Malam kisah ini dimulai..

29 14 6
                                    

Devon Rex Adijaya, pria berusia hampir 27 tahun yang masih enggan menikah. Wajahnya yang rupawan dengan rambut undercut berwarna hitam kelam disertai dengan tubuh atletis hasil olahraga rutin memang cukup memarik banyak wanita untuk mendekatinya, tapi ia menolak. Bukan karena ia berpindah halauan, namun ia hanya malas.

Ya.. pria yang tampak berdedikasi dengan ekspresi serius dibalik meja seorang CEO nyatanya adalah salah satu spesies paling malas didunia. Banyak orang tertipu oleh sikapnya yang elegan saat bekerja. Jika sudah mode bebas, maka ia akan berubah seperti beruang yang berhibernasi di musim dingin.

Seperti malam ini, Rex tengah menyiapkan perlengkapan hibernasi untuk 2 hari kedepan.

Ada sleeping bag yang diposisikan di tengah-tengah ruang baca, bermacam-macam kudapan, air galon, dan tak lupa tumpukan komik Detective Conan yang baru dia beli sepulang kerja.

Rex melihat hasil persiapannya dengan senyum puas. Tanpa menunggu lama ia memasukkan dirinya dalam sleeping bag dan menarik risleting hingga leher, membuat siapa saja akan mengira ada kepompong besar nyasar di mansion CEO tampan, Devon Rex Adijaya.

Beberapa kali Rex mengerutkan dahinya, cerita tentang organisasi jubah hitam membuat ia ikut terhanyut menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh Conan selanjutnya.

"Blam" baru 15 halaman Rex membaca, tiba-tiba listrik padam.
"Huh.. mengganggu saja", Decak Rex sebal. Dia sangat malas untuk keluar dari kepompongnya. Kemana para asisten rumah tangganya? Mood hari libur yang bahagia bagi Rex langsung turun drastis, apalagi dia lupa dimana letak smartphone-nya berada.

"Reno!!! REEN!!!" Rex berteriak. Dia berharap asistennya yang selalu berjaga di ruang tengah dapat mendengar suaranya yang cukup menggelegar.

"..." Hening.

Dimana mereka?

Dengan sangat enggan akhirnya Rex keluar dari kepompong. Langkahnya yang panjang berderap ke ruang tengah yang gelap.

"Reen? Reno!!" Rex meneliti ruang tengah yang mulai menangkap cahaya dari cahaya bulan yang menembus lewat kaca lebar yang berbatasan dengan taman outdoor.

Rex mulai merasakan sesuatu yang mencurigakan. Tidak biasanya gorden yang menutupi kaca pembatas taman terbuka saat malam.

Otak jeniusnya mulai bekerja dengan refleks. Sesuatu yang buruk tengah terjadi. Terbukti dengan kaki telanjangnya yang menginjak cairan kental berbau amis. Darah.

"Jangan bergerak!!" Sebuah suara muncul dari arah belakangnya. Sial. Rex terlalu lambat menyadari seseorang tengah mengendap dari arah belakangnya sejak kedua kalinya ia menyebut nama Reno. Rex tidak cukup bodoh untuk menyadari situasinya yang sedang terancam. Ia tahu bahwa lawannya tengah memegang senjata api. Tanpa berfikir panjang Rex mengangkat tangannya.

"Kau akan ikut kami."
Seorang lagi muncul dari arah kamar utama membawa senjata di tangan kiri dan karung bewarna hitam yang bisa Rex duga berisi koleksi jam tangan mewahnya dan benda berharga yang ada di dalam kamar.

"K-kalian membunuh semua pekerjaku?" Rex tidak bisa menahan rasa penasarannya. Penjahat yang baru datang dari kamarnya tertawa. Tidak menduga bisa melihat CEO tampan yang digilai semua orang tergagap karenanya.

"Menurutmu?" Penjahat yang menodongkan pistol dibelakang kepalanya menoyornya dengan cukup keras.

"Cepat jalan!!" Rex digiring ke luar rumah. Bisa dia lihat beberapa penjaga sudah tergeletak tak bernyawa di pos jaga.

"Kalian akan membunuhku?" Tanya Rex dengan suara mencicit. Dia memang dari luar terlihat arogan dan kuat, tetapi kenyataannya dia seperti bocah cilik yang baru pertama kalinya diculik.

"Diam!! Jangan banyak tanya, atau aku akan membunuhmu sekarang juga!" Ancam si penodong yang mulai kesal dengan sikap CEO tampan yang terus memperlambat jalannya.

"Aku kan cuma ingin tahu.." Rex mengeluh dalam hati, tidak ingin menyulut kemarahan para perampok yang bisa saja membunuhnya sekarang. Rex belum ingin mati. Dia masih ingin memgetahui akhir kisah Conan yang belum juga sampai klimaks hingga lebih dari 20 tahun, atau setidaknya ia ingin melanjutkan bacaannya yang baru selesai 15 halaman.

Setelah Rex duduk di bangku belakang dengan tangan terikat, mobil Avanza berwarna hitam itu segera melaju dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan mansion mewah yang masih dalam kondisi gelap gulita.

***

Liliana Casandra, gadis muda berusia 17 tahun berjalan dengan lemah. Hari ini adalah hari yang sangat berat dalam hidupnya. Adik laki-laki yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa ikut menyusul kepergian kedua orang tuanya yang meninggal 3 tahun lalu. Adik laki-lakinya meninggal karena serangan asma saat Lili masih bekerja part time di restoran ayam. Leonardo Anggara, adiknya memang memiliki riwayat asma dan biasanya ia selalu mengantongi inhaler dan obat-obatan yang ia butuhkan. Entah mengapa hari ini Leon melupakan kebiasaannya itu dan membiarkan celana yang yang mengantongi inhaler dan obat-obatan masuk begitu saja ke keranjang cucian. Naas, Leon yang masih duduk di kelas 7 SMP meregang nyawa sendirian di dalam kamarnya dengan tangan memeluk figura keluarga.

Lili sudah tidak kuat lagi. Satu-satunya alasan ia hidup telah tiada. Perasaan hampa menyayat hingga ke ulu hati. Sakit. Tapi Lili tidak bisa menangis lagi. Sejak tiga tahun lalu Lili sudah berjanji untuk selalu tegar.

"Tiiiiin!!!!" Suara klakson berbunyi memekakkan telinga. Sebuah mobil bewarna hitam dari arah belakang membuat Lili yang sedang berjalan tepat di tengah berhenti karena refleks. Mobil avanza bewarna hitam menyerempet tubuh Lili bagian kanan hingga terpelanting ke arah trotoar, sedang mobil yang masih melaju dengan kecepatan tinggi itu hilang kendali hingga berputar sekali dan selanjutnya menabrak truk yang muncul dari arah berlawanan.

***
"Apa aku telah mati?"

My Sweet RexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang