Lyra's Part

33 4 0
                                    

Sebulan sebelum kejadian angkat karung:)

-

-

Braak-!!!

"..."

"LO BERCANDAKAN-! LYRA INI NGGAK LUCU-!!"-Teriak gadis berambut coklat nyaring. Menatap tajam pada gadis berambut merah muda yang senyum-senyum sendiri, berharap dari matanya mampu mengeluarkan laser.

" hihihi, selow aja kali Drey. Yang nanggung juga gue elu yang sibuk."-jawab gadis pinkky menatap nanar sahabatnya, Audrey Cantika.

"Lyra Angela Arga-! Jadi lo serius!?"-tanya Audrey nggak percaya.

" emang gue keliatan bercanda, ya?"-jawab Lyra tersenyum sumringah sambil memainkan garpu ditangannya. "Enggak"-jawab Audrey ketus.

'Ada kah lagi orang serius yang menganggap masalah besar seoerti secuil kotoran kuku. Seperti mu?'-Audrey diam-diam mendesah dalam hati.

" Jadi-? Kau kubur dimana-?"-tanya seorang cowok berambut hitam yang dari tadi menyimak percakapan yang ambigu dari duo nggak nyambung. Dia Damar Satria dan ya, mereka bertiga adalah sahabat dari SMP.

"Aku membakar mayatnya😊."-Jawab Lyra santai sambil melebarkan senyumannya. Audrey sekarang berkeinginan untuk menggigit orang.

" Maaf, ah~gara-gara aku kalian berdua yang repot.."-Damar tertawa canggung. Dan diam-diam tersentuh.

"Perlukah itu-? Hey kita sudah bersahabat sangat lama. Lagi pula Cewek matre itu layak di bunuh. Iya kan Drey-?"-Lyra menghambur memeluk Damar. Baginya kebahagiaan sahabat nya dan keluarganya lebih utama daripada kehidupan manusia yang mengganggu.

(Readers : hey-! Kau berbicara seolah bukan manusia oke?)

"Aish-kau bukan hanya membunuh cewek itu oke? kau juga membunuh pacarnya yang kaya raya."-Audrey memutar matanya malas meladeni sikap kekanakan Lyra dan mulai memeluk Damar.

" kau salah, huh, aku hanya membuatnya sekarat. Tapi dia sudah mati pas di depan UGD yang salah itu dokternya~."-Lyra mengelak dari tuduhan tak berdasar Audrey.

Damar meringis saat membayangkan mantan pacar matrenya itu mati ditangan sahabatnya yang menurnya anak manja bodoh yang merepotkan. Aish~Jangan diingat orang yang udah mati.

"Kanapa Damar-?" tanya Audrey bingung yang tadi merasakan Damar yang merinding.

"Enggak, hehe, apa kita perlu manggil Psikiater deh-? Liat dia semakin brutal-!"-Kata Damar sambil mengelus kepala Lyra dan mencubit pipinya beberapa kali dengan gemez.

" Nggak mao-!!"-Teriak Lyra yang mencoba melepaskan pelukan macam teletubies sahabatnya.

"Ya udah, kuy go home-!"-ajak Audrey yang di balas gelengan cepat oleh Lyra.

" eh, kenapa-?"

"Gue kagak ada yang antar pulang~gimana nanti kalo ada pedofil-??"

Audrey memegang kepalanya yanv dari tadi cenat cenut. Lantas mereks menatap Lyra jijik. "Dasar-! Lo itu udah gede yah-! Pedofil mana yang mau sama lo? Yang ada kepala mereka nggak ada pada tempatnya😕"

Can I Do This? [Ganti Judul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang