Prolog

33 4 0
                                    

🌹🌹🌹
Aku sering mengalami ketidak adilan dalam hidup. Sering mengalami, bukan berarti aku selalu menerima semua itu.

Terkadang aku ingin marah pada sang pencipta, meskipun itu adalah hal yang tabu untuk aku lakukan. Tapi, aku tidak suka dengan semua rencana-Nya, seakan-akan aku tidak pantas untuk menerima keadilan.

Tapi, aku masih sadar ... Aku hanyalah seorang Hamba yang tenggelam dalam luasnya lautan dosa.

Pada akhirnya, Aku hanya bisa menangis dan meraung sambil berkata, "Ini bohong, semua ini pasti salah! Itu pasti bukan aku. Tolong katakan! pasti Anda salah orang!"

ku lihat mata perempuan tua itu dan mencari setitik kebohongan dalam pancaran matanya, tapi sayang ... aku tidak menemukannya.

"Selama sembilan belas tahun,  aku menyimpan kebenaran ini sendirian, aku selalu merasa bersalah, maafkan aku Tuan dan Nyonya. Aku telah mempermaikan kehidupan anak kalian, berikanlah hukuman yang setimpal untukku Tuan, untuk semua penebusan dosaku." Perempuan itu bersujud di hadapan kami, menumpahkan semua penyesalannya.

Lagi-lagi hidupku, sahabatku, dan lelaki itu yang dipermaikan di sini.

Tapi, bukan hanya kami di sini yang tersakiti, mungkin semua orang yang di ruangan ini merasa kecewa dan tak percaya.

Yang tadinya kami akan merencanakan sebuah janji suci, tiba-tiba saja hancur dalam hitungan detik.

Ku lihat lelaki itu, matanya menghujam ke dalam mataku, aku merasa sakit begitupun dirinya.

"Aku batalkan semua rencana pernikahan ini, aku tidak bisa jika--- aku harus menentang takdir" Suaranya yang bergetar terdengar di telingaku. Semua itu bagaikan petir di siang bolong.

Dan akhirnya aku menderita untuk kesekian kalinya.

-Priyanca Nisa

🌹🌹🌹

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang