---
Kau tahu aku hanya bisa menatapmu dengan tatapan hampa penuh harapan dari sini
---"Eh sorry sya gue nggak sengaja". Sekuat tenaga aku berlari menghampiri Arsya dengan tujuan untuk meminta maaf dan mengambil bola itu kembali.
"ya"
Kenapa responnya cuma begini.
Hanya itu jawaban yang diberikan Arsya. Entah itu karena malas bicara atau apa aku sendiri kurang paham.
Apakah benar pilihanku yang selanjutnya ini?
Kata itu terus terngiang-ngiang dikepalaku saat aku kembali dari tempat itu. Memang sedikit sakit tapi aku akan berusaha lebih keras lagi.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya kita kelelahan dan matahari mulai memancarkan kekuatannya. Kita kembali menuju kelas bersama-sama. Memang kelas IPS dan kelas IPA berbeda tetapi kebetulan IPS-1 dan IPA-2 berada di gedung yang sama. Hanya saja berbeda lantai.
Saat memasukki kelas rasanya seperti surga dunia. Dingin.... Mungkin ini efek karena habis dari luar kali ya?.
Aku langsung duduk ditempat dan menyelonjorkan kakiku di tempat duduk cahya.
"zal, misi dong gue mau duduk nih". Sambil berjalan sempoyongan cahya menyuruhku untuk memindahkan kaki.
"yah udah pewe ya, duduk di tempat brian aja deh".
"nje.. "
Saat aku duduk dan rasa penatku berlahan-lahan mulai hilang, aku merasa ada yang kurang dari kita.
"gais Brian sama Fajar mana ya? Tadi kan mereka bareng kita? ". Ternyata setelah aku bertanya-tanya sendiri ternyata merekalah yang telah menghilang dari pandanganku.
"iya juga ya mereka kemana"
Tiba-tiba mereka muncul sambil membawa kantong plastik berisi minuman dingin. Brian membagikan minuman itu ke kita berlima.
"loh yan Zalva kok dapet soft drink?". Cahya menyatakan kalimat ketidak setujuannya ke Brian.
"iya nih nggak adil atuh".
"hadeuh... Syukur-syukur kalian gue beliin minum. Udah terima aja. Lo tadi liat sediri kan kalo Zalva banyak lari-lari hati ini". Brian menjelaskan maksud tujuannya membelikan Zalva minuman.
"iya deh iya. Matur nuhun nje".
"unch babang brian cocwit deh,makasih ya". Menurutku tidak ada salahnya mengungkapkan rasa terima kasih seperti itu. Karena memang kita sudah berteman dekat dari kita masih SMP.
"Zal pindain kakimu gih, gue mau duduk sini". Tanpa pikir panjang Brian menindahkan kakiku kebawah dan dia langsung saja duduk disebelahku.
"lah Zal, si Brian kok boleh duduk disana? Gue kok nggak? Itu kan tempat duduk gue! "
"yaelah ya, orang dia Tiba-tiba langsung mindain kaki gue dan langsung duduk. Andai dia nggak gitu ya gue nolak lah".
"ngomongin gue ya? Yaudah gue pindah deh, ya tuker tempat". Brian memasang wajah sedikit kecewa dan langsung bertukar tempat dengan Cahya.
"panggilan, bagi seluruh siswa-siswi yang tergabung dalam paduan suara. Harap segera ke aula. Terima kasih... "
"yee jamkos ". Lia sontak langsung berdiri dan melompat-lompat kegirangan.
"uwuuuuu~ senangnya.., Aduh Zalva sendirian lagi ya. Kacian". Dengan nada yang sedikit mengejek, cahya membuatku sedikit kesal. Ya walaupun itu hanya bercanda. Tapi jujur dari dulu aku emang nggak suka sama yang namanya sendirian.
"eh tunggu, itu bu Silvi ngapain di depan ya? Bukannya sekarang waktunya senbud?". Pernyataan Fajar membuat kita terkejut dan langsung berdiri untuk memastikannya.
"au ah bodo amat yang penting jamkos. Yeeey!". Teriak cahya. Cahya langsung mengajak lia pergi menuju aula dan meninggalkan Zalva sendirian.
Saat Cahya dan Lia pergi keluar dibarengi dengan bu silvi yang masuk ke dalam kelas.
"anak-anak hari ini saya mendampingi teman-teman kalian yang mengikuti ekskul paduan suara. Jadi kalian akan saya bentuk kelompok dan silahkan diskusikan apa yang akan kalian buat besok".
"iya buuu.....".
Bu silvi langsung memberikan sebuah kertas undian yang berisi nomer-nomer untuk pembagian kelompok
Zalva POV.
"Kenapa gue ga hoki banget sih hari ini? Habis arsya sekarang masa gue cewek sendiri? Huft! ". Gumamku pelan sambil memasang wajah lelah.
"anak-anak langsung berkumpul di sama kelompoknya ya sekarang langsung di bahas juga, ibu tinggal dulu ya. Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam".
Setelah bu silvi meninggalkan kami,kami langsung bangkit dari tempat duduk dan kumpul sesuai kelompok.
"yaann gue pengen tuker kelompok nih, masa iya gue cewek sendiri di sini. Aneh tau, canggung juga!". Aku langsung mengomel kepada brian setibanya brian duduk di sampingku.
"udahlah zal, ngapain juga harus canggung? Kan ada gue". Setelah berkata hal itu brian langsung menepuk pundakku sambil menatap mataku seolah-olah dia berkata "tenang ada aku disini"
Aku terdiam saat brian menyentuh pundak ku, bukannya aku baper tapi aku hanya terkejut. Terkadang ada beberapa perlakuan brian yang membuatku sedikit bingung hingga aku pusing memikirkannya. Sampai aku bertanya-tanya. "apakah yang aku pikirkan selama ini benar adanya?"
"wooyyy guis, gue baru inget. Nih anak-anak yang padus gimana nasibnya? Kalo nunggu mereka dateng nanti mah keburu kita pulang juga". Teriak Riki, ketua kelas kami yang suaranya kayaj kucing kecekik alias cempreng sontak membuatku keluar dari lamunanku.
"udah lah taruh acak aja, serah lo deh". Tanpa pikir panjang seseorang dari kelasku menyampaikan pendapatnya.
"kiiii!!! Rikiiii! Tu cahya taruh kelompok gue dong masa iya gue cewek sendiri T-T ". Aku langsung loncat dari kursi dan berlari menuju depan kelas.
Riki mengabulkan permohonanku supaya cahya dapat masuk ke kelompokku. Aku kembali ke tempat dudukku semula.
"yah kok ada cahya sih?" -Brian

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Adalah Mimpi
Teen Fiction"jangan menyentuh perasaanku jika kau sendiri tidak menginginkanku"