4 - Keenan

64 8 0
                                    

BRAKKK

Terdengar bunyi dobrakan pintu dari arah depan, tak lama muncul seorang dengan keadaan kacau. Rambut nya berantakan. Matanya mengerjap - ngerjap setengah sadar, tercium bau alkohol dari mulutnya serta bajunya. Edward berjalan gontai menuju sofa sesekali tangannya berpegangan untuk menahan tubuhnya.

BUK!

Saat itu juga, tubuhnya langsung terjatuh tepat di atas sofa empuk tersebut. Matanya terpenjam, dengan mulut yang sedikit terbuka.

Keenan membalik-kan tubuhnya kembali, ia menunduk. Selera makannya mulai berkurang, semenjak Edward dengan keadaan seperti itu.

Kakaknya itu tidak pernah mengerti perasaan adiknya, ia selalu mengabaikan Keenan. Walaupun Keenan cukup benci dengan Edward, ia juga tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia juga masih menyayangi Edward sebagai kakak, satu - satunya anggota keluarga nya yang tersisa.

Terdengar helaan napas pendek, Keenan mendongak menatap Bude Rahma.

"Keenan selesai, mau ke kamar aja" ucap Keenan, sembari meletakkan sendok & garpu ke atas piring.

Bude Rahma sangat mengerti apa yang Keenan pikirkan. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum simpul. Keenan berjalan menaiki tangga tanpa menoleh ke arah ruang tamu lagi.

__🖤__

Pagar sekolah terbuka lebar saat sebuah mobil hitam memasuki pekarangan sekolah. Kaca mobil itu terbuka, menampilkan sosok sang pengemudi dan 2 orang di belakang nya. Ia menyapa penjaga sekolah dengan ramah, di ikuti dengan anggukan dari Pak Rano, penjaga sekolah SMA Perwira Negeri.

Tak berselang lama mobil itu sudah sampai di area parkir, Zey dan Bima turun lebih dahulu ketimbang Keenan. Dari kejauhan terlihat seorang cewek sedang memperhatikan mobil serta orang - orang tersebut. Matanya kembali fokus saat melihat Keenan turun dari mobil.

Dahi Sheenan mengernyit heran, pasalnya baru kali ini ia melihat Keenan membawa mobil. Sheenan masih di tempat nya saat mereka bertiga mulai jalan menuju gedung sekolah. Saat berpapasan, Keenan membiarkan kedua temannya naik terlebih dahulu sementara ia berada di hadapan Sheenan.

Sheenan tersentak saat Keenan berhenti di depannya. Detak jantung nya berdetak lebih cepat, entah ini pertanda apa, ia juga tidak tau.

"Nungguin gue ya?" tanya Keenan, dengan senyum jahilnya. Ingin rasanya Sheenan tersenyum melihat kepedean Keenan. Tapi ia malah memutar bola matanya dan tersenyum tipis, sangat tipis.

"Idih, pede banget lo" jawab Sheenan. Keenan malah tertawa kecil mendengar jawaban Sheenan.

"Tapi tadi lo liatin mobil gue mulu"

Perkataan Keenan sukses membuat Sheenan terjebak. Memang, sedari tadi ia memperhatikan mobil Keenan.

"Enggak, gue enggak liatin mobil lo kok" jawab Sheenan gelagapan. Ia memalingkan wajahnya dari Keenan, serta matanya yang tak ingin menatap wajah Keenan.

"Jelas - jelas dari tadi lo disini liatin gue" ucap Keenan percaya diri.

"Enggak!" elak Sheenan cepat. Namun langsung di balas Keenan tak kalah cepat.

"Iya"

"Enggak"
"Iya"
"Enggak"
"Iya"
"Enggak"
"Iya"
"Eng--" ucapan Sheenan terpotong.

Satu jari telunjuk Keenan menempal pada mulut Sheenan. Kemudian Sheenan tersentak, mereka berdua sama - sama diam. Saling menatap tepat di manik mata keduanya, sampai beberapa saat telunjuk itu kembali di turunkan.

Keenan terkekeh melihat ekspresi muka Sheenan,

"Gausah tegang gitu kali" ucap Keenan sambil mengacak rambut Sheenan. Kesadaran Sheenan kembali, setelah beberapa saat ia tercenung.

Beyond ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang