Never Be Same

254 33 0
                                    


song: Never Be Same - Camila Cabello

***

Bergerak dengan pasrah. Taeyong memberikan dirinya seutuhnya, tak memberikan perlawanan. Dia lebih memperhatikan ekpansi panas yang menggrogoti dirinya, terlalu panas. Rambut-rambut halusnyaberdiri, pergerakan itu berhasil menghasilkan gelombang kecil yang bahkan kini tak segan untuk naik, menjalar, bahkan merambah masuk, menyentuh kotak suaranya, mengeluarkan suara laknat yang telah ditahan.

Seringaian bak iblis tercantum, setiap kata yang sejak sejam lalu teruntai pada mulutnya sangatlah benar terjadi, dia bukan peramal sebenarnya. Tak lupa dengan bagaimana pria dibawah ini menolaknya, bahkan dengan nada sembong yang kentara disetiap intonasi katanya. Dia sangat puas saat ini tetapi sebagai manusia yang memiliki sifat selalu mencari hal yang baru, tangan itu bergerak kesisi lain, membuat sebuah gerakan memutar padanya seirama dengan lidahnya kini disisi lain, memperlakukan kedua tonjolan itu sama, tak meninggalkan barang sebentar sama seperti memperlakukan dua anak kembar yang lucu.

"Jaehyunnn."

Endorpin itu berhasil tercipta, tak barang sedikit pun sakit tersentuh, walau gigitan dari deretan gigi tangguh itu tak meninggalkan tonjolan yang kini merah itu barang sebentar.

Naik walaupun meninggalkan desahan kecewa dari bibir Taeyong, Jaehyun tak pernah akan mengecewakan bidadari dibawahnya ini, dua daging tak bertulang handal miliknya itu naik, menyentuh bahkan menggigit sisi kiri leher jenjang itu hingga menimbulkan ruam merah -oh dia bahkan ingin menimbulkan hingga muncul warna biru, tapi tak dia lakukan sekarang.

Kembali naik menuju indera pendengaran Taeyong, tak lupa meninggalkan gigitan kecil pada sisi tak bertulang lainnya dari tubuh itu. Membisikan satu kalimat paling indah yang belum pernah didengarnya.

"Nah, jadi Lee Taeyong, apa yang kau inginkan?"

Bersusah payah mengeluarkan suara dari kantong kecil di tenggorokannya. "Dirimu."

Terdengar sangat berbeda dengan dirinya satu jam lalu, memukul, menendang bahkan berusaha membunuh pria diatas ini. Kini dia terjerat. Ini mungkin yang dirasakan adiknya ketika mencicipi beberapa barang haram itu. Nikmat, nikmat, setiap syaraf tubuhnya menginginkan lebih. Tubuhnya terasa sakit jika bibir bahkan tubuh itu meninggalkannya.

Bahkan setiap kata yang kini dilontarkan bibir itu terdengar candu dalam otaknya. Otak tengah dan batang otaknya bahkan terus saja bergerak menyemburkan satu set dopamin dan serotonin. Bergerak turun ke alat vital tubuhnya, memompa darahnya lebih cepat dari biasanya.

Bibir itu kini menangkap bibir Taeyong dalam jeratan, melumatnya dengan cepat tanpa membiarkannya lepas. Gigitan menjadi langkah selanjutnya, Taeyong bahkan dengan senang hati membuka mulutnya, lidah itu menelesak masuk mengabsen beberapa gigi putih Taeyong, mencicipi lidah merah yang entah kenapa terasa sangat manis.

Selagi itu, tangannya yang bebas, beranjak ke bawah, menuju daerah vital bawah Taeyong yang masih berbalut jeans, belum terbangun sepenuhnya, hanya menggesek. Pijatan seirama itu terjalankan, Jaehyun sengaja menyamakannya dengan deburan jantung Taeyong yang sangat terasa mengenai kulit. Sangat cepat dan berhasil menumpuk tinggi nafsunya.

"Fasterrrr, please." Mata bulat indah berwarna hitam yang sering menatapnya dengan marah itu kini berubah, tatapan penuh pengharapan yang dia simpan sedalam lautan matanya yang indah itu, terdeskripsi jelas dari pantulan bola bulat ruby itu.

Berhenti. Jaehyun memberhentikan semua perlakuannya, desahan kecewa lolos, seringiannya itu kembali naik, syaraf otaknya kini bergerak, membentuk sebuah implus yang bergerak menuju matanya yang. Senyum manis terulas, matanya telah selesai menerjemahkan, sebuah ide tertata rapi di otaknya.

"Lee Taeyong, apa yang kau inginkan?" Kedua tangannya berada disebelah kepala Taeyong, kedua sikunya bergesekkan dengan tempat tidurnya, menyanggah tubuhnya.

"Dirimu." Menggeram tertahan, Taeyong berusaha mengeluarkan suaranya, bagian bawahnya kini terasa berkedut, menahan sungguh menimbulkan berbagai denyutan sakit.

"Aku tak mendengarmu." Senyum kejahilan dia sandingkan dengan dua lubang cacat yang tak akan muncul secara mudah.

Mendesah frustasi. Harus ada sesuatu yang bergerak, jika seperti ini terus, pria keras kepala diatasnya terus akan menyiksanya, tak akan memberikan apa yang tubuhnya inginkan. Menangkup pipi itu pada akhirnya, Taeyong menggigit bibir bawahnya, mendesah, mencoba mengusir sementara rasa sakitnya.

"Jung Jaehyun, aku menginginkanmu. Aku menginginkanmu didalamku. Break me. Aku tak akan melakukan apapu-ahhhh."

Tak ada waktu lagi, libidonya mendadak naik. Serangan pada leher jenjang itu sebagai pemuasnya. Seringaian tak berhenti hilang dari wajahnya.

Lee Taeyong will never be same

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JaeYong's SongficWhere stories live. Discover now