3

7 1 0
                                    

Joie's POV

Kami sedang berkumpul di ruang tamu. Aku, Kak Tian, dan Tante Anya merasa khawatir. Setelah pembicaraan panjang di kamar Kak Tian yang mengaku tidak tau apa pun, kami sedang mencoba menghubungi beberapa orang yang 'mungkin' tau keberadaan Kak Klo sekarang.
Kami sudah menghubungi puluhan orang orang yang menurut kami 'mungkin' itu. Tapi tentu saja hasilnya nihil. Sebenarnya isi pikiranku sekarang lebih kepada heran dibanding khawatir. Maksudku bagaimana bisa seseorang yang kemarin malamnya biasa saja, masih berwujud seorang manusia, menghilang begitu saja seolah tertelan bumi?!
Dari pernyataan orang orang rumah, ia tidak ada keluar dari kamarnya sejak pagi tadi, bahkan sejak malam kemarin.

Oh ya! Aku melupakan satu poin penting. Kak Klo memiliki sebuah cinta sehidup semati yaitu ia tidak bisa hidup tanpanya. Mungkin paling lama ia tidak bertemu dengannya hanya saat jam pelajaran disekolah, yang mungkin hanya sekitar 3 jam lalu istirahat. Jika ia tidak bertemu dengan cintanya itu lebih dari 5 jam, tau tidak? ia bisa stres sendiri. Cinta yang kubicarakan ini tidak lain adalah ponsel nya. Ia tidak akan mau meninggalkan ponsel nya untuk pergi kemanapun, dalam situasi apapun. Ia harus membawa ponselnya. Well bagi seorang fangirl itu adalah hal yang wajib bukan? jika benda itu lepas dari jangkauan kita selama beberapa jam saja, kita bisa saja ketinggalan beberapa update penting. Oleh karena itu, Kak Klo sudah sangat kecanduan dengan benda persegi itu.
Ini benar benar hal yang tidak baik sebenarnya. Ia melakukan apapun selalu bersama ponselnya. Makan, mandi, bersih bersih, belajar pun sambil mendengarkan lagu. Tapi hal itu tidak berdampak terlalu buruk padanya. Nilainya masih sangat bagus, ia tidak melupakan kewajibannya, hanya saja ya- matanya yang bermasalah. Jujur saja, ia bisa melakukan banyak hal tanpa memainkan ponselnya, asalkan benda itu ada dalam genggaman nya sudah cukup.

Sebenarnya sih, hal itu ia lakukan bukan karena ia tak bisa hidup tanpa ponselnya, tapi ia tak bisa hidup tanpa bangtan. Dann... ponsel dijadikan perantara nya.

Sekarang aku jadi membayangkan sendiri bagaimana dirinya saat ini tanpa cintanya itu. Cinta nya sedang ada dalam genggamanku sekarang. Yang sudah kugunakan untuk menghubungi beberapa temannya untuk mengetahui keberadaannya. Apakah ia sedang stres sekarang?? Siapa yang tau.

Tapi berbeda halnya dengan Tante Anya, kurasa ia sudah hampir menangis. Wajahnya sudah memerah, dan pias wajahnya sudah sangat khawatir. Saat ini ia sedang berbicara dengan Om Alvi, ayahnya Kak Klo. Tante Anya menyuruhnya pulang sebentar untuk mendiskusikan hal ini. Dan tidak dibantah sedikitpun olehnya.

Ini memang terlihat seperti melebih lebihkan, tetapi memang begitu kenyataannya. Ini memang terkesan lebay, karena Kak Klo pasti bisa menjaga dirinya bukan? Dia bukan bocah. Tapi ini memang kenyataannya

Tapi,
ini seperti bukan Kak Klo. Kita semua tau bagaimana sesungguhnya Kak Klo itu. Dan mungkin ini pengalaman pertama seumur hidup dari seorang Tante Anya. Ia tidak pernah menghadapi hal seperti ini sebelumnya. Kehilangan anak tanpa kabar walau hanya sebentar. Terlebih lagi, hilang nya Kak Klo 'tidak wajar'.

Kami pun juga tak bisa melakukan apa apa.

meet themTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang