2. Menempel bak Perangko

57 6 6
                                    



Kehidupan Rania tidak terlepas dari kehadiran Meyra disisinya. Persahabatan mereka semakin erat sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas. Selalu ditempatkan di kelas yang sama bahkan masalah pilihan jurusan pun mereka kompak memilih jurusan IPA. Rania dan Meyra merupakan salah dua siswi yang pintar di SMA-nya. Sangat wajar jika mereka berdua diterima di universitas ternama di negeri ini.

Selain menuntut ilmu di sekolah yang sama, Rania dan Meyra juga telah bertetangga selama 5 tahun sejak Meyra dan keluarganya pindah dilingkungan rumah yang sama dengannya, jarak rumah mereka cukup dekat. Rania hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke rumah Meyra dengan berjalan kaki. Jadi tidak dapat dipungkiri lagi mereka selalu bersama dan tak terpisahkan.

"Ibu, kemarin aku liat ada anak perempuan lewat depan rumah dan kayaknya dia orang baru ya di sini?" tanya Rania pada ibunya saat pertama kali melihat Meyra.

"Oh ya? Orangnya sebaya sama kamu?" ibu Rania tanya balik untuk memastikan.

"Kayaknya sih iya bu," jawab Rania setengah yakin.

"Oh itu anaknya Pak Wahyu dan Bu Yanti. Mereka baru pindahan ke sini. Anaknya ada 5 dan yang sulung itu seperti kamu, dia juga masih SMP. Tadinya ibu bilang untuk pindahkan anaknya ke sekolah kamu tapi katanya mereka sudah mengurus di sekolah lain," jelas ibunya.

"Yah, padahal keliatannya anaknya baik ya bu, berhijab lagi," Rania sedikit sedih karena tidak satu sekolah dengannya.

"Iya keluarga mereka juga ramah-ramah loh. Kamu harus kenalan sama mereka, biar kamu bisa belajar banyak dari mereka apalagi soal bersyukur," sambung ibunya.

"Kenapa begitu, bu?" Rania penasaran dengan maksud ibunya.

"Keluarga mereka sangat sederhana. Rumah mereka juga, nanti kamu coba main ke sana," pinta ibunya.

"Iya, bu."

Ibu Rania berharap anaknya bisa belajar banyak tentang kesederhanaan pada keluarga Meyra. Sangat berbeda dengan Rania yang tinggal di rumah yang cukup luas namun terkadang masih mengeluh dan merasa tak bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah untuknya.

"Rania pengen ke rumah keluarga yang baru pindah di sini, bu, yah," besoknya Rania pamit kepada ayah dan ibunya untuk ke rumah Meyra.

"Tampaknya ada yang penasaran nih," canda ibunya.

"Iya nih, bu. Pengen kenalan langsung hehe." Setelah berpamitan, Rania langsung menuju ke sana tanpa rasa malu dan penuh keyakinan kalau ia akan diterima dengan baik di sana karena menurut cerita ibunya mereka keluarga yang baik.

Sesampainya di luar rumah, Rania melihat keluarga Meyra tengah bermain dan bercanda bersama. Suatu hal yang jarang ia lakukan di rumahnya karena Rania anak tunggal dan setiap hari orang tuanya sibuk bekerja kecuali hari minggu saat seperti ini orang tuanya tidak begitu sibuk. Tapi kali ini ia gunakan hari liburnya itu untuk main ke rumah tetangga baru.

"Assalamu'alaikum," Rania memulai dengan salamnya.

"Wa'alaikumussalam," semua kompak menjawab salam sambil matanya tertuju pada sosok Rania dan aktivitasnya terhenti sejenak. Tidak lama Meyra beranjak dari tempat ia duduk menuju pintunya untuk menyambut Rania.

"Aku Rania Larasati, anaknya Pak Furqan dan Bu Dahlia yang tinggal dekat lapangan," ia memperkenalkan dirinya sambil tersenyum.

"Oh iya, silahkan masuk Rania," ia dipersilahkan masuk oleh Meyra. "Perkenalkan namaku Meyra Salsabila, panggil saja Meyra," sambil mengangkat tangan kanannya dan berjabat dengan tangan Rania. Begitulah awal mula mereka berteman.

Pilihan RaniaWhere stories live. Discover now