ibu dan anak itu turun dari tangga sambil membawa dua koper besar. Ibunya berkata, "Anya, kita nanti sarapan di jalan saja ya." Anyanara, atau gampang dipanggil dengan sebutan Anya. Gadis berambut panjang itu hanya mengangguk.

"Kalau sudah siap ayo kita langsung jalan," jawab Hendra-ayah Anya.

Mereka bergegas menaiki mobil sambil memasukkan koper-kopernya di bagasi. Mereka segera menjalankan mobilnya, Hendra mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Di jalan, Anya hanya diam sambil menatap pemandangan di luar kaca. Maudy-ibunya, yang melihat itu dari kaca mobil heran dengan ekspresi anaknya itu. "Anya kenapa kok kelihatan murung gitu? Ada apa?" tanya Maudy tersenyum.

"Nggak kenapa-napa mi. Hanya saja, Anya kepikiran tentang sekolah nanti," lirih Anya khawatir.

"Nanti kan dapat sekolah baru, teman baru, suasana baru, dan semua serba baru. Anya jangan sedih dong," kata Hendra yang masih fokus menyetir.

Anya yang mendengarnya tersenyum. "Mi, pi, perut Anya kerocongan. Laper banget, kita sarapan dulu yuk," ajak Anya sambil mengelus perut nya.

"Oke... sesuai permintaan anak papi yang cantik kita turun, di depan ada restoran," jawab Hendra. Hendra menepikan mobilnya di parkiran.

Mereka turun dari mobil dan langsung masuk ke sebuah restoran. Hendra, Maudy, dan Anya memesan makanan sesuai menu kesukaannya. Tak lama, pesanan mereka pun datang dan Anya yang sangat kelaparan langsung memakan nya.

"Anya, hati-hati, kesedak loh," kata Maudy yang melihat Anya makan tanpa nafas.

Anya hanya cengengesan membuat Hendra dan Maudy hanya tertawa melihat tingkah anaknya itu.

"Oh iya, Anya nanti papi daftarin di SMA yang sudah papi pilih. Kamu berteman baik ya sama teman-teman di sana," kata Hendra.

Anya mengangguk, meskipun di hatinya terselip rasa khawatir. Dirinya memang tak pandai dalam hal mencari teman dan bersosialisasi.

Selesai mereka makan, mereka langsung bergegas meninggal kan restoran. Saat sampai di depan parkiran, ada seorang wanita yang terlihat lemas dan hampir pingsan. Maudy yang merasa khawatir langsung menghampirinya.

"Mbak kenapa?" tanya Maudy sambil memegangi tangan wanita itu yang hampir jatuh.

"S-sa-saya lapar," jawab wanita itu dengan suara yang terputus-putus.

"Saya ada makanan. Ini buat mbak aja, kebetulan tadi saya bungkus makanan," kata Anya sambil tersenyum. Anya menyerahkan se kotak nasi kepada wanita itu. Jika dilihat-lihat, kondisi wanita itu kurang enak dipandang, baju yang penuh dengan kotoran, dan celananya yang sedikit sobek. Rambutnya acak-acakkan dan wajahnya yang kusam dan kotor.

Maudy menuntun wanita itu dan mengajak duduk di pinggir parkiran. Anya, Maudy dan Hendra pun ikut duduk di sana. Lalu dengan lahap, wanita itu langsung memakan makanan itu.

"Pelan-pelan mbak, nanti tersedak," tutur Anya yang kasihan terhadap wanita itu.

Setelah selesai makan, Anya, Maudy, dan Hendra bertanya pada wanita itu.

ANYANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang