Breakfast 0.1

36.2K 2.9K 100
                                    

Kring...

Dentingan lonceng pintu mini market berbunyi, sontak membuat Pemuda penjaga kasir menolehkan pandangannya ke asal suara.

Dapat ia lihat seorang pemuda bertubuh tegap tengah berjalan menuju rak mi instan, pemuda yang sudah seminggu ini tak pernah absen membeli mi cup dan satu samgak kimbab lalu menyantapnya di bangku yang sudah disediakan di depan minimarket.

Namun sepertinya tebakan Taeyong -sang pemuda penjaga kasir- salah, pasalnya saat ini terdapat satu mi cup, sekotak acar lobak putih, samgak kimbab, dan satu botol teh dingin di atas meja kasir. Well, jangan salahkan ia yang salah menebak, pasalnya sejak pertama kali pemuda itu datang hanya membeli mi cup dan samgak kimbab, tanpa minuman sekalipun.

"Totalnya tiga ribu enam ratus won"

Selesai membayar sang pemuda tegap langsung menuju tempat untuk menyeduh mi instan lalu beberapa menit kemudian dia mulai membawa makanannya menuju salah satu bangku disana.

Taeyong menghela nafasnya pelan. Berpikir apakah pemuda bak mahasiswa itu tak mempunyai dapur sehingga membuatnya datang kemari setiap pagi hanya untuk menyeduh mi instan? Jika iya sepertinya ia harus bersyukur flat kecilnya masih terdapat dapur-yang menyatu dengan meja tempat makan dan ruang televisi. Tapi setidaknya disana ia dapat meracik berbagai makanan enak walau hanya memerlukan biaya tak banyak.

Ia masih betah menatap sang pelanggan yang saat ini tengah serius membaca buku berukuran tebal, sepertinya ia sedang belajar.

Dan itu membuat hatinya sedikit tercubit. Ia juga ingin menjadi mahasiswa, tapi apalah daya keluarganya saat ini kekurangan biaya yang mengharuskan ia bekerja sejak lulus sekolah menengah atas. Apalagi dengan biaya hidup di Seoul yang terbilang tidak sedikit, itu sudah cukup mencekik untuknya dan untuk kedua orang tuanya yang bekerja menggarap salah satu kebun di desa. Jadi dengan itu Taeyong juga ikut bekerja keras untuk tabungan pendidikan bagi sang Adik yang sekarang masih berada di sekolah menengah atas.

Pemuda yang sejak tadi menjadi objek pandangannya bangkit, dan itu sontak membuat ia tersentak dan langsung mengalihkan pandangan, takut jika sang pemuda memergokinya.

Pandangannya teralih pada sekotak bekel yang tadi ia bawa, mungkin besok ia akan membawa bekel dengan porsi lebih dan menawari pemuda tadi, agar ia tidak setiap hari harus memakan mi instan.

Yeah anggap saja Taeyong bersedekah.

Bersedekah dengan latar peduli kepada pemuda tegap tadi.

Keesokan harinya Taeyong menepati janji dengan membawa bekal porsi lebih dengan menu nasi goreng kimchi dan telur gulung kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Taeyong menepati janji dengan membawa bekal porsi lebih dengan menu nasi goreng kimchi dan telur gulung kesukaannya.

Baru saja ia menata air mineral di rak, suara lonceng pintu berbunyi, dan dengan segera ia mendongak, menemukan Yuta yang menyengir aneh di pintu minimarket.

Sedikit kecewa lantaran bukan pemuda yang sedari tadi ia tunggu kedatangannya.

"Kenapa tersenyum seperti itu? Kau tidak salah makan kan?" Ledek Taeyong kembali melanjutkan aktivitas nya.

"Tadi aku bertemu anak sekolah, dia manis" celoteh Yuta berjalan menuju kasir, meletakkan tas nya dan bersiap memakai celemek untuk pegawai.

"Oh kau mau jadi pedofil sekarang?"

"Plis Yong dia kelas tiga sekolah akhir, dan aku baru dua puluh"

"Tau dari mana dia kelas tiga?"

"Seragamnya"

Taeyong mengangguk, berjalan mendekati Yuta yang bersandar pada meja kasir.

"Kau bertemu dengan murid manis itu dimana?"

"Di halte! Demi tuhan wajahnya sangat imut!"

"Lalu? Kau tidak meminta kontaknya?"

Bahu Yuta lantas turun menanggapi ucapan Taeyong.

"Aku lupa, tapi tadi saat ku lihat seragamnya, ada nama Dong Sicheng di name tagnya"

"Eh? Orang cina?"

"Sepertinya"

Nakamoto Yuta, pemuda asal Jepang yang nekat merantau ke Seoul untuk berkuliah dan bekerja. Itu sebabnya ia sering ijin tidak masuk kerja saat ada jam-jam penting mata kuliah.

"Belum sarapan?" Tebak Yuta dan langsung mendapat anggukan dari Taeyong. Yuta merengut tak suka.

"Cepat makan, kalau kau sakit tidak ada yang menggantikan nanti"

Taeyong tertawa pelan dan menuruti perintah teman nya. Membawa bekal yang tadi ia bawa menuju kursi di depan minimarket lalu menyantapnya disana.

"Boleh aku duduk disini?" Sedang asik menyantap sarapannya, Taeyong dikejutkan dengan suara Husky lembut yang ia kenali.

Pemuda Lee mendongak, dan mendapati pemuda tegap yang sedari tadi ia tunggu. Dengan kikuk ia mengangguk, mengiyakan pertanyaan pemuda tampan dihadapannya.

Lawan bicaranya tersenyum, menampakkan lesung indah di pipi yang menambah ketampanannya. Mengerjap sebentar, dan Taeyong kembali melanjutkan acara makannya, melupakan jika sejak kemarin ia berniat membagi bekal ke pemuda yang kini duduk dihadapannya.

Pemuda tadi tidak segera menyantap mi cup nya, melainkan sibuk memperhatikan Taeyong yang tengah makan. Sadar sedari tadi menjadi objek pandangan, Taeyong mengangkat kepalanya dan menemukan pemuda tampan yang kini sedang menatapnya tanpa berkedip.

"Mmm.. Kau mau?" Tawar Taeyong menyodorkan kotak bekalnya.

pemuda bersurai dark brown tersenyum kecil lalu mengangguk "Kelihatannya enak"

Taeyong memberikan sendoknya dan membiarkan pemuda tampan itu menyantap sedikit bekalnya.

"Apa Setiap hari kau selalu makan mi instan?" Tanya Taeyong membuka suara.

Si lawan bicara nampak mengangguk dengan masih fokus pada makanan di hadapannya, sepertinya ia menyukai masakan buatan Taeyong.

"Aku tak bisa mengolah bahan makanan" Jawabnya menyuapkan telur gulung ke mulutnya.

Taeyong menatap lawan bicaranya dengan lekat, pemuda tampan itu masih asik memakan bekal sarapannya, tak memperdulikan mi cup instan yang tadi ia beli tergeletak mengenaskan di atas meja.

"Ini enak! Kau membelinya dimana?" Tanya pemuda itu yang sukses membuyarkan lamunan Taeyong.

"Emm itu aku sendiri yang membuatnya" Jawab Taeyong kikuk. Ia sedikit melirik bekal makanan nya yang mengisahkan setengah, syukurlah pemuda itu makan dengan baik kali ini.

"Ahh begitu" pemuda itu nampak kecewa, membuat Taeyong bingung. Apa perkataan nya ada yang salah?

"Kenapa kau nampak kecewa?"

"Yah jika saja ini dijual di toko, mungkin setiap hari aku tidak lagi makan mi instan"

"Aku bisa membuatnya lagi untukmu!" Saut Taeyong tiba-tiba, dan setelahnya pemuda itu nampak kikuk dan menggaruk belakang kepalanya.

"Maksudmu?"

"Yah, em aku bisa membuatnya lagi untukmu, i-itu jika kau mau"

"Tentu saja aku mau!"

Dan keduanya terlonjak kaget karena pekikan salah satu di antara mereka.

"Maaf aku terlalu bersemangat" Taeyong mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi, apa besok aku bisa merasakan masakanmu lagi?"

"Tentu saja" lawan bicaranya tersenyum senang, mungkin mereka bisa berteman setelah ini.

"Namaku Jaehyun, jika kau ingin tau"

Tbc

Breakfast • Jaeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang